Indah Temukan Harapan Dari Gratispol

November 18, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

TENGGARONG – Kisah Indah Priana adalah kisah yang berjalan pelan, penuh liku, tapi tetap menyala oleh ketabahan yang tak pernah padam. Mahasiswi semester 1 Prodi Manajemen STIE Tenggarong ini datang dari Muara Kaman, sebuah kecamatan sunyi yang jauh dari keramaian kota. Dari sana perjalanan hidupnya dimulai, perjalanan yang berkali-kali goyah, namun akhirnya menemukan jalan dan harapan kembali melalui sebuah program bernama Gratispol.

Ayahnya seorang tukang urut. Setiap hari, dengan harapan dan tas kecil berisi minyak urut, sang ayah melangkah dari rumah ke rumah, mengandalkan tenaga di kedua tangan untuk menafkahi keluarga. Namun pendapatan yang tak menentu itu bukanlah satu-satunya tantangan. Indah tumbuh dalam rumah yang tak hanya bekerja keras, tapi juga berjuang melawan kesehatan dan waktu.

Indah pernah masa jeda Pendidikan formal selama tiga tahun. Bukan karena malas atau tak tahu arah. Tubuhnya sedang berperang dengan sakit yang diderita.

“Dokter bilang nggak bisa disembuhkan, tapi setidaknya biar nggak makin parah harus rajin minum obat,” ucapnya lirih.

Di masa-masa itu, ketika ia tidak bisa beraktivitas berat, ia membantu neneknya menjahit. Dari situlah ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, uang yang ia siapkan untuk kuliah. Namun hidup sering kali memiliki rencana lain. Ayahnya jatuh sakit, dan tabungan yang ia kumpulkan habis untuk biaya berobat.

Indah Priana (Foto Ain)

“Aku ambil cuti dulu, uangnya terpakai untuk bapak,” katanya.

Indah sudah beberapa kali mencoba membuka pintu pendidikan. Ia pernah menjadi mahasiswa baru di universitas lain, tapi UKT membuat langkahnya kembali tertahan.

“Saya maba dari UT, tapi nggak bisa bayar UKT,” ungkapnya.

Sekali lagi, ia menunda mimpi.

Hingga suatu hari, sebuah telepon datang. Kabar yang bahkan membuatnya ragu apakah itu nyata, beasiswa Gratispol, kuliah gratis dari awal sampai lulus.

Kini, setelah merantau dari Muara Kaman ke Tenggarong, Indah tak lagi menanggung beban UKT sekitar Rp4,5 juta per semester. Semua ditanggung Gratispol.

“Saya tinggal kuliah saja,” ujarnya lega.

Di balik perjuangan kuliah, Indah bukanlah gadis yang tinggal diam. Ia tumbuh sebagai pekerja keras sejak kecil. Ia bisa menjahit sejak umur lima tahun. Selepas operasinya pada tahun 2023, ia baru benar-benar mulai memperdalam kemampuan itu. Jahitan demi jahitan mendukung keuangan keluarga, dan bahkan menjadi salah satu sumber harapan ketika kuliah terasa jauh.

Ia sempat membuka usaha sendiri bernama RNI Food, menjual sanga cabe bawang. Usaha itu berjalan, sampai alergi pada jarinya membuat ia harus berhenti sejenak.

“Sekarang gatal banget kalau kena sabun atau makan yang salah. Jadi aku stop dulu,” katanya.

Selain itu, ia sempat membuat konten soal jahit-menjahit. Peluangnya besar, penontonnya banyak, namun HP yang tidak kuat membuat ia memilih berhenti sementara dan fokus memperdalam skill dulu.

“Padahal lagi rame banget, tapi HP-ku nggak kuat. Sekarang aku upgrade skill jahit dulu,” tuturnya.

Indah bermimpi suatu hari nanti membuka usaha permak baju di Tenggarong sambil kembali menjalankan RNI Food. Namun untuk saat ini, ia memilih fokus menjalani kuliah, masa adaptasi yang ia perjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Bagi keluarga tukang urut yang hidup dari kerja keras, Gratispol bukan sekadar beasiswa. Program ini adalah pintu masa depan yang sebelumnya tak pernah tampak jelas. Setiap kali melihat ayahnya kembali mengurut pelanggan meski tubuhnya tak selalu kuat, Indah tahu ia harus berhasil.

