ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Mengusung Ideologi Kekerasan, Terorisme Menjadi Musuh Bersama

September 19, 2021 by  
Filed under Hukum & Kriminal

Share this news

Kepala BNPT,   Komjen Pol DR Boy Rafli Amar, MH

SAMARINDA — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi DR Boy Rafli Amar, MH menjelaskan saat ini pengguna internet di Indonesia terdapat 202 juta pengguna internet di Indonesia. Sebanyak 80 persen diantaranya sebagai pengguna media sosial. Dari pengguna media sosial ini, 60 persen adalah anak muda yang merupakan generasi milenial.

“Nah kelompok terorisme ini senang sekali merekrut anak-anak muda yang mereka anggap berani, idealis dan sedang mencari jati diri. Tidak mungkinmereka merekrut para orang tua seperti kita ini. Itulah akhirnya dia menjadi pelaku bom bunuh diri,” cerita Boy saat kegiatan kolaborasi pelibatan masyarakat di Samarinda, Sabtu sore (18/9/2021).

Dijelaskannya, ciri ideologi terorisme ini memiliki karakter ideologi teroris yaitu intoleransi, tidak bisa menerima perbedaan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

“Karakter itulah yang diusung oleh terorisme. Jeleknya kelompok terorisme ini mengusung slogan-slogan agama. Itu yang kita sayangkan. Karena semua agama tentu memiliki cinta kasih dan semangat untuk mengasihi satu sama lainnya, serta menghormati perbedaan,” ujarnya.

Boy Rafli Amar, yang turut didampingi oleh Sekretaris Utama BNPT Mayjen. TNI. Untung Budiharto (Sestama) dan Deputi Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen. TNI. Hendri Paruhuman Lubis, mengatakan kelompok terorisme karakternya merasa paling superior dan ketika ada perbedaan prinsip, maka dianggap sebagai lawan.

Bahkan, tegas Boy, banyak tokoh di pemerintahan yang menjadi musuh mereka, karena alat negara dipandang sebagai lawan yang dapat menghalangi tujuan mereka mendirikan negara Islam di Indoensia.

Pengaruh arus globalisasi saat ini, kelompok terorisme selalu mengedepankan perbedaan-perbedaan tersebut. Padahal, tegasnya, Indonesia kaya akan perbedaan. Jika perbedaan tidak disikapi dengan bijak, maka perbedaan Indonesia dapat menjadi bencana.

“Seperti yang terjadi Kaltim pada 2016 silam ketika Gereja Oikumene di Samarinda diledakkan. Itu adalah wujud dari orang-orang intoleran, orang-orang yang sudah tersusupi alam pikirannya untuk mengadu domba diantara warga Indonesia dengan keyakinan yang menurut mereka adalah sebuah kebenaran. Padahal itu adalah sebuah kekeliruan,” tegas Boy.

Ia mengakui kasus terorisme dan intoleransi terus saja terjadi di Indonesia. Seperti juga di Kaltim, beberapa provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali dan Sulawesi Selatan, juga pernah menjadi sasaran bom bunuh diri pelaku terorisme.

Kegiatan Pelibatan Masyarakat “Kolaborasi Penyintas” dalam pencegahan terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim, selain menghadirkan keluarga dan korban Gereja Oikumene, juga menghadirkan satu keluarga kasus bom Desa Loki, Ambon pada tahun 2005 silam, dimana saat itu terdapat 6 orang anggota Brimob Polda Kaltim gugur dalam tugas.

Pertemuan ini menjadi mengharukan, karena keluarga penyintas bom gereja Oikumene membawa hadir anak-anak mereka yang selamat dari luka-luka berat yang diderita. Ketiga anak yang hadir tersebut yaitu Alvaro Sinaga (9 th), Trinity Hutahaean (8 th) dan Anita Kristobel (7 th).

Diakhir acara, keluarga penyintas bom Gereja Oikumene maupun keluarga penyerangan teroris di Desa Loki, Ambon mendapatkan sejumlah bantuan tali asih dan kebutuhan sembako untuk keperluan sehari-hari dari BNPT RI.

Dalam kunjungan Kepala BNPT dan rombongan ke Kaltim, selain ke Samarinda, dan pada Senin (20/9/21) akan bertolak ke Balikpapan untuk melaksanakan Delkarasi Kesiapsiagaan Nasional, dalam rangka Penanggulangan Terorisme.

Selanjutnya rombongan juga akan ke Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara untuk bertemu dan berdialog dengan mitra deradikalisasi kasus Bom Bali 1, Puryanto dan para binaan BNPT lainnya.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.