Sidang Paripurna Istimewa Peringatan HUT ke 26 Kubar

November 5, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

SENDAWAR – Dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Kutai Barat (Kubar) ke 26 Tahun 2025, moment penting mengenang kembali perjalanan panjang Kabupaten Kutai Barat.

Sekaligus memperkuat semagat kebersamaan dan tekad untuk terus membangun daerah, Bumi Tanaa Purai Ngeriman menuju masa depan yang semakin maju, mandiri dan membawa hasil nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kubar, aman, adil, merata dan beradat.

Dalam pidatonya Bupati Kubar, Frederik Edwin di dampingi Wakil Bupati Nanang Adriani menyampaikan, pada peringatan tahun 2025 ini, pemerintah mengusung tema, Harmoni Kebersamaan Dalam Budaya.

“Dengan harmoni kita kuat, dengan sempekat kita bisa,”katanya, Selasa (4/11/2025).

Ia mengatakan dalam tema tersebut mengandung makna mendalam, bahwa kekuatan suatu daerah tidak hanya terletak pada sumber daya alamnya. Tetapi juga pada nilai nilai kebersamaan, semangat sempekat, gotong royong, dan harmoni budaya yang menjadi jati diri masyarakat Kutai Barat.

Dikatakan, dalam keberagaman suku, adat dan budaya yang hidup di tengah masyarakat, semangat persatuan, yang menjadi pondasi utama pembangunan. Menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, dan buadaya sebagai pengikat kemajuan bersama.

“Memasuki usia ke 26 tahun, Kutai Barat terus berbenah menuju arah pembangunan yang lebih terarah melalui rencana jangka panjang, jangka menengah (RPJMD) 2025 – 2029, dengan visi, Kutai Barat yang semakin sejahtera, sman, adil, merata dan beradat,”ungkapnya.

Ia menyebut, visi di jabarkan melalui empat misi utama, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing, harmonis, budaya dan beradat. Kedua, meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sosial berbasis potensi unggulan daerah. Ketiga, memantapkan infrastruktur yang handal, merata, dan ramah lingkungan. Keempat, meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, responsif, tanggung jawab dan berbasis digital.

Hadir dalam sidang paripurna tersebut, Ketua DPRD Ridwai, Wakil Ketua satu Agustinus, Wakil Ketua dua Sepe Martinus, serta para anggota DPRD Kubar, para OPD di lingkup Pemkab Kubar, dan unsur pimpinan vertikal di Kutai Barat. (adv/diskominfo/kbr).

Peluncuran Batik Tulis Khas Kubar Dilakukan di Kubar Award Dahau

November 4, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

SENDAWAR – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kutai Barat (Kubar), bekerjasama dengan PT. Bharinto Ekatama (BEK), meluncurkan Batik Tulis Pertama “Tujuh Embun” Khas Kutai Barat,  di malam Kubar Award, Dahau HUT ke 26 Kutai Barat, Tahun 2025,

Motif Batik “Tujuh Embun” melambangkan kesucian dan ketulusan hati, butiran embun yang jernih dan bersih, pikiran yang tenang, dan niat yang tulus. Karya Oktavianus Heri dari Kecamatan Linggang Bigung ini mengingatkan manusia untuk selalu menjaga kejernihan batin..

Motif Batik “Krioongk” yaitu keseimbangan dan keharmonisan lingkungan Krioongk yang berulang. Melambangkan  keseimbangan antara dunia yang nyata dan dunia roh. Motif ini menjadi simbul harmoni antara manusia dengan alam semesta. Karya Juniah.

Motif Batik “Pelengk Mahingk” melambangkan kekuatan, ketahanan, dan keabadian yang terhubung dengan kekuatan budaya yang tidak mudah luntur oleh perubahan jaman. Serta memiliki jiwa yang sekuat besi, mampu menghadapi tantangan alam dan kehidupan tanpa menyerah. Karya Yeni Kampung Besiq.

Motif Batik “Tanaa Purai” melambangkan negeri subur dan rejeki melimpah, sehelai peta harapan. Ia adalah warisan tentang bagaimana menjaga negeri (diri) agar senantiasa subur, sejahtera, dan penuh rahmat. Karya kelompok batik tulis Kutai Barat, Ehau Batik.