“Orang tua nggak pusing lagi. Semenjak ada Gratispol, sangat terbantu,” ucapnya.

Ia menitip harapan kepada Gubernur Kaltim agar lebih banyak anak muda bisa meraih kesempatan yang sama.

“Banyak banget yang pengen kuliah di atas 25 tahun. Semoga batas umur bisa sampai 30 tahun,” harapnya.

Indah Priana adalah bukti bahwa takdir bisa berubah ketika kesempatan datang pada waktu yang tepat. Dari Muara Kaman hingga Tenggarong, dari ruang jahit nenek hingga ruang kuliah, dari gap year bertahun-tahun hingga bangku perkuliahan yang akhirnya ia duduki semuanya terhubung oleh tekad, keringat ayahnya, dan sebuah program yang membuka jalan Gratispol.

Selama Gratispol tetap berjalan, akan selalu ada anak-anak di kampung, di keluarga sederhana, di rumah-rumah penuh harapan, yang bisa mengubah hidupnya. (ainul/adv diskominfo kaltim)

Pondok Terpal di Ring Road, dan Suara Wandora yang Tak Pernah Didengar

November 18, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Wandora, Pemilik Rumah dan Pondok Terpal yang dibongkar. (Foto Ain)

SAMARINDA – Di atas trotoar Jalan Ring Road Samarinda, pernah berdiri sebuah pondok kecil dari terpal lusuh yang terikat seadanya pada tiang dan potongan kayu. Bukan bangunan, bukan pula tempat berteduh yang layak, tapi lebih menyerupai isyarat putus asa seseorang yang sudah terlalu lama berteriak tapi tak kunjung didengar.

Itulah “pondok protes” milik Wandora.

Di sana, perempuan paruh baya itu hampir setiap hari duduk, memandang lalu-lalang kendaraan yang bergerak tanpa tahu di balik terpal yang bergoyang ditiup angin, ada kisah yang jauh lebih berat dari yang tampak.

“Saya cuma mau pemerintah lihat keadaan kami, Kalau tidak begini, siapa yang mau dengar?,” katanya pelan, Senin (17/11/2025).

Namun pondok terpal itu bukan rumah Wandora yang sebenarnya. Rumah aslinya berdiri beberapa meter dari situ, tepat di seberang jalan yang sedikit berbukit dan kondisinya hampir tak berbeda. Atapnya pun dari terpal, dindingnya dari papan tipis puing bongkaran. Lantai seadanya menjadi alas tidur keluarganya sejak rumah mereka dihancurkan.

Yang berbeda hanyalah satu, yang di seberang jalan itu adalah sisa-sisa tempat tinggal yang sesungguhnya, sementara pondok di trotoar hanyalah simbol dari kerinduan akan keadilan.

“Kami tinggal dari puing-puing rumah yang dibongkar, semua hancur. Tanaman kami pun habis dilindas,” ujarnya.

Ia bercerita tanpa nada marah, lebih seperti seseorang yang sudah terlalu lelah untuk mengeluarkan emosi. Namun matanya tetap menunjukkan perlawanan yang belum padam.

Wandora meyakini tanah yang kini disengketakan PT. Sumber Mas Timber adalah milik orang tuanya. Ia menggenggam surat segel tua keluaran pemerintah tahun 1970-an sebagai bukti. Di tanah itulah keluarganya hidup sejak 1970–1971, sebelum jalan itu ada, sebelum kawasan itu berkembang, sebelum perusahaan mana pun hadir.

“Saya masih kecil waktu kami tinggal di sana, Perusahaan baru masuk 1979. Kok bisa tiba-tiba mereka bilang tanah itu punya mereka?,” kenangnya.

Ia mengingat jelas saat mediasi berlangsung, dokumen kepemilikan yang diminta pemerintah kepada perusahaan tak kunjung muncul. Namun beberapa waktu kemudian, perusahaan mengaku sudah menemukan bukti pembelian yang sebelumnya tak pernah ditunjukkan.

