ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Guru Spesies Kosmopolit di Masa Pandemi

November 23, 2020 by  
Filed under Opini

Share this news

Oleh : Ari Nuraeni, S.Pd *)

Ari Nuraeni, S.Pd

Memperingati hari guru nasional setiap tanggal 25 November sudah menjadi rutinitas tahunan. Bebagai acara seremonial, berbagai macam lomba dan penghargaan bagi guru dengan berbagai discount khusus. Nyanyian dan pujian untuk guru sudah sering kita dengar dan membahana. Namun tidak sedikit pula yang masih meragukan guru dengan profesinya menyangkut kasus-kasus yang muncul di dunia pendidikan.

Berkaitan dengan hari guru tahun ini, penulis ingin berbagi pengalaman sebagai guru dalam pembelajaran di masa pandemi. Penulis menggunakan istilah berkaitan dengan biologi seperti spesises dan kosmopolit. Spesies merupakan istilah ilmiah dalam taksonomi untuk menyebutkan suatu kelompok individu (populasi) yang serupa. Menurut istilah ekologi biasa digunakan untuk sebaran tumbuhan. Kosmopolit memiliki arti terdapat diberbagai tempat, penyebarannya luas, ada dimana-mana. Spesies kosmopolit adalah spesies yang dimana akan tersebar secara luas hingga menyentuh ke seluruh wilayah yang berada di penjuru dunia. Istilah kosmopolit revelan dengan keberadaan guru selama pandemi covid-19. Selama pandemi pembelajaran berbasis on line atau dikenal dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ tidak dibatasi ruang dan waktu, maka kehadiran guru bisa setiap saat dan dimana saja di segala penjuru.

Pembelajaran atau kegiatan proses belajar mengajar secara formal tidak bisa lepas dari guru. Pembelajaran akan sulit dilakukan tanpa keberadaan guru. Guru menjadi sangat penting perannya dalam pelaksanaan pendidikan mengajar peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidkan yang hendak dicapai. Tanpa keberadaan dan bimbingan guru siswa akan kesulitan dalam menerima materi pelajaran jika belajar hanya dari sumber belajar dan media pembelajaran. Selain tugas mengajar guru memiliki kewajiban yang melekat dalam pembelajaran seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.

Di masa pandemi covid-19 masuk ke Indonesia, dunia pendidikan mengalami perubahan drastis. Guru tidak lagi dapat melaksanakan perannya di dalam kelas, karena kebijakan pemerintah untuk menghambat dan memutus rantai penularan covid 19 pembelajaran dilaksanakan melalui daring atau on line dan tidak ada lagi tatap muka pembelajaran di kelas. Semua kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah di tunda sampai batas waktu yang belum di ketahui atau ditiadakan. Peran guru mulai dipertanyakan karena tidak lagi mengajar di kelas.

Seiring waktu berjalan guru tetap memiliki peranan yang penting terutama dalam memajukan pendidikan anak bangsa, peran guru tak dapat digantikan. Hal ini sangat terasa di masa pandemi covid-19. Pada masa pandemi ini sekolah menggunakan PJJ atau biasa disebut sekolah online. Suka duka PJJ sudah banyak kita dengar. Misalnya dari kemampuan peserta didik yang berbeda, keluhan orang tua yang terpaksa harus belajar dan jadi guru di rumah, masalah jaringan, kuota yang boros, kebosanan siswa dan ketidakpahaman siswa terhadap materi-materi tertentu yang memang harus dibantu oleh guru. Masih banyak lagi persoalan di seputar PJJ. Peranan guru di masa PJJ masih banyak yang menyorot dari sisi negatif. Bahkan naïf ada yang komentar di media sosial guru makan gaji buta. Tidak bekerja tapi tetap digaji. Tentu saja menimbulkan pro kontra di masyarakat.