Motif Batik “Mata Enggang” kebijaksanaan dan kerendahan hati, melambangkan pandangan yang luas dan tajam mengajarkan manusia untuk melihat kehidupan dengan kebijaksanaan, tidak sempit hati, serta mampu menilai segala sesuatu dengan jernih. Karya Eva Rifsa Rifani dari Kampung Besiq.

Motif Batik “Wakai Besiq” kekuatan dan keteguhan hidup akar yang menancap kuat di bumi. Melambangkan  keteguhan hati dan ketahanan menghadapi cobaan hidup. Ia mengajarkan bahwa untuk tumbuh tinggi, manusia harus memiliki dasar yang kokoh. Karya Bisa Purba dari Kampung Besiq.

Motif Batik “Anggrek Tebu Emas” keteguhan dan kejujuran tebu tumbuh lurus dari akar hingga ujung. Melambangkan, kejujuran dalam berpikir, berkata, dan bertindak, ia mengajarkan untuk hidup dengan niat yang tulus dan jalan yang benar. Karya Karlina dari Kampung Besiq.

Sementara itu pelatih batik tulis Sukarni mengatakan, saat kain batik tulis ini diluncurkan di malam Kubar Award, Dahau HUT ke 26 Kubar, ia merasa tidak percaya. Rasanya seperti mimpi di siang bolong, tidak terasa air matanya hingga menetes dengan tidak sengaja, saking harunya melihat anak didiknya yang meluncurkan karyanya masing masing.

“Saya benar tidak menyangka bahwa peluncuran batik tulis khas Kubar ini sampai semeriah begini di acara Dahau Kubar, saya akui, memang  keras mengajari mereka ini hingga sampai ada yang menangis. Malam ini hasilnya benar benar saya rasakan dan saya sangat bangga terhadap  mereka ini,”ungkapnya, Senin malam (3/11/2025).

Dijelaskan, motif yang mereka gambar itu adalah inspirasi mereka masing masing, ia mengatakan perannya hanya membimbing mereka saja saat membatik, selebihnya mereka sendiri yang membuat dan juga mengartikannya.

“Saya yang berasal dari Jawa tidak mengerti namanya Burung Enggang itu seperti apa, Krioongk itu apa, Wakai Besiq itu apa. Saya tidak tahu sama sekali,”ujarnya.

Ia menyampaikan, kerja keras mereka membawa hasil yang memuaskan. Ia berharap motif- motif khas Kutai Barat lainnya bisa bermunculan. Melalui ketekunan dan inspirasi mereka dijamin batik tulis di Kutai Barat ini akan berkembang lebih pesat lagi. Di tambah nanti dengan sudah di populerkannya batik tulis malam ini, masyarakat Kubar pasti akan tertarik untuk belajar.

“Saya akan kembali ke Jawa dan enam bulan ke depan nanti saya akan datang lagi melihat perkembangan mereka ini,” bebernya.

Sementara itu, Management PT. BEK, Kristinawati, comdev Head menyampaikan, ia sangat berterima kasih kepada Dekranasda Kutai Barat, yang sudah memfasilitasi dan mendukung program ini, “ujarnya.

Ia berharap ke depan perusahaan PT. BEK akan tetap dapat berkolaborasi untuk menghasilkan produk produk batik tulis Kutai barat yang lebih baik. Dan kegiatan ini terus berlanjut, dan semakin semangat.

“Diharapkan masyarakat Kubar juga harus bangga menggunakan batik Tulis Kubar yang di buat dan di produksi di Kutai barat ini,” bebernya.(arf).

Dekranasda Kubar dan PT BEK Lucurkan Kerajinan Membatik

November 3, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

SENDAWAR – Kerajinan batik tulis yang baru diluncurkan dan dipopulerkan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kutai Barat (Kubar), bekerjasama dengan PT. Bharinto Ekatama (BEK) pada Perayaan Festival Dahau, HUT ke 26 Kutai Barat, Minggu (2/11/2025).