 

“Dulu tidak punya surat. Sekarang tiba-tiba punya. Itu yang saya tidak mengerti,” katanya sambil menggeleng pelan.

Penggusuran itu terjadi tiba-tiba. Tanpa ganti rugi. Tanpa kompensasi. Tanpa ruang untuk bernapas.

“Tiga rumah kami dihancurkan. Kami diseret keluar. Barang-barang hancur semua,” ucapnya, suaranya merendah.

Wandora menunjukkan tanaman-tanaman yang dulu ia rawat seperti pisang, nangka, dan beberapa rumpun tanaman obat. Sekarang sebagian hanya tinggal tanah kosong dengan belukar dan bekas tapak alat berat.

Pemerintah, katanya, pernah menawarkan relokasi. Tapi baginya, relokasi bukan jawaban.

“Kalau saya pindah, berarti saya melepas tanah orang tua saya. Saya tidak mau. Hak itu harus saya jaga,” katanya bukan keras, tapi dengan kepastian yang berat.

Ketika pondok terpal di trotoar itu dibongkar Satpol PP, Wandora mengaku hanya diberi waktu satu hari. Ia belum sempat mengemasi apa pun ketika petugas datang di hari Jumat, dua hari setelah peringatan pertama.

“Tidak ada surat, Awalnya mereka bilang saya diberi waktu. Tiba-tiba langsung dibongkar,” tuturnya.

Yang tersisa kini adalah terpal yang semakin lusuh, kayu-kayu yang patah, dan sebuah rumah darurat di seberang jalan yang lebih mirip tempat bertahan hidup ketimbang tempat tinggal.

Namun Wandora tetap di sana, di bawah terpal, di samping jalan, di tengah deru kendaraan yang tidak pernah berhenti. Bukan karena ia ingin dianggap, melainkan karena itu satu-satunya cara untuk membuat dunia menoleh sebentar.

“Saya hanya ingin keadilan. Tanah itu tempat kami hidup. Kami tidak punya apa-apa lagi, kecuali itu,” ujarnya.

Di Ring Road yang ramai, kisah Wandora mungkin hanya sepotong dari banyak kisah serupa. Namun bagi dirinya, itu adalah seluruh hidup yang kini bertumpu pada selembar terpal dan keyakinan bahwa suatu hari ada yang akan mendengar. (ainul)

Widyaiswara BPSDM Kaltim Perdalam Marketing Sektor Publik di LAN Jakarta

November 15, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

JAKARTA – Direktorat Pembelajaran Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia, bekerjasama dengan MarkPlus Incorporation menyelenggarakan pelatihan Marketing Sektor Publik Angkatan I.  Pelatihan berlangsung selama dua hari, 12 hingga 13 November 2025, di Gedung Graha Wisesa, LAN, Jakarta.

Peserta pelatihan sangat terbatas, yaitu sebanyak 15 orang. Mereka berasal dari Lembaga Administrasi Negara, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum, Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, Pemprov DKI Jakarta, Pemkab Batang, BKPSDM Kota Pontianak dan BPSDM Kaltim. Khusus dari Kaltim mengirim dua Widyaiswara, yaitu Mohammad Jauhar Efendi, Widyaiswara Ahli Utama, dan Zuhriah, Widyaiswara Ahli Madya.

Selama dua hari para peserta memderdalam tentang Pengantar dan Analisis Lanskap Bisnis; Teori dan Strategi Public Sector Marketing; Praktik Pablic Sector Marketing; Marketing Tactic (Identifikasi Stakeholders); Marketing Plan Instansi Publik (Branding, Kanal, dan Media); Membangun Konten Efektif untuk Pemasaran di Sektor Publik; Strategi Komunikasi yang Efektif; Monitoring dan Evaluasi Program Komunikasi Publik; Menyusun Dokumen Perencanaan Pemasaran dan Komunikasi Publik.

Para narasumber baik dari LAN maupun MarkPlus yang memberikan materi pembelajaran antara lain Rusma Dwiyana, Marthani, Rizky, Michel, Sarinah Dewi, Niken Hapsari. Mereka memang memiliki kompetensi di bidang masing, sehingga pelatihan berjalan dengan sangat menyenangkan.

