Emansipasi Perempuan Tak Pernah Padam
Raden Ajeng Kartini adalah sosok pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita. Ia memperjuangkan kesetaraan hak dan kesempatan bagi perempuan di tengah masyarakat yang membatasi peran mereka. Perjuangannya pada saat itu sangat menginspirasi gerakan perempuan hingga saat ini. Salah satunya adalah Intan Vicky Maharani, perempuan masa kini yang semangat dan perjuangannya seakan menjadi cerminan nilai-nilai yang pernah diperjuangkan Kartini.
Intan, perempuan asal Yogyakarta yang lahir pada 1 Juni 1998, merupakan seorang istri dan ibu dari satu anak yang kini bekerja di industri sawit yang kerap didominasi oleh laki-laki. Bekerja di PT Sumber Kharisma Persada (SKP) dan PT Cipta Narada Lestari (CNL), anak usaha dari PT Astra Agro Lestari (AAL), ia memulai karirnya pada Desember 2022.

Intan Vicky Maharani
Dalam perannya sebagai Asisten Keuangan, Intan bertanggung jawab mendukung tugas-tugas administrasi dan operasional di bidang keuangan, mulai dari pengelolaan pembayaran, penyusunan laporan keuangan, hingga memastikan setiap detail keuangan perusahaan berjalan dengan baik. Tugas tersebut menuntut ketelitian, konsistensi, dan komunikasi yang efektif.
Bekerja di kebun sawit bukanlah hal mudah, apalagi bagi seorang perempuan. Intan menghadapi tantangan tersendiri, terutama ketika harus memimpin tim yang jauh lebih berpengalaman. Namun, alih-alih gentar, ia menjadikan tantangan ini sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh. “Tantangan terbesar saya adalah saat harus memimpin orang-orang yang pengalamannya jauh lebih banyak dari saya. Tapi justru dari sana saya belajar bagaimana menjadi pemimpin yang mendengar, bijak, dan tangguh,” ungkapnya. Dari sini pula, lahir kekuatan baru dalam dirinya.
Pengalaman di kebun membentuk pandangan dan jiwanya. Rutinitas pagi yang berbeda menjadi bagian yang paling berkesan. “Bangun sebelum fajar, menyaksikan kabut menyelimuti pohon-pohon sawit, dan ditemani suara burung menjadi pengalaman yang sulit ditemukan di kantor biasa. Di sini, alam menjadi rekan kerja yang setia,” katanya.
Keputusan untuk tetap berkarier jauh dari keluarga tentu bukan hal mudah. Namun bagi Intan, inilah bentuk tanggung jawab dan pengabdian. “Bekerja di lingkungan yang mayoritas laki-laki dan jauh dari keluarga itu berat. Tapi saya percaya, dengan tekad dan semangat belajar, kita bisa berkembang di mana pun. Jarak bukan penghalang, tapi motivasi,” ujarnya penuh keyakinan. Keyakinan itu terus ia genggam, terlebih saat dihadapkan pada pandangan yang sering kali menempatkan perempuan dalam batasan-batasan sempit.
Sebagai seorang istri dan ibu, Intan sering dihadapkan pada pandangan konservatif bahwa perempuan sebaiknya berada di rumah. Namun ia menyikapi hal ini dengan bijak. “Setiap perempuan berhak memilih jalan hidupnya. Ada yang bahagia dan merasa terpenuhi dengan mengurus rumah dan keluarga sepenuhnya. Ada juga yang menemukan makna hidupnya lewat kariernya. Keduanya sah, asalkan keputusan itu diambil dengan sadar dan bukan karena tekanan sosial,” katanya. Menurutnya bekerja bagi perempuan bukan hanya soal ekonomi, tapi bentuk kontribusi terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Emansipasi bukan sekadar kebebasan fisik, tapi kebebasan memilih dan tumbuh tanpa kehilangan jati diri.
Dilema antara tanggung jawab keluarga dan keinginan untuk terus berkarir pernah dirasakannya. Namun, ia belajar bahwa kunci utamanya adalah penyusunan prioritas dan komunikasi yang sehat dengan keluarga. Menurutnya, kualitas waktu bersama anak dan keluarga jauh lebih penting dibanding kuantitas semata. Prinsip inilah yang membuatnya tetap mampu menjalani dua peran dengan harmonis.