Kerajinan membatik ini digagas pertama kali oleh PT. BEK dengan medatangkan ahli membatik dari Jogjakata yaitu Sukarni dengan Brand (Lien Collections). PT BEK kemudian membawa Sukarni ke kampung binaan PT.BEK dan melakukan pelatihan terhadap warga.

Sukarni kepada media ini mengatakan, keterlibatannya berawal saat diundang melatih membatik anggota Bhayangkari Kubar. Selanjutnya ia diperkenalkan ke Dekranasda oleh PT. BEK. PT. BEK kemudian melakukan perjanjian kerja sama dengan Dekranasda Kubar untuk melatih cara membatik warga Kutai Barat.

“Kenapa kita harus ada batik, karena batik ada wastra dan wajib dimiliki semua kalangan, terutama Aparatur Sipil Negara (ASN),” ujarnya.

Dijelaskannya, saat ini yang dikenal masyarakat luas adalah batik. Menurutnya, yang hal tersebut bukan batik, melainkan printing atau kain cetak. Jika dinamai batik itu perlu proses dan perlu waktu beberapa hari untuk membuatnya.

“Beda batik dan printing itu sangat mencolok sekali. Batik tulis asli warnanya tembus depan dan belakang. Sedangkan printing itu depannya aja yang terang dan di belakang blur,” ungkapnya.

Ia berharap masyarakat Kutai Barat bisa memakai kain batik asli yang benar-benar wastra.  Batik yang dipakai ASN bukan printing. Diharapkan Kubar akan punya ciri  khas tersendiri terkait motif batik dan bisa dipasarkan ke luar Kubar.

“Untuk menghindari masuknya batik ke Kutai Barat, maka dari itu Kutai Barat harus punya sendiri motif atau ciri khasnya,” tandasnya.

Ia mengatakan, sebenarnya warga di Kutai Barat ini pintar mengukir, akan tetapi tidak pernah mengarsipkan hasil karyanya.  PT BEK mempuyai inisiatif bagi para peserta untuk menciptakan motif masing masing dan diarsipkan.

“Saat ini kami sudah mengarsipkan tujuh motif hasil karya para peserta antara lain Tujuh Embun, Angrek Tebu Mas, Mata Enggang, Kriookng, Macan Dahan, Wakai Besiq, dan Tanaa Purai,” bebernya.

Ia menuturkan, animo masyarakat Kubar sangat luar biasa. Dukungan Bupati dan isteri terhadap program ini juga luar biasa. Diharapkan  program membatik ini tidak hanya berhenti sampai di acara Dahau ini saja, melainkan kegiatan membatik ini bisa terus berkesinambungan.

“Saya berharap nanti akan tercipta semi indutri batik yang pengrajinnya adalah warga Kutai Barat. Pengrajin juga bisa menggali semua motif yang ada di Kubar,” tuturnya.

Ia menyampaikan, program ini akan sukses apabila semua pihak saling mendukung terutama pemerintah daerah dan dinas terkait serta perusahaan yang ada di Kubar bisa berkolaborasi juga dengan pemerintah daerah.

“Saat ini yang baru PT. BEK saja yang berkolaborasi dengan Dekranasda. Semoga ke depan  semua perusahaan baik pertambangan maupun perkebunan bisa ikut berkolaborasi juga,” harapnya.

Sementara itu salah satu peserta dari group dua membatik, Nadia megatakan mendapatkan ilmu baru yaitu belajar mebatik tulis secara langsung. Selama ini ia hanya tahu batik yang di jual di pasaran. Ia belum mengerti perbedaan batik asli dan batik yang printing. Setelah ikut pelatihan, ia tahu cara membuat batik yang diawali dari mencanting, membatik dan mewarnai.

“Sedangkan untuk membuat motif hasil inisiatip saya sendiri, saya terinspirasi dengan Pesut Mahakam, orang Suku Dayak, merak dan perisai merah,”ujarnya.

Ia menuturkan, selama satu bulan mengikuti pelatihan dengan instruktur yang disiplin. Peserta hasrus belajar dengan sabar. Ia mendapatkan peringkat terbaik dalam batik tulis.