Pada akhir pembelajaran, peserta dibagi dalam 9 kelompok untuk diunggah di LMS yang dimiliki oleh LAN-RI. Selanjutnya masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dan umpan balik. Setelah semua agenda tersebut, diakhiri dengan Review Program dan Tindak Lanjut Program Pelatihan.

Jauhar Efendi sebagai salah satu peserta pelatihan, melaporkan, bahwa kegiatan pelatihan dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta tidak bosan dan terus menyimak materi pelatihan, di mana dua orang narasumber yang berasal dari MarkPlus dan dari LAN duduk bersama dalam bentuk TalkShow. Konsep ini cukup menarik, karena memadukan dua narasumber yang berasal dari latar belakang berbeda, yaitu dari PNS dan dari Sektor Swasta. Kolab atau kolaborasi ini dipandu oleh Staf MarkPlus. TalkShow ini berlangsung dua sesi. Tentu juga disediakan waktu pendalaman, berupa tanya jawab dengan peserta untuk menggali lebih dalam tentang materi yang telah disediakan.

Sebelum acara penutupan, Panitia penyelenggara mengumumkan dua orang peserta teraktif, satu di antaranya adalah Jauhar Efendi, yang juga sekaligus  didaulat oleh Panitia Penyelenggara menyampaikan kesan dan pesan serta harapan terkait kegiatan pelatihan. Jauhar memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada Panitia Penyelenggara dan kepada para narasumber, baik dari LAN maupun dari MarkPlus. ”Moga pelatihan praktis semacam ini bisa diselenggarakan lebih intensif lagi di masa-masa yang akan datang”, pungkas Jauhar.

Sedangkan tugas akhir dari Kelompok VI (BPSDM Kaltim), berjumlah 2 orang, yaitu Zuhriah dan Jauhar Efendi, mengangkat tema ”Kemitraan Strategi Sinergi Kompetensi BPSDM Kaltim”. Zuhriah, sebagai penyaji pada Tinjauan positioning dan differensiasi brand, menyatakan bahwa ”proyek ini memposisikan BPSDM Kaltim sebagai simpul utama kolaborasi strategis yang menyatukan pemerintah daerah dengan akademisi/praktisi dengan tenaga ahli non-ASN”. Lebih lanjut, dikatakan bahwa yang menjadi diferensiasi atau pembeda adalah ”fokus pada pergeseran dari pelatihan yang digerakkan oleh supply (ketersediaan internal) menjadi pelatihan yang digerakkan oleh demand (kebutuhan nyata di lapangan). (*)

Warga Kubar Tanam Pohon Kelapa di Tengah Jalan

November 13, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

SENDAWAR –Jalan Trans Kaltim di sepanjang jalan dari perbatasan Kutai Kartanegara (Kukar) hingga ke ibu Kota Kabupaten Kutai Barat (Kubar) kondisinya rusak parah dan sangat membahayakan para pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Bahkan dan juga sering terjadinya laka lantas.

Ketidakperdulian Pemprov Kaltim dan juga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) mengakibatkan kejengkelan para warga yang ada di Kelurahan Simpang Raya, Kecamatan Barong Tongkok, dengan menanam pohon kelapa di tengah jalan.

Hal ini dibenarkan Plt. Lurah Simpang Raya, Yati Lindasari saat di konfirmasi media ini melalui telepon selulernya, Rabu (12/11/2025).

Dikatakan Yati Lindasari, jalan Trans Kaltim ini sangat memperihatinkan sekali. Saat ini jalan dengan kondisi rusak. Masyarakat juga sudah lama mengeluh tentang jalan Trans Kaltim ini.

“Kami dari kelurahan tidak bisa berbuat banyak, karena warga sudah jengkel dengan tidak adanya kepedulian dari pihak terkait,” katanya.

Ia berharap kepada pemerintah atau pihak terkait lainnya, agar secepatnya menanggapi keluhan masyarakat. Ia juga berharap partisipasi dari perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di wilayah Kubar. Apalagi kendaraan perusahaan yang melalui jalan ini terdiri tangka  pengangkut CPO dengan roda sepuluh dan mobil tronton serta mobil fuso.

