ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

“Riska dan Roy”

November 23, 2023 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

NAMANYA sangat menarik. Riska dan Roy. 2R. Sepertinya pasangan romantis. Tapi sekali ini bukan nama manusia. Nama ini diberikan kepada dua hewan buas, yang lagi jadi pergunjingan di Kaltim. Riska itu nama buaya dari Bontang dan Roy adalah nama harimau dari Samarinda.

Buaya Riska sudah lama viral. Terutama cerita “keakrabannya” dengan Pak Ambo, yang rajin memberikan makan sang buaya berpuluh tahun. Sedang harimau Roy juga sangat ramai disorot  gara-gara menerkam Supriandi (27), sang pemberi makannya hingga meninggal dunia.

Kedua hewan liar itu termasuk hewan yang harus dilindungi. Keberadaannya sudah langka. Jadi tidak semua orang bisa memelihara. Harus mendapat izin terlebih dahulu dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Kalau tidak, jadi perkara hukum.  Sang pemeliharanya bisa masuk penjara.

Sesuai UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, mereka yang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa dilindungi baik dalam keadaan hidup atau mati,  bisa dipidana penjara hingga 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.

Harimau Roy dijaga petugas kepolisian

Harimau Roy yang baru saja bikin heboh itu, dipelihara di rumah mewah Ko Andre, pengusaha fitnes  yang tinggal di Jl Wahid Hasyim 2 No 99, Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda Ulu.

Selain “Roy,” masih ada lagi seekor macan dahan dewasa  bernama “Bos,”    dan seekor anjing jenis ras husky, yang dipanggil “Aci.” Bos terbilang jinak dan akrab dengan Supriandi. “Sering suami saya memberi makan Bos langsung dari tangannya,” kata Suwarni, istri korban.

Suwarni sering diajak Supriandi menemani kala bertugas. Termasuk pasa hari nahas itu, Sabtu (18/11) sekitar pukul 10.30. Hanya saja siang itu Suwarni  disuruh menunggu di luar. Alasan sang suami, dia hanya sebentar karena mereka akan menghadiri undangan pernikahan.

Ibu muda itu mulai waswas karena suaminya tidak keluar-keluar. Hampir tiga jam. Akhirnya dia nekat masuk ke dalam. Dia langsung histeris karena Supriandi ditemukannya terkapar berdarah-darah di dalam kandang Roy. Ketika dilarikan ke rumah sakit, Supriandi sudah meninggal dunia.

Suwarni mengaku sangat terpukul. Apalagi dia lagi hamil anak ketiga. “Almarhum adalah gantungan hidup kami dan anak-anak. Kami sangat kehilangan, mudah-mudahan bos mau menanggung kehidupan kami dan sekolah anak-anak,” katanya sambil menunjukkan foto  perkawinan mereka seperti diberitakan TRIBUNNEWS.COM.

BKSDA Kaltim dan Polresta Samarinda sudah mengambil sikap. Roy, Bos dan macan dahannya langsung disita karena diduga tak ada izin pemeliharaannya. Sedang sang pemilik ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan.

“Sang pemilik dan 5 saksi sudah kita periksa. Dia dikenakan pasal kelalaian dan soal larangan kepemilikan satwa dilindungi,” kata Kapolresta Samarinda Kombes Ari Fadly.

Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto menduga harimau yang dipelihara Ko Andre adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Tapi untuk memastikan harimau itu diboyong ke Lembaga Konservasi Satwa Gunung Bayan Lestari di Kecamatan Tabang, Kutai Kartanegara.

“Sedang dilakukan pemeriksaan di sana, apakah itu jenis harimau sumatera atau yang berasal dari luar negeri. Termasuk macan dahannya,” kata Ari.

Macan dahan (Neofelis nebulosa) disebut kucing liar yang hidup di hutan. Dia jenis satwa nokturnal yang aktif berburu mangsa di malam hari. Lincah bergerak di atas pohon. Di Indonesia, hewan liar ini hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera.