Nadia berharap kepada pemerintah daerah, terutama Dekranasda memiliki sebuah toko batik khas Kutai Barat. Selain itu juga bisa menyiapkan bahan bakunya.

“Saya melihat banyak sekali generasi muda ini yang pintar, serta banyak inspirasinya. Batik tulis Tujuh Embun Khas Kutai Barat nanti akan diluncurkan,”ungkapnya.

Nadia mengucapkan terima kasih kepada PT.BEK yang sudah memfasilitasi dalam belajar membatik, sehingga warga mempunyai pengalaman baru. Selama mengikuti pelatihan para peserta difasilitasi semua kebutuhan PT BEK.

Managemant PT BEK, Kristinawati selaku Komdep Head mengatakan, kegiatan membatik ini sebenarnya sudah dilakukan sejak bulan September lalu. Kegiatan ini salah satu terobasan baru yang coba dimunculkan bersama Dekranasda untuk menciptakan batik tulis etnik Kutai Barat.

Saat ini yang sering dilihat Adalah batik khas Kubar bukan batik tulis. Karenanya pada tahun ini pihaknya mencoba memunculkan batik tulis Kubar yang diproduksi masyarakat Kutai Barat endiri.

“Kita bekerjasama dengan Dekranasda dan disambut baik Ketua Dekranasda,” ujarnya.

Dijelaskan, PT BEK telah beberapa kali melakukan workshop dan juga pelatihan khusus, kepada anak anak SMA dan juga untuk ibu rumah tangga. Kegiatan ini melibatkan warga Kubar secara luas.

“Kami dari perusahaan PT BEK  memprioritaskan kepada masyarakat binaan kami, khususnya Kampung Besiq, Bermai dan Muara Bunyut,”ungkapnya.

Ia menyebut, dalam binaan PT BEK yang terbentuk baru satu Kelompok di Kampung Besiq, dan selanjutnya perusahaan akan mendorong memproduksi batik tulis Kabupaten Kutai Barat. Nantinya akan dilakukan kerja sama dengan kelompok yang ada di Kecamatan Barong Tongkok, dan berkantor pusat di Dekranasda Kubar.

“Saat ini peserta kurang lebih tiga puluh orang, dari Besiq dan juga Barong Tongkok,” tandasnya.

Harapan kedepan dari perusahaan, akan lebih banyak lagi masyarakat, khususnya ibu rumah tangga yang mungkin tidak memilki pekerjaan tetap mereka bisa bergabung. Hasil diskusi dengan ketua Dekranasda akan melibatkan Disprindakop Kutai Barat. Daerah ini nantinya akan memiliki batik sendiri yang dimulai dari pembuatan motif, pencantingan hingga pewarnaan dan diproduksinya di Kutai Barat.

PT BEK bersama Dekranasda berencana membuat semacam toko khas Kutai Barat. Perusahaan akan menjadikan batik ini sebagai souvenir kapada para tamu yang datang berkunjung ke perusahaan.

“Bahkan batik ini sudah sampai ke Thailand maupun Jepang,” bebernya. (arf).

Kecamatan Damai Kaya Seni dan Budaya

November 1, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

SENDAWAR – Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat (Kubar) terus menguatkan identitasnya sebagai wilayah yang kaya akan seni dan budaya.

Melalui Festival Sarut, pemerintah kecamatan di bawah kepemimpinan, Iman Setiadi, berupaya menjadikan kegiatan tahunan ini sebagai wadah pelestarian budaya sekaligus potensi wisata unggulan daerah ke tingkat nasional.

Menurut Iman Setiadi, seni dan budaya merupakan pintu masuk paling kuat dalam mengembangkan sektor pariwisata di Damai.

Meski wilayahnya memiliki 17 kampung dengan beragam potensi, ia mengakui bahwa hingga kini pengembangan wisata belum berjalan optimal.

Festival Sarut jadi daya tarik budaya, Camat Damai dorong kampung punya ciri khas wisata sendiri. Festival Sarut diramaikan dengan lomba menyarut, karnaval busana sarut, fashion show, hingga pertunjukan seni tradisional.

Namun, lewat Festival Sarut, Kecamatan Damai berhasil menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap warisan leluhur mereka, terutama seni menyarut atau menenun kain khas suku Dayak Benuaq.