Emansipasi perempuan, dalam pandangan Intan, bukan hanya soal bekerja atau kebebasan untuk beraktivitas di luar rumah, melainkan tentang kebebasan untuk menentukan pilihan hidup sendiri tanpa kehilangan jati diri. Ia percaya bahwa menjadi mandiri dan tetap terhubung secara emosional dengan keluarga adalah bentuk kekuatan khas perempuan.
Di lingkungan kerja yang penuh tantangan, ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu menunjukkan kinerja profesional, memberikan solusi, dan tetap tenang di bawah tekanan. Keberadaannya di sektor yang mayoritas diisi oleh laki-laki sudah menjadi bentuk kontribusi terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Sebuah proses yang perlahan, tapi terus menunjukkan hasil nyata.
Komentar negatif dan stereotip terhadap peran perempuan dalam dunia kerja tidak luput ia hadapi. Namun, ia memilih untuk tetap tenang dan memberikan pemahaman bahwa keputusan yang diambil adalah hasil kesepakatan bersama dalam keluarga, bukan semata-mata keputusan pribadi. “Saya katakan, setiap keluarga punya cara masing-masing. Ini pilihan kami, dan kami menjalaninya dengan saling percaya,” ucap Intan.
Bagi perempuan lain yang masih ragu mengejar impian karena merasa terhalang oleh peran domestik, Intan memberikan pesan bahwa mimpi tidak perlu dimatikan. Ia percaya bahwa keduanya bisa berjalan beriringan selama dijalani dengan kesadaran, komunikasi, dan rasa cinta yang tulus.
Menurutnya, cara terbaik agar perempuan tetap berdaya tanpa mengabaikan nilai-nilai keluarga adalah dengan menjadikan keluarga sebagai motivasi utama. Mandiri bukan berarti menjauh, tetapi justru memperkuat pondasi keluarga melalui pencapaian yang membawa dampak positif.
Saat ditanya apa yang akan dikatakan R.A. Kartini jika melihat perjalanannya hari ini, mata Intan tampak berkaca. “Mungkin beliau akan bilang, kamu tidak hanya meneruskan perjuanganku, tapi telah membawanya ke tempat yang lebih tinggi,” kata Intan. Sebuah refleksi yang menandakan bahwa perjuangan Kartini tak pernah benar-benar selesai, tetapi terus hidup dalam jiwa-jiwa seperti Intan.
Intan tahu, ia tidak sempurna. Ia bukan pahlawan. Tapi ia adalah simbol bahwa perempuan bisa kuat tanpa harus kehilangan kelembutan, bisa rindu tanpa kehilangan semangat, bisa menjadi istri dan ibu yang penuh cinta sekaligus profesional yang berdedikasi. (*)
Alfia Rahmah dari Kaltim, Juara 4 MTQ Internasional Tijan Annur 2024 Qatar
MTQ Internasional Tijan Annur Qotar, adalah ajang MTQ Internasional yang digelar setiap tahun. Dilaksanakan di Doha, Qatar. Ajang ini untuk mencari bakat para Qari/Qariah tingkat anak-anak, usia 9 – 13 tahun. Ajang ini bisa diikuti oleh peserta dari berbagai negara. Peserta bisa mendaftar secara mandiri. Tidak melalui jalur Pemerintah.

Alfia mengikuti MTQ internasional tijannur pada bulan Januari 2024
MTQ Internasional ini diawali Bulan Agustus 2023, Alfia Rahmah, asal Samarinda, Kalimantan Timur, termasuk salah satu peserta dari lebih sepuluh ribu peserta dari 50 negara di dunia. Pada tahap awal kegiatan dilaksanakan secara daring.
Dari peserta yang mengikuti seleksi secara daring (online), panitia memilih 16 besar dari berbagai negara. Seingat Alfia ada 9 negara yang masuk peringkat 16 besar, yaitu Indonesia, Amerika, Mesir, Maroko, Irak, Filipina, Suriah, Bangladesh, dan Malaysia. Dari Indonesia yang masuk 16 besar (babak semi final) sebanyak 6 orang.
