Kisah Abd Khotib Mengajar Saat Pandemi

December 15, 2021 by  
Filed under Profile

Abd Khotib

SAMARINDA– Kisah Pahlawan tanpa tanda jasa, begitu kita menyebut seorang guru. Berbicara tentang guru memang tiada habisnya, mereka selalu berjuang demi masa depan para generasi penerus bangsa.

Salah satu kisah soal guru datang dari daerah Samarinda, Kalimantan Timur. Abd Khotib lelaki kelahiran Lamongan pada 1978 silam.

Menjadi guru bagi Khotib bukan hanya soal pekerjaan tetapi panggilan hati untuk mengabdi. Menggunakan kendaraan roda dua buatan 2007 dia berangkat ke sekolah untuk mencerdaskan generasi bangsa.

Salah satu tantangan luar biasa bagi Khotib adalah datangnya pandemi covid-19 yang mengharuskan dirinya melakukan kegiatan belajar mengajar jarak jauh nyaris selama 2 tahun lamanya. Dan kini baru 2 bulan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolahnya yang berada di SDN 009 Samarinda Ilir.

Khotib menceritakan kisah suka duka selama mengajar selama online yang mana jaringan menjadi kendala utama dalam mengajar dan tidak maksimal. Dan membuat dirinya harus mendatangi rumah siswa yang terkendala jaringan agar siswanya tetap mendapatkan ilmu pengetahuan dari yang dia sampaikan.

“Waktu belajar daring cukup banyak kendala dan harus membuat kami turun ke rumah siswa untuk mengajar offline,” kata Khotib yang juga aktif menjadi Ketua Gabungan Relawan Peduli  Kelurahan Lempake saat ditemui usai mengajar.

Lanjut bapak dua anak ini, menceritakan rasa bahagai tak bisa dibendung karena sudah 2 bulan pembelajar PTM di laksanakan di Sekolahnya, siswa dan siswa pun terlihat sangat semangat ke sekolah untuk mengikuti pembelajar.

“ini spirit dan semangat baru dalam proses belajar,” sampai sambil meminum kopi dan menghisap rokok yang ada ditangannya

PTM kali ini berbeda dengan pembelajaran sebelum covid-19 terjadi, kebiasaan yang sangat berbeda ada kewajiban memakai masker di sekolah terlebih saat didalam kelas baik guru maupun siswa-siswi, tak ada salaman, menjaga jarak dan selalu mencuci tangan.

“Pembelajaran hanya 2 jam karena pembalajaran TPM hanya 50 persen saja,” sebut Wali Kelas IV B ini

Dia pun berharap agar Samarinda bebas covid-19 selamamnya dan pembelajaran bisa normal 100 persen. Dia beryukur telah mengabdi honorer 15 tahun dirinnya menjadi guru honor dan Desember 2021 dirinya baru diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Dengan menjaga Protokol kesehatan yang benar, kami yakin covid-19 akan hilang. Dan kepada anak didik tetap semangat dalam proses belajar,” harapnya. (Man)

Pelukis Grafir, Murid Sang Maestro Dirikan Galeri

November 27, 2021 by  
Filed under Profile

Fajar Edi Nugroho alias Jajang dengan lukisan Kaca Grafir di Galerinya

MALANG – Banyak cara seniman lukis menuangkan ide serta hasil karya. Ada yang melukis di atas kanvas, dinding ataupun kain. Demikan juga Fajar Edi Nugroho alias Jajang (55), yang melukis menggunakan kanvas kaca. Melukis di atas kanvas kaca sering dikenal dengan sebutan seni melukis grafir.

Di Kota Malang Jawa Timur, Jajang panggilan akrab Fajar merupakan satu-satunya pelukis grafir. Dirinya baru mulai menekuni kesenian melukis grafis itu pada tahun 2018.

“Saya belajar melukis di atas kaca ini sejak tahun 2018. Saat itu masih belajar-belajar saja, bagaimana caranya melukis grafir,dengan bekal pengalaman melukis di Kanvas, akhirnya bisa seperti saat ini,” katanya.

Jajang mengakui dirinya menyenangi melukis ketika kuliah di ISSI Yogjakarta 1985 lalu, tetapi tidak sampai lulus. Karena semangatnya untuk bisa melukis akhirnya dia, kursus melukis ke sang maestro seni lukis realis yakni Barli Sasmitawinata di Sentrasari Bandung.

Barli Sasmitawinata adalah seorang maestro seni lukis realis. Pria yang lahir di Bandung 18 Maret 1921 itu menjadi pelukis berawal atas permintaan kakak iparnya, tahun 1935. Sasmitawinata agar Barli memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Ia mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan merupakan bagian dari “Kelompok Lima” yang juga beranggotakan Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi.