Diperkirakan populasi harimau sumatera saat ini hanya sekitar 400 sampai 500 ekor. Terutama hidup di Pegunungan Bukit Barisan. Karena kerusakan habitat dan kesulitan mendapatkan sumber makanan, dia sering merambah ke perkebunan dan rumah penduduk. Ada yang mati dijerat atau dijebak untuk diperdagangkan. Ada juga yang menerkam hewan ternak bahkan penduduk setempat.

Harimau sumatera merupakan harimau terkecil. Warna kulitnya paling gelap di antara semua subspecies harimau lainnya. Mulai dari kuning kemerah-merahan hingga jingga tua.  Pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat dan juga berhimpitan. Tingginya dapat mencapai 60 cm dengan panjang 250 cm.

Belum diketahui bagaimana Ko Andre bisa lolos memboyong satwa liar itu ke Samarinda? Dari pengakuannya, satwa itu dikirim dari Jakarta. Warga Tepian banyak yang kaget ternyata ada bos di kota mereka yang berani dan nekat memelihara harimau.  Kabarnya binatang itu sudah tiga tahun hidup bersamanya.

POLEMIK BUAYA RISKA

Sementara itu, nasib buaya Riska masih menjadi polemik. Terutama berkaitan dengan rencana memboyong kembali buaya Riska dari penangkaran buaya Teritip, Balikpapan kembali ke “kampung halamannya.”

“Susun dulu perencanaannya yang matang. Kita tidak ingin rencana pengembalian satu ekor buaya justru membuat gejolak warga. Pemkot Bontang harus membuat kesepakatan dengan warga terlebih dahulu,” kata Dheny Mardiono, kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Kaltim saat RDP bersama DPRD Bontang beberapa waktu lalu.

Buaya Riska adalah buaya muara dari Sungai Guntung Bontang Utara. Sudah sekitar 25 tahun bersahabat dengan Pak Ambo, warga setempat. “Saya yang merawat, memberi makan, memandikan dan mengelus-elusnya,” kata lelaki berusia 59 tahun itu.

Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai buaya muara karena hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Disebut juga Man-eater crocodile, karena pernah atau sering memakan manusia di wilayahnya.

Nama Riska diberikan oleh Pak Ambo, meski belakangan baru diketahui kalau sang buaya ternyata jenis jantan. BKSDA Kaltim memutuskan buaya Riska di relokasi ke penangkaran buaya Teritip Balikpapan karena adanya desakan warga. Ada warga menduga adalah buaya Riska yang menerkam emak-emak sampai tewas.

Meski Pak Ambo membantah, buaya Riska akhirnya tetap dipindahkan. Tapi menurut cerita buaya Riska tak tenang di tempatnya yang baru. Dia selalu ingin bersama Pak Ambo, sehingga ada rencana dipulangkan kembali.

Istri Mendagri, Ibu Tri Tito Karnavian bersama Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik sempat menjenguk buaya Riska di Teritip, pekan terakhir Oktober lalu. Maklum buaya ini mendapat perhatian khusus dari Mendagri Tito Karnavian. Tito termasuk salah satu yang suka menonton video buaya Riska di Youtube.

Anak Pak Ambo, Fitriani rajin memposting video buaya Riska  melalui kanal You Tube Fitriani Riska. Berkahnya, Pak Ambo mendapat penghasilan dari hasil postingan itu Rp 15 juta sebulan. “Sekarang saya tak dapat penghasilan seperti itu lagi,” keluhnya.

Pj Gubernur dan Wali Kota Bontang Basri Rasa sependapat buaya Riska dikembalikan. Tapi ada warga tidak setuju kalau buaya Riska dicemplungkan kembali ke Sungai Guntung. Karena itu bisa membahayakan warga.

Kunjungan Akmal ke Pak Ambo dikritik Ketua Komisi III DPRD Bontang  Amir Tosina. “Harusnya Pj Gubernur lebih bijak. Jangan hanya ke Pak Ambo saja, juga lihat keluarga korban. Biar tahu bagaimana  kejadian sesungguhnya,”  tandasnya.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.