Negara Indonesia merupakan peserta terbanyak. Selebihnya yang 10 orang berasal dari 8 (delapan) negara.Seluruh peserta yang lolos 16 besar diundang untuk mengikuti seleksi per kelompok 4 orang. Masing-masing kelompok diambil terbaik satu untuk dipertandingkan pada babak final.
Pada babak final, walaupun belum memperoleh peringkat pertama. Alfia sudah bisa membuktikan, anak Kaltim mampu menembus peringkat empat di ajang MTQ Internasional Tijan Annur. Ia mampu menyisihkan ribuan peserta dari 50 negara di dunia, yang berlangsung di Qatar. Sebuah Negara Timur Tengah, yang terletak di Semenanjung Arab, Asia Barat.
Dikatakan Alfia menjelaskan, peserta yang masuk 16 besar semua biaya pesawat PP dari negara asal dan akomodasi ditanggung panitia, termasuk satu orang pendamping/orang tua. Kebahagiaan tersebut bukan hanya Alfia rasakan, tapi juga dirasakan ayah Alfia, sebagai pendamping.
Alfia juga sempat diundang dan diterima Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Ridwan Hassan beserta istri di kediaman resmi, di Doha, Qatar.
“Wah senang sekali,” aku Alfia.
Ajang MTQ Internasional Tijan Annur Qotar tingkat anak-anak tidak membedakan kelompok putra dan putri, jadi saingannya cukup ketat. Keluar sebagai juara pertama, Muhammad Najmi Alvaro, dari Barito Timur, Kalimantan Tengah (Indonesia). Juara kedua, Muhammad Asgar dari Filipina. Juara ketiga, Muhammad Ahib dari Suriah, dan juara keempat, Alfia Rahmah, dari Samarinda, Kaltim (Indonesia). Alfia, satu-satunya peserta perempuan yang masuk babak final (empat besar).
Berapa hadiah sebagai juara keempat?
“20 ribu riyal,” kata Alfia.
Jika dikurskan dengan nilai rupiah per satu riyal sama dengan 4.300 rupiah, maka hadiah tersebut setara dengan Rp.86 juta. (MJE)
Benny, Pecinta Burung Hantu Terpilih Sebagai Dewan Pengawas KPK
BENNY Jozua Mamoto, pecinta burung hantu mendapat kesempatan untuk diuji sebagai calon Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Pria murah senyum dan santun itu bersama empat calon lainnya akhirnya terpilih. Dia adalah mantan Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Benny Jozua Mamoto
Ia diuji kelayakan dan kepatutannya sebagai calon Dewas KPK bersama sembilan calon lainnya pada Senin 18 November hingga Kamis 21 November 2024.
Melalui voting yang dilakukan oleh Komisi III DPR RI, Kamis, 21/11/2024, dari 10 orang yang diuji, terpilih lima orang. Mereka kemudian ditetapkan sebagai Dewan Pengawas KPK.
Nama-nama Dewan Pengawas KPK terpilih periode 2024-2029 sebagai berikut:
Benny Mamoto : 46 suara, Chisca Mirawati: 46 suara, Wisnu Baroto : 43 suara, Sumpeno : 40 suara, Gusrizal : 40 suara,
Nama-nama ini akan dibawa ke Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan.
Selanjutnya nama-nama tersebut akan diserahkan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk dilantik. Berikutnya akan ditentukan siapa yang menjadi Ketua Dewas KPK.
Dalam uji kelayakan dan kepatutan purnawirawan polisi berpangkat inspektur jenderal itu tentu tidak bercerita tentang hobinya mengoleksi benda-benda yang terdapat lambang burung hantu (owl).
Ia menyampaikan pendapatnya tentang masa depan KPK dikaitkan dengan pengalamannya dalam menangani kasus-kasus narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba).
Benny mengemukakan, operasi tangkap tangan (OTT) yang gencar dilakukan KPK diperlukan payung hukum yang mantap. Alasannya supaya tidak mudah dipersoalkan banyak pihak.
