ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Menembus Jalur “Buta” Kaltim-Kalteng. Bagian 2

March 12, 2011 by  
Filed under Wisata

Share this news

*Catatan ringan turing  Samarinda – Palangkaraya TDI Borneo oleh Soegiyanto (kontributor). Ide kopi darat (kopdar) dengan  rekan tafter yang berada di belahan tengah Kalimantan sudah mengemuka pada awal Desember tahun silam. Jalur ke Kalteng melalui Muara Lawa, Dilang Puti hingga ke Muara Teweh, Kalteng, dipilih karena rasa penasaran menembus jalur “buta” bagi kami, karena minimnya informasi tentang jalur ini.Bias matahari lamat-lamat menerobos melalui beberapa lubang bekas gigitan serangga pemakan kayu, di dinding kamar penginapan yang memang terlihat usang dimakan waktu. Beberapa biasnya mengenai wajah saya, hingga membuat saya terbangun, “Wah, kesiangan nih “Subuhan”,” sungutku dalam hati, padahal alarm telepon genggam juga sudah diaktifkan, namun tidak berhasil mengganggu tidur kami yang pulas.

Setelah sholat subuh, segera saya bangunkan teman-teman. “Ayo om Lukman, bangun , kesiangan nih,”  kataku sambil menarik sarung hijau yang melilit kakinya.  Nampak wajah lelah, masih tergurat  bercampur lelehan liur kering. “Jam berapa om Gie,” tanya Lukman sambil memicingkan mata. “Sudah jam 6 pagi om, lekas bangun,” seru saya.

Kemudian  saya memukul dinding penyekat kamar sebelah yang terbuat dari plywood, untuk membangunkan Budi yang masih tertidur. “Duk..duk..duk, om Budi bangun, udah siang nih,” kata ku. Tidak berapa lama, terdengar suara deburan air dari kamar mandi penginapan, ternyata om Eko sudah bangun dan langsung mandi.

Setelah menyantap sarapan nasi kuning, di warung depan penginapan, kami pun  bersiap melanjutkan perjalanan. Matahari mulai meninggi, pagi itu, Sabtu (12/2) tepat pukul 08.00 , mobil mulai bergerak meninggalkan Muara Lawa. Sebelumnya, kita berhenti di pinggiran kota yang memang banyak spesies lawa (kelelawar) itu, untuk mengisi tangki mobil masing-masing. Karena tidak terdapat stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), kita pun membeli BBM  secara eceran.

Jalan lintas di Kalimantan Timur dapat dikelompokkan menjadi tigaporos yaitu Poros Utara, Poros Tengah, dan Poros Selatan. Poros Utara yang menghubungkan batas Provinsi Kalimantan Barat,  Tiong Ohang, Long Pahangai, Tana Tidung, Malinau sampai Long Midang dan Batas Negara.

Jalan lintas poros tengah menghubungkan Samarinda, Tenggarong, Kota Bangun, Simpang Blusuh dan batas Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan, jalan lintas poros selatan menghubungkan batas Provinsi Kalimantan Selatan, Batu Aji, Penajam, Balikpapan, Samarinda.

Ruas simpang Muara Lawa hingga ke batas  Kalteng sudah ada lama dan masuk jalan poros tengah, namun informasi mengenai keadaan jalur ini masih minim . Informasi  yang diperoleh hanya dari penduduk sekitar Muara Lawa, bahwa jalan itu sudah tembus dan bisa dilalui mobil jenis station atau kijang.  Budi pernah melakukan survey, namun hanya sampai Dilang Puti, sementara jalur setelah itu Budi juga tidak tahu.

Cerita tentang keangkeran wilayah ini juga sempat kami dengar, namun tidak menyurutkan niat kami untuk mencoba menembus jalur ini. “Yang penting kita jangan takabur,” kata Budi. Dia sendiri sering melakukan perjalanan darat ke wilayah Berau, Malinau dan sejumlah wilayah di utara Kaltim yang masih hutan.

Saya sendiri mendapat cerita dari teman, beberapa tahun lalu jalur Simpang Blusuh hingga batas Kalteng rawan perampokan. “Karena dulunya, jalur ini adalah jalur pengangkutan  hasil panen sarang walet,” katanya.

“Tapi dapat info bulan lalu, ada klub motor di Samarinda yang turing melewati jalur ini,” imbuh Budi, namun info itu juga masih sumir karena kita juga tidak mengkroscek lagi.

Dari Simpang Kalteng di Muara Lawa  hingga Dilang Putih memakan waktu sekitar satu jam atau sekitar 35 km lebih, dengan kondisi jalan beraspal, namun  selepas Dilang Puti,  ruas jalan menyempit dengan kondisi jalan pengerasan batu.

“Wah masuk jalur ini,  aku nggak tahu lagi nih informasinya,” kata Budi melalui handy talky (HT). Alat kecil ini menjadi alat komunikasi kami, karena sepanjang ruas jalan yang kami lewati, terdapat juga blank spot  sinyal HP.

