ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Isran dari Meksiko

February 23, 2023 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

Isran bersama gubernur lainnya menunjukkan dokumen kesepakatan GCFTF di Meksiko

KURANG apa lagi kehebatan  “Si Raja Naga,” Gubernur Kaltim Dr Isran Noor. Belakangan ini namanya tidak saja berkibar di panggung nasional, tapi juga merambah dunia. Setidaknya nama Isran menjadi pusat perhatian di dua negara, yang menggelar pertemuan lingkungan internasional. Kedua negara itu adalah Mesir dan Meksiko. Secara khusus nama Isran juga menjadi perhatian khusus oleh lembaga keuangan Bank Dunia (World Bank).

Tahun lalu, tepatnya 6-18 November, Isran diundang dalam forum Konferensi Perubahan Iklim PBB atau Conference of Parties (COP27)  di Sharm  el-Sheik, kota di pengujung selatan Semenanjung Sinai, Mesir. COP27  adalah konferensi di bawah naungan PBB yang membahas kondisi iklim di seluruh dunia. Sebagian pemimpin dunia hadir dalam pertemuan ini.

Dari negeri di Timur Tengah, Isran muncul lagi pekan lalu di Meksiko, negara terbesar ketiga di Amerika Latin. Isran tampil sebagai pembicara bersama Gubernur Yucatan, Meksiko , Mauricio Vila Dosal dan Gubernur  Amazonas Brazil, Wilson Lima.

Acaranya memang forum tahunan gubernur sedunia, yang wilayahnya memiliki hutan. Karena itu disebut “Annual Meeting Governors Climate Forest Task Force (GCFTF). Ini pertemuan ke-13 berlangsung di Centro de Convenciones Yucatan Siglo XXI, Kota Merida, ibu kota Provinsi Yucatan.

Saya belum pernah ke Merida. He, sayang tak diajak Gubernur.  Dengar namanya saja baru pertama kali. Luas wilayahnya   858,41 Km2. Lebih luas dari Balikpapan. Tapi jumlah penduduknya hampir sama. Populasi Kota Merida sekitar 734 ribu jiwa.

Merida sering dianggap sebagai kota teraman di Meksiko dan salah satu kota teraman di Amerika. Karena itu kota ini disertifikasi sebagai Komunitas  Aman Internasional oleh Institut Karolinska Swedia untuk tingkat keamanan publiknya yang tinggi.

Dalam acara di Yucatan, Isran sesuai dengan janjinya mengajak Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud. Selain itu ada tim ahli lingkungan dan hutan  yang mendampingi mereka di antaranya Prof Dr Ir Daddy Ruchiyat, M.Sc, pakar kehutanan tropis dari Universitas Mulawarman yang menjadi Ketua  Harian Dewan Perubahan Iklim (DPI). Dia mendapat penghargaan dalam acara tersebut karena kontribusi pemikirannya yang ikut mewarnai perjalanan GCFTF.

Ketika Isran tampil sebagai pembicara bersama dua gubernur lainnya, Konsul Jenderal AS di Merida, Dorothy Ngutter menjadi moderator. Dia mengenalkan Isran yang datang jauh-jauh dari Kaltim, Indonesia untuk membagi pengalaman soal keberhasilan Kaltim  dalam melaksanakan program pengurangan emisi karbon sehingga mendapatkan dana kompensasi atau insentif dari Bank Dunia.

Berkat keberhasilan Kaltim, Indonesia menjadi negara pertama di Kawasan Asia Timur Pasifik yang menerima pembayaran dari program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) Bank Dunia untuk kegiatan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).

Menurut Isran, Kaltim telah berhasil menurunkan 25 juta ton emisi karbon setara CO2 pada tahap pertama 2019-2020. Itu sudah lebih 5 juta dari target yang diminta Bank Dunia. “Kelebihannya masih menunggu hasil audit dan saya merencanakan menjualnya melalui lelang terbuka,” tandasnya.

Melalui Kementerian Lingkungan Hidup, Kaltim telah menerima pembayaran awal (advance payment) dari Bank Dunia sebesar 20,9 juta dolar AS atau setara Rp 320 miliar. Isran merencanakan sebagian dana tersebut akan dibagi kepada berbagai kelompok masyarakat yang konsisten menjaga dan merawat hutan tropis di Kaltim.

Gubernur menegaskan bahwa Kaltim telah meletakkan strategi  pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, yang diinisiasi  sejak 2011. Pada tahun 2019, Pemda Kaltim telah memasukkan program penurunan emisi karbon  ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJMD) tahun 2019-2023. “Sasaran utama  kebijakan ini adalah untuk menurunkan emisi karbon sesuai target yang sudah ditentukan,” jelasnya.

