ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Acara Bepelas Sultan (Bagian Kedua)

July 23, 2009 by  
Filed under Artikel

Share this news

Beberapa tarian yang akan dipentaskan dalam Erau 2009 ini adalah merupakan tarian-tarian wajib yang harus dilaksanakan. Berikut arti dan makna tarian tersebut;

gadis penari

gadis penari

Dewa Besaong Manok, Bekanjar Ketore : Tarian ini menggambarkan kegembiraan bahwa Bepelas Sultan sudah terlaksana.

Mengambil Air Tuli : Air Tuli diambil di tepian Mahakam (pelabuhan) didepan Keraton dalam suatu Upacara Adat Bepelas, kemudian air tuli ditaruh direbak Ayu yang akan digunakan pada acara Beluluh keesokan  sorenya.

Mengaturi Aji Bebuang Kami, Kanjar Laki dan Kanjar Bini bergantian : Dewa dengan diiringi 2 orang Pangkon bini menghadap Sri Sultan menghatur untuk Bekanjar bersama-sama para Pengeran, Raden, Bambang, Aji, Tokoh dan Tetuha  serta hadirin yang hadir sedangkan Aji Ratu dan Aji Bini Bebuang Kamai (menghambur beras kuning).

Sri Sultan, Pangeran, Raden dan lain-lainsebagai Penghormatan dan bersuka ria. Setelah acara bekanjar Laki-laki dilanjutkan dengan Bekanjar Bini. Adapun maksud dari kedua tarian ini adalah menggambarkan kegembiraan semua yang hadir atas telah dilaksanakannnya Bepelas Sri Sultan pada Acara Adat Erau.

Tari Seluang Mudik Betebak (melempar) Beras  : Dalam pelaksanaan acara Seluang Mudik ini disatu pihak Sri Sultan, para Pangeran, Raden-raden, Bambang-Bambang, Aji-Aji Laki serta segenap  undangan Laki berkumpul Bekanjar bersama-sama mengelilingi Tiang Ayu.

Dilain pihak Aji Ratu dan Aji-Aji Bini dan Undangan Bini berkumpul bekanjar bersama-sama mengelilingi Tiang Ayu dengan arah yang berlawanan. Pihak laki berada dalam lingkaran sebelah luar dan pihak  bini berada dalam lingkaran sebelah dalam. Tiap kali belaluan (bepapasan) saling menebakkan (melemparkan) beras yang sudah disediakan dari pihak bini kepihak laki dan sebaliknya dari pihak laki ke pihak Bini diiringi tabuhyan gamelan Kanjar Laki.

Semakin lama semakin ramai tebak-betebak (lempar-melempar) beras ini tidak lagi dalam barisan Bekanjar melainkan sudah berbaur satu sama yang lainnya, tabuhan gamelan yang mengiringi berubah dari  Kanjar Laki menjadi tabuhan gamelan bejamok. Acara ini berlangsung kira-kira setengah jam dan semua yang hadir beramai-ramai betebak (melempar) beras denga gembira, pantang kalau ada yang marah.

Dewa Menjala  : Dewa berjalan perlahan sambil menyeret kain kuning, sperti menyeret jala

menangkap ikan, diiringi oleh Belian yang menyeret gubang (perahu) kecil terbuat dari kayu melalui Sri Sultan, Para Pangeran, Raden, Bambang serta segenap hadirin masing-masing meletakkan uang kertas atau uang logam kejala kuning atau gubang yang diseret olah Dewa dan Belian tersebut. Uang yang terkumpul adalah untuk jerih payah Dewa dan Belian serta Peniup Suling dalam pelaksanaan Upacara Erau. Hal ini menggambarkan kegotongroyongan antara Raja dan Rakyatnya.

Tari Belian Manjuluk Buah Bawal : Belian Bememang (mantera) dengan membawa sepotong tongkat kayu dan menjuluk buah bawal yakni ketikai  dan pisang. Dengan berkhirnya tarian  Belian Menjuluk Buah Bawal dan Kepala Adat Mengatur Sembah, maka berakhirlah rangkaian  acara Erau Adat Keraton / Bepelas. (vb-01)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.