“Kalau masalah seni budaya itu sudah kita usahakan. Kurang lebih hampir empat tahun saya di Kecamatan Damai ini, kita ada event Festival Sarut yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Itu dalam rangka mempromosikan potensi seni dan budaya yang ada di Kecamatan Damai,” ujar Iman Setiadi, Rabu (8/10/2025).

Festival yang digelar setiap awal Agustus itu sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Kecamatan Damai dan HUT kelompok Kiai Pane Penguntai lawai, komunitas pengrajin sarut yang aktif menjaga eksistensi tradisi tersebut.

Kegiatan ini juga dirangkai dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga suasananya selalu meriah dan menjadi agenda yang dinantikan masyarakat.

Dalam festival tersebut, beragam kegiatan digelar untuk menarik minat generasi muda dan wisatawan, mulai dari lomba menyarut, karnaval busana sarut, fashion show, hingga pertunjukan seni tradisional.

Semua kegiatan itu menonjolkan keindahan kain ulap sarut, simbol budaya Dayak Benuaq yang sarat makna dan filosofi.

“Harapan kita, anak-anak muda tidak melupakan seni budaya, khususnya suku Dayak Benuaq. Karena sarut ini adalah ciri khas seni menjahit dari leluhur mereka. Kita ingin generasi sekarang tetap mencintai dan mengembangkan warisan ini,” jelas Iman.

Ia menambahkan, saat ini terdapat 10 motif kain sarut yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keberhasilan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kecamatan Damai, karena menunjukkan bahwa hasil karya masyarakat telah diakui secara hukum dan memiliki nilai ekonomi yang bisa dikembangkan lebih jauh.

Untuk memperkuat regenerasi pelestarian budaya, Pemerintah Kecamatan Damai juga mendorong pembelajaran menyarut agar menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah.

“Di sekolah sudah diwajibkan anak-anak untuk belajar menyarut. Jadi mereka tidak hanya tahu teorinya, tapi juga bisa mempraktikkannya. Ini bagian dari upaya kita agar budaya ini tidak punah,” katanya.

Selain berfokus pada pengembangan seni dan budaya, Iman Setiadi juga menyoroti pentingnya pemetaan potensi wisata di setiap kampung.

“Saya sudah sering sampaikan kepada para petinggi kampung, kalau bisa 17 kampung ini punya ciri khasnya masing-masing. Misalnya, kalau mau lihat kain sarut datang ke Kampung Bomboy. Kalau mau lihat persawahan, datang ke Kampung Jengan Danum. Jadi wisatawan yang datang ke Damai tahu ke mana harus pergi sesuai minatnya,” ujarnya.

Iman optimistis, jika potensi ini dikelola dengan baik, maka Kecamatan Damai dapat menjadi destinasi wisata berbasis budaya yang unik dan berdaya saing.

“Harapan saya, para petinggi kampung bisa memetakan potensi masing-masing agar bisa dikembangkan. Kalau setiap kampung punya keunggulan sendiri, itu akan jadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun dari luar daerah,” tuturnya.

Lebih jauh, Iman menilai bahwa Festival Sarut harus menjadi ikon budaya Kecamatan Damai  yang terus dikembangkan setiap tahun.

“Festival Sarut ini bukan sekadar acara seremonial. Ini tentang bagaimana kita menjaga identitas budaya kita, mengenalkannya kepada dunia, dan memberi manfaat bagi masyarakat. Kalau terus dikembangkan, saya yakin Damai bisa menjadi pusat wisata budaya di Kutai Barat,” pungkas Iman Setiadi. (adv/diskominfo/kbr).

Komisi III DPRD Kubar Menolak Dua Proyek Multiyears Tahun Jamak

November 1, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

SENDAWAR – Pembangunan dua proyek multiyears tahun jamak yang di usulkan Pemerintah Daerah (Pemda), Kabupaten Kutai Barat (Kubar), tahun anggaran 2026,  secara tegas di tolak anggota komisi III DPRD Kubar.