Ketua DPRD Hasanuddin Mas’ud yang juga alumnus Fahutan Unmul itu mengapresiasi  keberhasilan Kaltim dalam program penurunan emisi karbon, sehingga Kaltim mendapat dana insentif cukup besar dan menjadi perhatian dunia. “Program ini harus diteruskan dan masyarakat harus tahu, sehingga hutan Kaltim yang tersisa masih tetap dijaga dan dirawat untuk kepentingan lingkungan global,” tambahnya.

DIKIRA TOLAK IKN

Pulang dari Meksiko, Gubernur Isran didaulat menyampaikan orasi ilmiah pada acara Wisuda Program Diploma Tiga, Program  Sarjana, Program Magister, dan Program Doktor Universitas Gunadarma di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (19/2).

Dengan gayanya yang khas, Isran berbicara dengan gamblang tentang  Transformasi Ekonomi dan Tata Kelola  Pemerintahan dalam rangka Menyongsong Ibu Kota Nusantara di depan 2.300 lulusan universitas tersebut. Hadir juga Kepala LL Dikti Wilayah III  Dr Ir Paristiyanti Nurwardani, Rektor Universitas Gunadarma Prof Dr ES Margianti dan pimpinan universitas lainnya.

“Sebenarnya saya datang ke sini mau menjelaskan tentang IKN. Saya kira banyak yang menolak, ternyata justru di luar dugaan saya Gunadarma  sangat mendukung IKN. Apalagi Gunadarma sudah bangun kampus di IKN, saya baru tahu,” kata Isran disambut  tepuk tangan ribuan wisudawan.

Gubernur Kaltim ini menjamin pembangunan IKN tidak akan merusak hutan alam bahkan sebaliknya akan menjadi contoh yang baik bagi dunia. “IKN dibangun dengan konsep kota di tengah hutan (forest city). Hanya 15 persen yang dimanfaatkan untuk pembangunan fisik, sedang sisanya  adalah tanaman hutan endemik. Jika nantinya merusak hutan, saya orang pertama yang menolak,” tandasnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemindahan ibu kota bukan hanya untuk kepentingan Kaltim, tetapi justru untuk kepentingan Indonesia di masa depan. Yaitu, bagaimana mengubah konsep besar pembangunan nasional yang tidak lagi Jawasentris, tetapi Indonesiasentris. Sekaligus menghapus  kesenjangan ekonomi, di mana 60 persen  kontribusi PDRB  nasional masih terpusat di Pulau Jawa.

“Postur  perekonomian negara harus lebih merata dan berkeadilan. Indonesia akan lebih sejahtera apabila pembangunan dilakukan  secara merata di seluruh Tanah Air. Salah satu caranya, ya dengan membangun IKN di Sepaku, Kaltim,” kata Isran.

Rektor Gunadarma Margianti mengaku senang sekali Gubernur Isran mau berbicara di depan wisudawan dan mahasiswa Gunadarma. “Kehadiran Pak Gub sangat berarti untuk memotivasi dan memberikan pencerahan kepada kami,” katanya.

Universitas Gunadarma sendiri, lanjut Margianti,  sudah melakukan berbagai upaya untuk mendukung penyiapan pembangunan IKN, di antaranya peningkatan literasi masyarakat tentang IKN  hingga melakukan berbagai penelitian terkait penyiapan pertanian pangan menyongsong IKN.

Setelah mendengarkan orasi Isran, seorang wisudawan Gunadarma mengaku baru memahami mengapa Presiden Jokowi ngotot memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kaltim. “Saya suka gaya Pak Gub Isran menjelaskan. Tidak basa basi. Jadi menurut saya, bukan ibu kotanya saja yang pindah, tapi presidennya sudah layak juga pindah ke orang Kaltim. Salah satu calonnya, ya Pak Isran,” katanya tersenyum.

Pulang dari Jakarta, Isran belum sempat beristirahat. Di Balikpapan dia disibukkan dengan pertemuan gubernur se-Indonesia yang dihadiri Presiden Jokowi, Kamis (23/2) ini. Maklum Isran adalah ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). Saya belum tahu agendanya apa saja. Jangan-jangan termasuk membahas usulan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, yang ingin menghapus jabatan gubernur.

Isran juga harus segera pulang ke Samarinda. Sebab, Sabtu (25/2) ini dia menikahkan putrinya, Siti Annisa Isran (Icha) dengan Sayid Muhammad Fajar. Selamat punya menantu baru, Pak Gub. Sehat dan bahagia selalu.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.