ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

LSF Edukasi Tayangan di Era Perkembangan Jaringan Informasi

May 28, 2024 by  
Filed under Kalimantan Timur

Share this news

SAMARINDA– Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia Rommy Fibri Hardiyanto menjelaskan tugas dan fungsi LSF adalah memfilter tayangan yang layak dikonsumsi masyarakat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan, Rommy menyampaikan saat ini perkembangan jaringan informasi justru dapat memberikan dampak buruk pada tayangan yang hadir ke masyarakat dan tidak dapat di kontrol.

“Tugas Lembaga Sensor Film itu terbatas pada ranah yang diakses sesuai dengan undang-undang, sementara perkembangan jaringan informasi saat ini yang dapat diakses melalui media sosial menjadi hal yang sulit kami cegah,” ucapnya dalam kegiatan Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Hotel Aston Samarinda, Selasa, (28/05/2024).

Rommy mengatakan, saat ini kampanye budaya sensor mandiri menjadi bagian tugas LSF yang harus segera dilakukan. Seiring maraknya penggunaan media sosial yang dirasa perlu mendapatkan edukasi bagi para pengguna media sosial. Selain itu, Rommy juga mengatakan perhatian pemerintah kepada masyarakat juga dapat terus ditingkatkan melalui program desa melek internet. Dengan kemampuan yang dimiliki, dirasa juga harus dibarengi dengan pemahaman masyarakat terkait sajian konten yang muncul melalui media sosial.

“Penggunaan internet tanpa literasi akan berdampak buruk bagi penggunaannya. Sehingga LSF juga mulai menjalankan program kegiatan yang menyasar pada desa sensor mandiri terkait ajakan literasi dan film dokumenter yang baik,” tambahnya.

Rommy menambahkan, dengan kecanggihan teknologi saat ini, memudahkan masyarakat untuk mengupload informasi dengan lebih mudah. Sehingga sulit menyeleksi apakah informasi tersebut memberikan dampak positif maupun negatif. Dia mengatakan,

LSF tidak mungkin meloloskan tayangan yang tidak sesuai dengan norma dan berdampak pada perilaku sesuai dengan undang-undang pornografi yang tidak boleh tayang.

“Karena jaringan teknologi yang semakin canggih, sehingga LSF harus melakukan kampanye sensor mandiri,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, LSF menjadilembaga pertama yang akan mendapatkan protes keras terkait sajian tontonan, dia mencontohkan film vina yang saat ini viral dan tayang di bioskop. Dikatakan, LSF mendapat pertanyaan dan justru disudutkan terkait tayangnya film tersut dan bisa lulus sensor.

“Karena ada adegan pemerkosaan, tapi setelah tayang justeru mendapat pujian. Karena dampak film tersebut justeru dapat kembali membuka kasus dan diselidiki,” tambahnya.

Rommy menegaskan, dalam sebuah film ada makna dan pesan yang disampaikan dan dilihat dari banyak sisi yang mampu di tangkap masyarakat, contohnya dengan adanya adegan pemerkosaan yang menjadikan traumatik. Namun, dengan penyajian yang dilakukan melalui gambaran visual dan audio yang baik dapat memberikan pesan yang eksploitatif dan edukatif bagi masyarakat.(Ria)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.