ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Rotok Etam, Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sebagai Media Tanam

October 30, 2022 by  
Filed under Nusantara

Rotok Etam

SAMARINDA – Rotok Etam, sebutan ini berasal dari bahasa Kutai (rotok adalah kotoran kecil atau sampah kecil, sedangkan etam artinya kita, yang bermakna limbah rumah tangga jangan dibuang sembarangan, tapi dimasukkan dalam Rotok Etam, komposter sekaligus media tanam.

Pelatihan pelatihan pembuatan komposter sekaligus menjadi media tanam. Komposter plus ini dilakukan usai pembukaan Workshop Teknologi Tepat Guna (TTG) 2022 Vertical Garden yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (29/10/2022).

Pelatihan diberikan kepada sekitar 20 orang dengan waktu selama enam hari hingga 3 November, dengan materi mulai dari cara membuat Rotok Etam, pemilihan limbah rumah tangga, penanaman bibit hortikultura, komposisi media tanam dalam Rotok Etam, hingga perawatannya.

Peserta merupakan warga Samarinda yang berasal dari berbagai perwakilan di sejumlah kecamatan, seperti dari anggota PKK, ibu rumah tangga,pelaku vertical garden (dinding hijau), dan pengurus Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) di beberapa kecamatan di Samarinda.

Narasumber dalam pelatihan ini ada beberapa inventor, diantaranya adalah Suminto dari Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, kemudian Muhammad Taufik dari Kelurahan Bengkuring Raya, Kecamatan Samarinda Utara.

Menurut Taufik yang juga Ketua RT 43, Kelurahan Bengkuring Raya ini, konsep Vertical Garden merupakan upaya bagaimana menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat, dengan harapan bisa meningkatkan pendapatan warga melalui kegiatan pembinaan vertical garden.

“Sampah rumah tangga seperti nasi sisa, potongan sayur, kulit buah, pokoknya apapun jenis sampah yang ada, sepanjang itu organik, bisa dimasukkan di Rotok Etam, lalu secara alami akan difermentasi untuk dijadikan pupuk tanaman,” katanya.

Masih dalam cara kerja Rotok Etam secara alami, lanjutnya, hasil fermentasi yang disimpan di bawah media tanam tersebut akan dialirkan ke atas menggunakan sumbu, sehingga penanam sayur di Rotok Etam tidak perlu menyiram tiap hari, karena sumbu yang dipasang otomatis akan menyerap pupuk atau lindi dari bawah, sehingga bisa memperpanjang perakaran dan menyuburkan tanaman.

Lindi dari Rotok Etam, lanjutnya, bisa  juga digunakan untuk pembasmi hama pada tanaman sesuai kadar tertentu. Hal ini sudah dilakukan uji coba di lapangan oleh Kelompok Petani Cerdas, walaupun belum diuji di laboraturium, tapi berdasarkan praktik langsung dan berhasil tersebut, ia yakin akan keberhasilan lindi untuk membasmi hama, tentunya dengan komposisi yang disesuaikan.

Biaya pembuatan Rotok Etam tergolong murah, karena membeli barang bekas seperti bekas tempat cat, bekas tempat kaporit, dan lainnya, sedangkan hasilnya sangat luar biasa.

“Bahan-bahan lainya juga bisa didapatkan di sekitar rumah, dengan itu bisa mendapatkan profit yang lebih besar ketika di jual. Di RT 043 Bengkuring Raya sendiri telah menjual Rotok Etam ini sebanyak 40 unit dengan 1 unitnya seharga Rp350 ribu,“ ujar Taufik.

Walaupun dengan keuntungan besar untuk penjulan Rotok Etam, namun ia tetap menularkan ke orang lain tentang teknik pembuatan Rotok Etam, karena tujuan dia adalah agar banyak warga yang bisa membuat alat tersebut untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang sempit sekalipun.

Ia melanjutkan, Rotok Etam baru 2-3 bulan ini ada di RT 043 dan termasuk pengembangan, bukan penemuan, karena intinya hidup ini adalah mengimplementasi dan mengintegrasi yang ada mejadi peruntukan yang lebih spesifik. (Galang/ Adv)