Dua proyek yang ditolak tersebut yakni pembangunan Jalan Bung Karno dan Pelabuhan Royoq, karena dinilai tidak memiliki manfaat besar bagi masyarakat, serta berpotensi menguras APBD tanpa dampak signifikan terhadap ekonomi daerah.

Ketua Komisi III DPRD Kubar, Oktavianus Jack, menegaskan bahwa pemerintah kabupaten semestinya lebih bijak dalam menentukan prioritas pembangunan.

Menurutnya, dua proyek besar yang diajukan melalui skema multiyears tersebut tidak sebanding dengan kebutuhan dan urgensi masyarakat di lapangan.

“Kami tidak mendukung pembangunan Jalan Bung Karno dan Pelabuhan Royoq. Nilai manfaat dua proyek ini sangat kecil bagi masyarakat. Kalau tetap dipaksakan, kami menilai proyek multiyears itu akan mubazir,” ujarnya, Kamis (30/10/2025).

Jack menambahkan, APBD Kutai Barat seharusnya digunakan untuk program yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bukan proyek besar yang lebih mengedepankan aspek seremonial atau prestise pembangunan semata.

Ia menilai pemerintah harus lebih selektif dalam menentukan proyek strategis agar tidak menimbulkan beban keuangan jangka panjang.

“Jangan sampai anggaran daerah yang terbatas justru habis untuk proyek yang manfaatnya kecil. Pemerintah harus lebih realistis, apalagi dana kita tidak sebesar kabupaten lain di pesisir atau perkotaan besar,” tegasnya.

Selain itu, Jack menilai rencana pembangunan Pelabuhan Royoq perlu dikaji ulang secara teknis maupun geografis. Ia menilai pelabuhan berskala besar tidak relevan dibangun di Kutai Barat yang tidak memiliki wilayah pesisir laut.

“Pelabuhan besar itu idealnya dibangun di wilayah laut, sementara Kutai Barat kan wilayah pedalaman. Jadi untuk apa membangun pelabuhan kontainer kalau memang kebutuhan logistik kita sudah bisa terpenuhi lewat jalur darat,” ujarnya.

Pernyataan senada disampaikan Anggota Komisi III DPRD Kubar, Zainuddin Thaib. Ia menilai dua proyek multiyears yang diusulkan pemerintah daerah itu sama sekali tidak mendesak untuk dilaksanakan.

“Kalau bicara urgensi, saya kira dua proyek itu tidak mendesak. Pembangunan Pelabuhan Royoq misalnya, Kutai Barat bukan daerah pesisir yang memerlukan pelabuhan besar untuk bongkar muat kontainer. Aktivitas ekonomi kita lebih banyak lewat jalur darat,” tandasnya.

 

Menurutnya, daripada mengalokasikan dana besar untuk proyek yang tidak tepat sasaran, lebih baik pemerintah fokus memperbaiki infrastruktur jalan yang langsung menunjang mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi daerah.

“Misalnya perbaikan jalan Balok–Mapan. Itu jelas dibutuhkan masyarakat karena dilalui banyak kendaraan dan jadi akses utama,” terang Zainuddin.

Ia juga menyoroti rencana pembangunan Jalan Bung Karno yang disebut tidak banyak dilalui warga. Menurutnya, proyek tersebut tidak memberi nilai tambah ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar.

“Jalan Bung Karno itu tidak dilewati banyak orang, masyarakat di sekitarnya juga sedikit. Jadi untuk apa digelontorkan dana besar hanya untuk membangun jalan yang jarang digunakan,” katanya.

Zainuddin menegaskan, Partai Golkar melalui Komisi III DPRD Kutai Barat hanya akan mendukung program pembangunan yang benar-benar memberi dampak luas bagi masyarakat.

“Prinsip kami jelas, setiap rupiah dari APBD harus punya manfaat besar. Kalau tidak ada dampaknya untuk masyarakat, lebih baik dialihkan ke proyek lain yang lebih penting,” pungkasnya. (adv/diskominfo/kbr).

« Previous PageNext Page »

  • vb

  • Pengunjung

    900052
    Users Today : 2752
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748428
    Total Users : 900052
    Total views : 9557882
    Who's Online : 28
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05