“Bahkan sering juga mobil tambang yang roda sepuluh bebas aja lewat jalan ini. Ini yang membuat jalan hancur karena dilalui kendaraan di luar kapasitas jalan,” ungkapnya.

Ia berharap kepada pihak terkait agar memperhatikan kapasitas kendaraan yang melintas, sehingga sesuai dengan standarisasi jalan yang ada.

Dikatakan, pihaknya sydah mencoba bersurat kepada beberapa perusahaan agar membantu menutup lubang sehingga menghindari kecelakaan, namun belum mendapat tanggapan.

“Kalau kita lihat parahnya jalan menuju rumah sakit Harapan Insan Sendawar (HIS). Kalau ada pasien yang sakit parah bisa meninggal di jalanan, akibat jalan kita yang hancur,” bebernya.

Sementara itu, Kabid LLAJ Dinas Perhubungan Kutai Barat, Yohanes Suryanto saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya tidak menjawab. Sementara Kasi LLAJ, Edi Milka Swilson saat ditemui menyampaikan sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan balai jalan, hingga saat ini belum ada realisasinya sama sekali.

“Kami dari Dinas Perhubungan Kubar hanya bisa memberikan imbauan kepada masyarakat, baik pengendara roda dua maupun roda empat, dan sebatas memasang rambu-rambu peringatan. karena jalan tersebut bukan wewenang daerah ini,” jelasnya. (arf)

Bersurat Ingin Dilibatkan Dalam Pekerjaan Proyek, RKM Tersinggung Diberi Uang Rokok

November 10, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Jajaran DPC RKM Tenggarong

TENGGARONG – Organisasi Masyarakat (Ormas) yang menaungi putra daerah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Remaong Kutai Menamang (RKM) merasa diremehkan kontraktor PT Putra Nanggroe Aceh yang mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Pendamping Jembatan Besi.

Pasalnya, tiga pekan berlalu RKM bersurat resmi kepada pihak kontraktor untuk dilibatkan dalam hal pekerjaan proyek yang progresnya saat ini tengah berlangsung.

“Kami ini kan putra asli daerah dan organisasi kami terdaftar resmi di lembaga hukum. Kami bersurat ke kontraktor proyek pembangunan jembatan, namun selama hampir tiga pekan surat kami tidak dibalas, kemudian 2 hari lalu kami menghampiri balik kesitu dan baru dibalas hari ini,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) RKM Tenggarong Encek Jordi kepada media ini, Minggu (9/11/2025).

Adapun balasan dari pihak kontraktor proyek yang membuat jajaran DPC RKM Tenggarong tersinggung, karena bukannya direkrut untuk keterlibatan kerja sama dalam pekerjaan proyek malah justru ditolak dengan sikap yang terkesan meremehkan dengan memberi sejumlah uang.

“Lima poin yang kami sampaikan yaitu pengamanan, pengawasan, helper, suplay material dan pembersihan sesudah proyek, namun semuanya ditolak padahal masih banyak celah, malah kami diberi uang rokok, kita putra daerah merasa diremehkan. Itu kan kontraktor dari luar Kaltim harusnya ya bisa melibatkan putra daerah untuk pengerjaan proyek yang ada di tanah Kutai Kartanegara. Kita ini mau kerja saja bukan diperlakukan begini (ditolak dan diberi uang rokok seperti preman, red) ” tegas Jordi yang juga kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini.

Sementara itu, perwakilan pekerja proyek yang ditemui jajaran RKM menyatakan pihaknya memohon maaf atas sikap yang ditunjukkan sehingga membuat tersinggung.

“Kami mohon maaf sebelumnya bang, kita tidak ada niat untuk bikin tersinggung, saya sekadar menjalankan arahan dari atasan saja,” ucap salah seorang pekerja proyek yang enggan disebutkan namanya ini. (Hr)

« Previous PageNext Page »

  • vb

  • Pengunjung

    899862
    Users Today : 2562
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748238
    Total Users : 899862
    Total views : 9554896
    Who's Online : 50
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05