Fajar Edi Nugroho ikut Barli Sasmitawinata 7 tahun (1085 – 1992). Berbagai kegiatan pameran yang diselenggarakan Barli tidak pernah ditinggalkan. Diapun menyertakan karya lukisnya diatas kanvas berpatner dengan sang Maestro.

“Bangga menjadi bagian dari kegiatan sang maestro pujaannya, sekaligus menimbah pengalaman,“ tandasnya disela-sela menyelesaikan lukisan grafirnya.

Karena dirinya tidak mau disebut “mengekor“ dengan gurunya, maka ia mengembangkan diri ke bentuk lukisan yang tidak banyak dimintai pelukis lainnya. Akhirnya Jajang, berlabuh ke lukisan kaca – grafir.

Berawal dari mencoba-coba lalu banyak tawaran membuat lukisan grafir wajah seseorang atau gambar tokoh.

“Paling mengesankan tatkala adanya pesanan hiasan rokhani jamuan dinding kudus. Dari salah satu Gereja ternama dengan ukuran besar lagi, dihargai sekitar 3 juta-an,“ ungkapnya bangga.

Pria kelahiran Kota Madiun 1966 itu mengatakan, itu mula ia dikenal sebagai pelukis kaca grafir dengan goresan kuat ala Sang Maestro Barli Sasmitawinata sehingga makin banyak yang tahu. Perlahan-lahan semakin banyak orderan yang datang.

Para pelanggan yang memesan lukisannya diwajibkan membayar setengahnya terlebih dahulu, dengan mengirimkan foto wajah yang hendak dilukis. Jika sudah selesai, sisa pembayaran bisa dilunaskan melalui cash atau transfer.

Saat di tengah pandemi COVID-19 jumlah orderan semakin menurun drastis. Jajang bersama Agus Himawan pengelolah Kopi Moejoer yang ada di dusun Boro Desa Tawangargo Karangploso. Mencoba membangun Galeri sekaligus berencana memberikan pendidikan melukis Kanvas maupun Grafir kepada masyarakat.

“Kami ingin memberikan pelatihan bagi masyarakat dan karangtaruna Dusun Boro, agar mereka punya keahlian yang bisa dikembangkan sebagai bekal hidupnya,“ ungkap Agus Himawan yang getol mengembangkan budaya di daerahnya.

Cafe Kopi Moejoer miliknya disulap menjadi banyak ruang diantarannya ada galeri yang memajang karya Jajang. (Buang Supeno)

Asli Nuryadin : Keberhasilan SDM 75 Persen Ditentukan Budi Pekerti

November 1, 2021 by  
Filed under Profile

Dr. Asli Nuryadin – Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda

SAMARINDA – Dimasa Pandemi Covid-19 dunia pendidikan menjadi sektor yang sangat terdampak, dimana masih banyak sekolah yang belum bisa melaksanakan proses pembelajaran tatap muka. Anak didik harus belajar secara online dari rumah. Padahal dunia pendidikan tidak bisa hanya mengandalkan pembelajaran jarak jauh (daring). Pendidikan yang bersifat teknis dan pendidikan karakter hanya bisa dilaksanakan secara tatap muka, mengingat perlunya contoh dan bimbingan langsung dari guru ke peserta didik.

Walaupun dimasa Pandemi, tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan semakin meningkat sejalan dengan kemajuan zaman. Era globalisasi membutuhkan sumber daya manusia yang berkulitas, tidak hanya berkulitas pada ilmu pengetahuan tapi pada pembentukan karakter peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

“Mengemban tugas sebagai Kepala Dinas Pendidikan, tidak sekadar bertugas mengembangkan knowledge/pengetahuan atau skill/keterampilan anak didik, tetapi juga dituntut membentuk, menanamkan sikap dan prilaku luhur ke dalam jiwa anak didik,” ujar, Dr. H. Asli Nuryadin, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda, kepada vivaborneo.com di kantor Dinas Pendidikan Samarinda, Jalan Biola Samarinda, Senin (1/11/2021).

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.

Pada lingkup pemerintah kota Samarinda, dengan moto ‘Samarinda Kota Pusat Peradaban’ dan sesuai dengan visi misi pemerintah kota Samarinda, ia pun mengharapkan sekolah-sekolah di lingkungan pemerintah kota Samarinda untuk menanamkan dan membentuk karakter anak didik yang beradab sejak dini.

