Warga Bea Nehas Telah Puluhan Tahun Jaga Hutan Lindung dan Hutan Adat

December 19, 2019 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Share this news

Vivaborneo.com, Jauh sebelum pemerintah memberikan perhatian untuk perlindungan hutan, masyarakat Dayak Wehea di Desa Bea Nehas, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur telah memelihara hutan adat mereka dengan baik dan terjaga.

Hutan ibarat sebuah supermarket yang menyediakan semua kebutuhan hidup masyarakat disekitar hutan. Sebut saja keperluan untuk lahan berladang, mencari bahan pangan, obat-obatan serta untuk memenuhi kecukupan protein daging dan lainnya.

Kunjungan ke hutan Bea Nehas merupakan kunjungan lapangan ke lima di bawah Koordinasi Humas Pemprov Kaltim yang didukung oleh Dewan Perubahan Iklim Daerah (DDPI) Kaltim dan The World Bank. Dalam kunjungan ini dapat dilihat interaksi antara warga Desa Bea Nehas dengan pekerja perusahaan kelapa sawit yang berasa di pinggiran hutan.

Kepala Adat Desa Bea Nehas, Ledjie BeLeang Song, saat melihat tumbuhan herbal yang sedang viral, akar kayu Bajakah, yang masih sangat mudah ditemukan di hutan Desa Bea Nehas. Kecamayan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.

Sebelumnya kunjungan lapangan media telah dilaksanakan di Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kelurahan Mentawir Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara, Kecamatan Biduk-Biduk Kabupaten Berau, dan Desa Tanjung Soke Kecamatan Resak Kabupaten Kutai Barat serta ke Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur.

Kepala Adat Desa Bea Nehas, Ledjie Be Leang Song mengatakan sangat mendukung upaya pemeliharaan hutan melalui program Kampung Iklim Plus (Proklim+) dalam upaya penurunan emisi karbon dan program Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund (FPCF CF).

Ledjie Be menjelaskan jika masyarakat Dayak  sejak tahun 1964 sudah secara sadar menjaga hutan lindung dan hutan adat. Desa Bea Nehas memiliki dua kawasan hutan, yaitu Hutan Adat dengan luas 38 ribu hektar dan Hutan Lindung Adat dengan luas sekitar 100 ribu hektar.

“Kedua kawasan masih tetap kami pertahankan hingga kini,” ujarnya saat meninjau hutan yang masih memiliki tutupan besar untuk dimasukkan dalam 150 Kampung Iklim+, pada Sabtu (14/12).

Sementara itu Deputi Direktur Yayasan Biosper Manusia (Bioma) Kaltim, Danang Sutobudi mengungkapkan jika hutan Bea Nehas menjadi hutan terluas kedua  di Kaltim dan dari 150 desa program Kampung Iklim Plus, hutan Bea Nehas masuk dalam lima besar untuk ketersediaan stok karbon di Kaltim.

“Selama puluhan tahun lalu, warga Desa Bea Nehas telah menjaga hutan lindung mereka dengan sebutan las longsu dan hutan adat dengan sebutan las sedat. Ini bukti jika masyarakat sangat tergantung dan membutuhkan hutan. Karena seluruh aktivitasnya sangat berkaitan erat dengan hutan,” ujar Danang.(Yuliawan Andrianto)

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.