Benny mengaitkan pengalamannya sebagai polisi bahwa kewenangan penyidik tindak pidana narkoba untuk melakukan tangkap tangan diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2009.
Ia melihat ada kesamaan yang dilakukan dalam OTT KPK. Dalam aturan itu penyidik narkoba bisa melakukan teknik control delivery atau penyerahan di bawah pengawasan.
“Kami melihat dalam hal ini OTT KPK, mirip-mirip dengan teknik penyidikan penyerahan di bawah pengawasan,” kata Benny.
Benny dalam uji kelayakan dan kepatutan tersebut mengatakan, sampai sekarang belum ada aturan khusus di undang-undang yang mengatur tentang OTT yang dilakukan KPK. Menurut Benny, hal itu rawan untuk dipersoalkan sejumlah pihak.
Mendirikan Museum Burung Hantu
Kembali ke hobi Benny J Mamoto seperti yang pernah dituturkan pada kami di Organisasi Pers Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), kesukaannya terhadap burung hantu atau benda-benda berlambang burung hantu tidak tanggung-tanggung.
Ia mencarinya hingga ke berbagai negara. Bahkan Benny kemudian mendirikan museum burung hantu (owl) pertama di Indonesia, dengan nama Museum Manguni. Dan, mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Ide pendirian museum ini muncul ketika Benny melakukan perjalanan ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, Thailand, China, Malaysia, Italia, dan negara-negara lainnya.
Awalnya, Benny menemukan museum burung hantu di Penang (Malaysia), Jepang, Korea, Thailand.
Museum berisi koleksi aneka ragam bentuk manguni yang terbuat dari kayu, logam, plastik, kaca, keramik, kain, mata uang kertas dan logam, materai dan sebagainya.
“Saya berpikir, mengapa di Sulawesi Utara, Kabupaten dan kota lambangnya manguni, gereja terbesar GMIM lambangnya manguni, dan berbagai ormas juga lambangnya manguni, tetapi tidak memiliki museum seperti di beberapa negara tersebut,” kata dia.
Padahal di masyarakat Minahasa, manguni dianggap lambang kearifan lokal. Sebelum ada teknologi, leluhur Minahasa menggunakan bunyi, manguni sebagai petunjuk.
Manguni diberikan tempat yang khusus karena dianggap membantu masyarakat dengan memberi petunjuk atau tanda akan terjadinya sesuatu peristiwa.
Sejak saat itu, muncul ide Benny untuk membangun Museum Manguni. Ia mulai berburu buku tentang burung hantu di berbagai negara, termasuk mendapatkan koin mata uang Yunani kuno yang bergambar manguni.
“Akhirnya istri dan anak-anak saya serta teman-teman ikut membantu berburu koleksi berbagai benda yang berkait dengan burung hantu dari berbagai negara. Sampai saat ini terkumpul sekitar 1.426 koleksi manguni,” tuturnya.
Untuk mengedukasi generasi muda, Benny dibantu tim, mengumpulkan data dan informasi tentang persebaran burung hantu di dunia, spesiesnya, pelestariannya, dan sebagainya. Bahkan di dunia, ada sekitar 130 kota menggunakan lambang manguni.
Banyak pengunjung tertarik dengan lambang-lambang kota di dunia ini. “Bila dibandingkan dengan lambang kabupaten dan kota di Sulawesi Utara maka sesungguhnya kita sejajar dengan 130 kota di dunia tersebut. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Masyarakat Sulawesi Utara,” tutur Benny yang bercerita pada kami.
Di kompleks Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara “Pa’dior” di Jl. Pinabetengan, Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, ada beberapa hal baru dan pertama kali ada di Indonesia. Nama “Pa’dior” (bahasa daerah Tontemboan) artinya terdepan atau terutama, atau bisa dimaknai sebagai pelopor.
Di lokasi “Pa’dior” ada empat museum, yakni Museum Wale Anti Narkoba (WAN), Museum Manguni, Museum Budaya Pinawetengan, dan museum yang berisi koleksi rekor yang diberi nama Museum Rekor Benny J Mamoto.
