Pemkot Samarinda Sia-Siakan Tugu Perjuangan Kemerdekaan
SAMARINDA, vivaborneo.com, Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kalimantan Timur (Kaltim) menyayangkan sikap Pemerintah Kota Samarinda yang seolah melupakan dan menyia-nyiakan tugu palagan perjuangan yang terletak di Kelurahan Teluk Lerong, Samarinda Ulu. Tugu palagan perjuangan di tahun 1947 tersebut kotor berselimutkan rimbunnya pepohonan dan tertutup oleh kios-kios dagangan.Salah seorang anggota LVRI yang juga menjadi pejuang ’45 di Kaltim, Haji Anwari H.A sangat menyayangkan sikap masyarakat dan Pemkot Samarinda yang lebih mementingkan membangun taman-taman yang indah daripada memelihara tugu bersejarah.
“Di depan tugu perjuangan ini Pemkot Samarinda membangun beberapa taman. Seharusnya mereka memeliharan dan mempercantik tugu perjuangan agar generasi muda dan masyarakat mengetahui sejarah ketika melawan penjajah Belanda,” harap Anwari.
Diterangkan Anwari , diatas bukit di dekat tugu ini dahulu berdiri sebuah gedung milik Ooast Borneo Maatschappy (OBM), yaitu sebuah perusahaan yang mengelola tambang batubara yang berlokasi di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
Gedung tersebut selalu dipergunakan untuk pesta pora, berdansa-dansi dan bersenang-senang karena Belanda merasa akan berhasil kembali menduduki negeri ini di tahun 1947.
“Tepat di tugu palagan itu pejuang pernah melakukan penyerangan terhadap gedung Belanda tersebut. Pertempuran sengit terjadi. Banyak pihak Belanda tewas dan pihak pejuang tercatat dua orang gugur,” jelasnya.
Dari data vivaborneo.com, ada lima buah tugu palagan perjuangan melawan penjajah Belanda di Samarinda. Salah satunya yang berada di Teluk Lerong ini yang keberadaannya tidak terawat dan tertutup pagar seng. Padahal keberadaannya hanya dua meter dari badan jalan kota.
Tidak berbeda jauh, ke empat tugu palagan perjuanga yang tersebar di Samarinda, juga tidak mendapatkan perawatan yang memadai.
“Seyogyanya tugu-tugu semacam ini menjadikan kebanggan, karena kemerdekaan ini diperoleh bukan kado karena patuh kepada kekuatan manapun, tetapi melalui perlawanan dengan angkat senjata untuk kemerdekaan dan mempertahankan negara RI. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 pejuang menentang kembalinya penjajah Belanda menguasai negeri ini,” ujar Haji Anwari.
Menurutnya dari lima tugu palagan perjuangan yang ada di Samarinda, korban di pihak pejuang yang banyak menelan korban adalah di titik tugu perjuangan di Kelurahan Solong, Samarinda Utara.
Di Solong ini, sebanyak 12 pejuang gugur dan dikuburkan seadanya di sekitar tugu perjuangan, karena pertempuran berlangsung sengit dan memakan waktu berhari-hari. Sehingga pejuang yang gugur tidak dapat dimakamkan secara layak mengingat ketatnya kepungan Belanda.
Setelah dibangunnya makam pahlawan Kesuma Bangsa di Jalan Pahlawan tahun 1960-an, barulah jasad para pejuang ini di pindahkan ke makam pahlawan dan mendapatkan tempat makam yang lebih layak.
Kini Haji Anwari berharap, ada aksi dan perhaian masyarakat terutama Pemkot Samarinda untuk dapat menjadikan tugu perjuangan ini sebagai taman yang dapat memberi informasi dan inspirasi bagi generasi muda betapa beratnya merebut kemerdekaan.
“Harusnya tugu perjuangan dapat dibuat lebih baik lagi agar masyarakat mengetahui dan memahami pernah terjadi peperangan yang dilakukan pejuang-pejuang RI,” harapnya.(vb/yul)
wisnu on Fri, 20th Mar 2015 8:49 am
Sayang sekali, kalo peninggalan sejarah terabaikan begitu saja… seolah Samarinda adalah kota yg muncul secara instan… tanpa perjuangan….