Peran dan peranan guru selama PJJ sebetulnya sama seperti guru yang mengajar di kelas, tetap mengajar, melayani sesuai dengan tupoksi guru. Selama PJJ justru guru bekerja 2 kali lipat dibandingkan mengajar secara luring/ tatapmuka. Jika dihitung dengan waktu bisa 24 jam dapat dihabiskan melayani siswa dalam pembelajaran. Mengapa bisa 2 kali lipat beban guru dengan PJJ? Hal ini bisa dijelaskan dimulai dari persiapan mengajar, menyiapkan bahan ajar. Misalkan membuat video pembelajaran membutuhkan waktu bisa lebih dari 1 hari dimulai dari take gambar, editing, dan finishing sampai mengupload video. Membuat lembar kerja online, membuat presensi online, membuat soal yang bisa dikerjakan secara online. Semua yang dikerjakan dari persiapan hingga pembelajaran menggunakan aplikasi yang bisa digunakan untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Belum lagi melayani pertanyaan siswa secara pribadi menggunakan aplikasi what apps, atau aplikasi lain melalui handphone. Bayangkan jika guru mengajar lebih dari 200 siswa dengan jenjang yang berbeda. Satu jam saja tidak membuka handphone bisa ratusan pesan yang masuk dan harus dibalas.

Aplikasi yang digunakan oleh masing-masing guru mungkin berbeda dan bahkan dipaksakan sama untuk menyeragaman pembelajaran. Tentu saja menggunakan aplikasi dalam PJJ memerlukan waktu untuk mempelajarinya, mencoba dan menerapkan langsung dalam pembelajaran. Belum lagi terjadi trial and error. Guru yang semula belum pernah menggunakan aplikasi untuk vicon dan aplikasi-aplikasi online lainnya terpaksa dan dipaksa untuk menggunakan berbagai aplikasi penunjang dalam PJJ. Sekolah memfasilitasi dengan menggadakan workshop agar pengajar di sekolahnya yang semula tidak pernah menggunakan aplikasi atau menggunakan IT dalam pembelajaran secara luring maupun daring, sehingga pengajar di sekolahnya melek IT.

Literasi IT terus dilakukan agar guru bisa dan terbiasa dengan IT untuk mendukung materi yang diajarkan dalam PJJ. Keterpaksaan karena pandemi ini membuahkan hasil yang luar biasa dalam kemajuan IT para guru di Indonesia. Setiap hari selalu saja guru yang membuat video pembelajaran. Video pembelajaran hasil karya guru banyak diupload di you tube, dimedia sosial atau bebagi kepada rekan sejawat untuk digunakan dalam PJJ. Sesama rekan guru saling berbagi pengetahuan tentang aplikasi yang digunakan.

Semakin banyak mempelajari aplikasi semakin mengetahui kemudahan yang dirasakan dalam PJJ. Banyaknya workshop dan webinar yang dilakukan dari pemerintah maupun instansi swasta secara tidak langsung membantu guru dalam literasi IT. Literasi IT yang dilakukan guru-guru berdampak langsung pada peserta didik atau siswa.

Guru yang dapat menguasai IT dengan baik akan menggunakan atau menerapkan dalam proses pembelajarannya sehingga siswa akan lebih mudah menerima pesan pembelajaran yang disampaikan. Guru yang belum dapat menguasai IT tentu akan kesulitan dalam memberikan materi pelajaran. Sehingga guru secara manual memberi tugas melalui HP dan siswa sendiri yang akan mencari jawabannya tanpa penjelasan dari guru. Tentu saja ini akan berdampak banyaknya tugas yang harus dikerjakan siswa. Semakin banyak guru yang melek IT dan menguasai IT akan memudahkan dalam PJJ.

PJJ tidak tergantung pada tempat dan waktu. Di mana saja dan kapan saja siswa dapat belajar serta memperoleh pelajaran melalui media apa saja yang dapat terkoneksi dengan Internet. Belajar bisa melalui berbagai media pembelajaran yang telah di buat oleh guru. Maka kehadiran guru dapat dirasakan dimana saja dan kapan saja dibutuhkan oleh siswa. **

*) Guru Biologi SMAN 8 Yogyakarta

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.