Di Museum Rekor Benny J Mamoto, Anda akan menyaksikan tujuh rekor dunia Guinness World Records dan ada 32 rekor MURI. Sepengetahuan Benny, di sini adalah koleksi rekor terbanyak di Indonesia.
Di area Pa’dior Anda akan menyaksikan tiga wujud Guinness World Records berupa terompet kontra bass terbesar di dunia yang dapat dibunyikan, kolintang raksasa terbesar di dunia, dan kain tenun pinawetengan terpanjang.
Dengan tambahan dua penghargaan rekor MURI, maka koleksi Museum Rekor Benny J Mamoto menjadi 34. Terakhir MURI diterima Kamis, 14 Desember 2023.
Penghargaan MURI diterima Irjen Pol (Purn) Dr Benny Jozua Mamoto, SH, MSi, demikian gelar lengkapnya, selaku Ketua Umum Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU).
Jaya Suprana selaku pendiri MURI menyerahkan langsung dua rekor MURI kepada Benny. Kedua penghargaan MURI itu diberikan pertama untuk Museum Wale Anti Narkoba (WAN) yang pertama kali ada di Indonesia. Didirikan oleh Benny dan diresmikan 28 Februari 2014 oleh Ibu Djoko Suyanto.
Penghargaan rekor MURI kedua yang juga diterimanya untuk museum burung hantu yang ia dirikan, yaitu Museum Manguni. Museum ini juga yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Museum diresmikan 7 Juli 2017.
Museum Wale Anti Narkoba merupakan museum tipe A satu-satunya di Sulawesi Utara. Saya bersyukur atas capaian ini karena tidak mudah untuk memenuhi ketentuan dan standar dalam borang akreditasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,” kata Benny Jozua Mamoto yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat. (M. Nasir)
Dispora Kaltim Nobatkan Saudah sebagai Pramuka Berprestasi di Pekan Raya Pemuda Kaltim

Saudah
SAMARINDA – Saudah, seorang anggota Pramuka dari Gugus Depan 02.016 di Pangkalan Universitas Mulawarman, baru saja dinobatkan sebagai Pramuka berprestasi terbaik di Kalimantan Timur (Kaltim). Penghargaan ini diperoleh pada acara Pekan Raya Pemuda Kaltim 2024 yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kaltim pada 26-28 Oktober 2024.
Pengumuman penghargaan tersebut dilakukan pada Upacara Sumpah Pemuda yang berlangsung di halaman parkir GOR Kadrie Oening, Sempaja, Samarinda, pada Senin (28/10/2024).
Saudah merasa sangat bersyukur dan bangga atas pencapaian ini. “Saya sangat senang dan bangga. Prosesnya memang panjang dan tidak mudah, termasuk seleksi berkas dan wawancara,” tuturnya.
Proses seleksi dimulai pada awal bulan Oktober dan diikuti oleh enam peserta dari berbagai daerah di Kalimantan Timur. Di antara mereka, terdapat tiga peserta dari Samarinda, dua dari Kutai Kartanegara, dan satu dari Bontang.
“Saya berharap Penegak dan Pandega di Kalimantan Timur dapat menjadi panutan. Kita memiliki peran penting dalam membangun masyarakat di usia ini,” jelasnya.
Sebagai anggota Dewan Kerja Daerah Kaltim yang menjabat hingga 2026, Saudah berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam berbagai kegiatan Pramuka yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya akan terus aktif dan berkontribusi agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” tutupnya. (adv Dispora Kaltim)
Rendi Solihin Dapat Pengakuan Nasional dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif dan UMKM
JAKARTA– Gemerlapnya malam, Jakarta Concert Hall di iNews Tower menjadi saksi sejarah bagi Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Rendi Solihin. Kamis, 8 Agustus 2024, dalam ajang Pemimpin Daerah Awards 2024 yang digelar INews Media Group. Rendi Solihin dinobatkan sebagai “Tokoh Daerah dalam Pemberdayaan Ekonomi Kreatif & UMKM di Kabupaten Kutai Kartanegara”. Penghargaan ini tidak hanya menjadi bukti kerja keras Rendi Solihin, tetapi juga mencerminkan keberhasilan program-program inovatif yang dilaksanakan di bawah kepemimpinannya mendampingi Bupati Edi Damansyah.