Suara burung rajawali di angkasa sesekali terdengar mengalahkan deru mesin mobil –mobil kami, beberapa pohon perdu mulai merambat ke arah tengah jalan, menunjukkan jalan ini  jarang dilewati kendaraan bermotor.  Sebenarnya kami berharap hari itu hujan turun, jadi sekalian bisa bermain lumpur di jalanan. Tapi cuaca terik, membuat jalanan berdebu. Sesekali kita bertemu dengan para pekebun yang sedang beistirahat di pinggir jalan.

Setelah hampir dua jam menembus hutan, akhirnya kita memasuki perkampungan pertama, Kampung Sambung. Kampung Sambung masuk dalam wilayah kecamatan Bentian Besar, kecamatan yang langsung berbatasan dengan wilayah Kalteng. Mayoritas wilayah ini dihuni suku Dayak Bentian.

Selanjutnya kita melewati dua kampung dan terakhir di kampung Randa Empas. Semula saya mengira ini menjadi kampung terakhir yang langsung berbatasan dengan Kalteng, ternyata masih ada batas Kaltim-Kalteng masuk wilayah Tuquq namun kita tidak melalui wilayah perkampungannya.

“Jalannya kok semakin kecil, jangan-jangan kita kesasar nih,” tanya saya pada Lukman yang saat itu mengemudi.

Lukman menjawab tidak tahu, begitu juga Budi dan Eko . “ Ayo terus aja,” kata Budi. Saat itu kita tidak menyadari sudah mulai memasuki batas Kaltim-Kalteng, karena kita merencanakan akan berfoto di perbatasan Kaltim-Kalteng ini.

Dalam bayangan saya, akan terdapat tugu ataupun tanda lain yang menunjukkan batas itu. Namun tanda batas antar provinsi ini sama sekali tidak ada, kami pun baru tahu setelah memasuki satu kampung yang ternyata sudah termasuk wilayah Kabupaten Barito Utara, Kalteng.

“Wah kita sudah masuk Kalteng nih,” kata Budi yang saat itu berada di depan.

Saya mencoba mengingat, ternyata batas Kaltim-Kalteng hanya berupa jembatan selebar empat meter yang masih belum difungsikan karena jalan pendekat yang belum dibangun. Jembatan itu melintasi sebuah sungai kecil.

Memang sepanjang perjalanan dari simpang Kalteng di Muara Lawa, sama sekali tidak ada penunjuk kilometer, sehingga saya tidak bisa memastikan seberapa jauh jaraknya. Namun berdasar informasi yang saya peroleh dari rekan yang bekerja di salah satu instansi Provinsi Kaltim, jarak sekitar 180 km.

“Kelewatan nih, jadinya ga bisa foto di batas Kaltim-Kalteng,” ujar Eko.

Tapi kita tidak mungkin lagi balik karena kita juga belum tahu, lama perjalanan menuju check point Muara Teweh. Baru beberapa kilometer memasuki wilayah Kalteng, mobil om Eko mengalami pecah bushing shockbreaker, mungkin sudah mulai getas, apalagi harus menopang ban Komodo Extreem ukuran 31, tentu sektor kaki harus kerja lebih keras dibanding  standar.

Setelah mengganti bushing, kami pun melesat lagi menuju Muara Teweh.  Jalur  batas Kalteng hingga Lampeong, kota kecamatan wilayah Barito Utara, Kalteng, kebanyakan berupa tanah liat plus batu koral dan gravel. Pada jalur ini banyak terdapat sungai-sungai kecil dengan jembatan berupa gelondongan kayu, beberapa diantaranya, kondisinya sudah lapuk dan miring dimakan usia.

Saya sempat berpikir, kalau ada jembatan yang putus, tamatlah kita, tidak mungkin bisa melanjutkan ke Palangkaraya. Opsinya hanya “balik kucing” ke Samarinda. Hal ini yang sempat kita khawatirkan sewaktu masih di Samarinda. (bersambung)


Share this news

Respon Pembaca

4 Komentar untuk "Menembus Jalur “Buta” Kaltim-Kalteng. Bagian 2"

  1. martin on Wed, 13th Feb 2013 8:46 pm 

    informasinya bermanfaat banget. kebetulan saya ada rencana ingin ke banjarmasin berangkat dari melak via jalan ini. btw, artikel lanjutannya mana ya?

  2. maulia on Fri, 30th May 2014 8:26 am 

    serruu, foto2nya diupload dong mas 🙂

  3. feri's on Sun, 28th Dec 2014 2:24 pm 

    saya melintas jalur ini pertama kali januari 2014 dengan route sbb:
    > muara teweh – lampeong – simpang kalteng – resak (karena sampai di sini jam 2 malam jadi rencana tracking jalur Resak>Sotek tidak saya teruskan, akhirnya saya ikut jalan poros) – tenggarong – balikpapan

    perhitungan saya jalur tsbt lbh jauh di banding kan jalur hauling batu bara dari simpang kayu menuju benangin (jalur tambang TCM)

  4. Ryan on Sun, 14th Aug 2016 7:13 am 

    Ada yang mau touring ke kalteng dari samarinda lewat jalur ini? Kalo ada saya mau ikut, no hp saya 081234454579

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.