“Saya mengimbau kepala sekolah dan guru untuk membentuk jiwa anak menjadi baik dan yang sudah baik dibentuk menjadi lebih baik, karena menurut saya keberhasilan sumber daya manusia(SDM) dalam kehidupan ini ditentukan 75 persen oleh akhlak mulia, selebihnya 25 persen knowledge dan skill,” jelasnya. (vb/mis)

Topan, Mahasiswa Wirausaha Generasi Mandiri

October 30, 2021 by  
Filed under Profile

Rumah magot

Memikul sampah, mendorong gerobak, menggergaji kayu, mengaduk semen . Begitulah pekerjaan fisik kasar yang dilakoni oleh anak muda kelahiran Samarinda, 23 Januari 1996.

“Saya sedang membangun rumah magot dan kolam budidaya ikan aquafonik.”ujarnya

Topan Yanuar Muslim, merasa prihatim banyak sampah organik yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan akhir. Menurutnya itu akan menguap ke udara menjadi gas metana.

“Gas metana itu berpotensi merusak ozon,” kata Topan.

Topan, pemuda Samarinda yang pernah mengeyam penidikan di UNY Yogyakarta, program studi pendidikan olahraga. Kuliahnya terhenti di semester 10. Kembali ke Samarinda, kini kuliah di Politani Samarinda program studi giomatika D-3. Fasilitas maqot yang dibangunnya setelah proposal yang diajukannya ke Dikti terkait dengan pendidikan wirausaha mahasiswa disetujui.

Pembelajaran bidang pendidikan di Indonesia di samping menyiapkan bangsa yang cerdas, terampil, berbudi luhur juga membentuk generasi mandir, sepertinya diterapkan Topan, anak ke 4 dari 4 saudara pasangan Herry Suprihanto dengan Ayu Nurjanah,

“Pengolahan sampah organik ini di samping untuk menjaga kesehatan lingkungan hidup juga untuk memperoleh ekonomi secara mandiri. Sebab produknya nanti berupa pupuk organik, sayur organik, ikan, cacing dan magot yang bisa dijual, ” jelas Topan yang saat ini tinggal di jalan Antasari Samarinda. (Misman)

Berawal Bantu Tetangga, Buruh Bangunan Ini 121 Kali Donor Darah

October 28, 2021 by  
Filed under Profile

SAMARINDA – Berawal dari niatan membantu tetangga yang memerlukan transfusi darah, Amat Hartono yang tinggal di Jalan Delima Samarinda seperti menjadi ketagihan berdonor darah yang biasa dia lakukan di PMI Kota Samarinda.

“Awalnya takut, akhirnya ketagihan karena tidak sakit ketika diambil darah,” ucapnya saat ditemui ditengah-tengah acara Vaksinasi Covid-19 di Kelurahan Air Putih, 21 Oktober lalu

Amat yang kelahiran Balikpapan pada tahun 58 tahun lalu ini mulai melakukan donor darah pada tahun 1993. Kebiasan donor yang dia lakukan karena semata-mata hanya ingin membantu sesama.

Amat

“Saya mau donor karena tidak bisa membantu orang lain dengan uang, bisanya hanya dengan setetes darah ini semoga bisa membantu orang lain yang sedang memerlukan,” kata Amat yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.

Amat terakhir melakukan donor darah 15 Oktober 2021 dan merupakan yang ke 121, Baginya donor darah bukan untuk mendapat penghargaan.

“ Alhamdulillah dengan berdonor darah saya bertambah saudara,“ katanya.

Dari beberapa keluarga pasien yang dibantu donor jalinan silaturrahmi masih terus terjaga, bahkan seperti keluarga sendiri. Keluarga pasien juga dari berbagai suku seperti Jawa Kutai, Dayak, Bugis, Banjar serta suku lainnya.

“Alhamdulillah jalinan silaturrahmi masih jalan,” pungkasnya.

Dikatakan Amat, afek yang dirasa jika rajin donor darah jika kurang olah raga badan akan bertambah gemuk. Biasanya jika sudah waktunya harus donor, badan ini terasa pegal-pegal. Ini sinyal tubuh harus segera donor.

“Selama saya rajin donor Allah berikan saya kesehatan, saya tidak pernah sakit yang berarti, badan selalu bugar, saya tidak pernah minum obat-obat medis atau obat-obatan herbal,” ungkap Amat.

Meski telah 121 kali mendonorkan darahnya, Amat belum pernah mendapat penghargaan dari PMI.

“Saya tidak berharap penghargaan, yang penting saya bisa membantu orang yang memerlukan bantuan,” tegasnya ketika ditanya mengenai penghargaan dari PMI.(vb-01)

« Previous PageNext Page »

  • vb

  • Pengunjung

    900665
    Users Today : 3365
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 749041
    Total Users : 900665
    Total views : 9569801
    Who's Online : 36
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05