Penghargaan ini pun menjadi pengakuan atas kontribusi Rendi Solihin dalam mengembangkan ekonomi kreatif dan UMKM melalui Program Usaha Kecil Idaman, bagian dari 23 program unggulan Kukar Idaman. Program ini mencakup berbagai inisiatif seperti fasilitasi, pelatihan, dan pemberian bantuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing UMKM. “Penghargaan ini kami dedikasikan untuk seluruh pelaku UMKM di Kutai Kartanegara. Hari ini ada 66 ribu pelaku UMKM di Kukar dan alhamdulillah puluhan ribu sudah kami beri bantuan,” sebut Rendi Solihin selepas acara penghargaan tersebut.
Dari Anak Nelayan Menjadi Pahlawan Ekonomi
Lahir dan dibesarkan di keluarga nelayan di pesisir Kutai Kartanegara, Rendi Solihin memahami betul sulitnya kehidupan masyarakat kecil. Masa kecilnya yang penuh tantangan dan keterbatasan tidak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, pengalaman tersebut menjadi motivasi kuat bagi Rendi untuk memakmurkan masyarakat kecil di daerahnya. Ia percaya bahwa dengan memberikan akses dan dukungan yang tepat, masyarakat kecil bisa bangkit dan berkembang
Ketika Rendi bersama Bupati Edi Damansyah mencanangkan Program Usaha Kecil Idaman, ia membawa semangat masa kecilnya ke dalam kebijakan tersebut. Program ini adalah salah satu inisiatif paling berpengaruh yang diluncurkan untuk memperkuat sektor UMKM. Bagian dari 23 program unggulan Kukar Idaman ini dirancang untuk memperkuat sektor UMKM melalui fasilitasi, pelatihan, dan pemberian bantuan, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi, daya saing produk, serta memperluas jangkauan pemasaran digital bagi para pelaku UMKM.
Salah satu inisiatif utama adalah Program Kredit Kukar Idaman, yang menawarkan permodalan tanpa bunga dan agunan, difasilitasi oleh Bankaltimtara. Program ini telah membantu ribuan UMKM mengakses modal dengan mudah, mengurangi ketergantungan pada rentenir.
“Program Kredit Kukar Idaman sudah kami tawarkan ke seluruh pelaku UMKM tanpa agunan dan bunga 0 persen untuk seluruh pelaku UMKM yang memerlukan modal,” lanjut Rendi.
Selain itu, Klinik UMKM dibentuk untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha kecil di setiap kecamatan. Klinik ini juga membantu pelaku UMKM dalam mengurus sertifikasi halal, membina SDM, dan mengoptimalkan manajemen usaha.
Program yang baik akhirnya mendorong UMKM Kukar bertumbuh dari 58.343 pada 2020 menjadi 68.833 per Juni 2024. Sebanyak 43.985 atau 74,20 persen dari UMKM wajib memiliki NIB telah memenuhinya. Sedangkan pemilik SP-PIRT adalah 452 dan pemilik sertifikat halal mencapai 1.199.
“Penghargaan ini menjadi motivasi kami semua untuk terus meningkatkan UMKM local di Kutai Kartanegara, untuk setidaknya bisa bersaing di kancah nasional dan menunjukkan bahwa Kutai Kartanegara juga punya kekayaan dari sektor ekonomi kreatifnya,” tambah Rendi.
Dengan berbagai inisiatif yang positif, Rendi Solihin telah membuktikan komitmennya dalam mengembangkan UMKM dan ekonomi kreatif di Kutai Kartanegara. Penghargaan yang diterimanya tidak hanya menjadi bukti kesuksesannya, tetapi juga mencerminkan harapan dan optimisme bagi seluruh masyarakat Kutai Kartanegara. Melalui kerja keras dan dedikasinya, Rendi telah membawa perubahan positif yang signifikan dan menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera. (*)