CITA RASA GOTONG ROYONG
Seorang fotografer mengabadikan para ibu rumah tangga di Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Rabu, 21 Agustus 2024. Para ibu tersebut kompak memasak makanan bagi para tamu desa. Tradisi seperti ini dinamakan belangian. (Ria Atia Dewi)
Menjulang ke Angkasa
Seorang pengunjung melihat pohon binuang laki (Duabanga moluccana) di Desa Wisata Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Rabu, 21 Agustus 2024. Tumbuhan ini merupakan simbol komitmen warga desa dalam melestarikan hutan. Pohon berusia sekitar 70 tahun ini tumbuh di hutan hujan tropis di bentang Pegunungan Meratus, Taman Hutan Raya Sultan Adam. Binuang laki bisa tumbuh cepat hingga tinggi 45 meter dan diameter 1,5 meter. Kayu binuang tergolong ringan, kuat, dan lebih tahan terhadap api sehingga disukai industri kayu. Vegetasi ini sering dibabat semasa zaman keemasan kayu di Kalimantan pada 1970-2000. (Ria Atia Dewi)
KFBN Suguhkan Budaya Kukar dan Nusantara
TENGGARONG – Kukar Festival Budaya Nusantara (KFBN) yang ke-2 tahun 2024 hadir dengan menyuguhkan penampilan seni budaya lokal dan nusantara. Festival tersebut tidak hanya menjadi wadah untuk menampilkan keindahan seni dan budaya, tetapi juga sebagai sarana untuk mempromosikan keberagaman dan memperkuat persatuan di tengah masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar).
“Festival ini merupakan salah satu event unggulan Kukar, yang merupakan rebranding dari Festival TIFAF (Tenggarong International Folk Art Festival.red), dengan lebih memprioritaskan penampilan seni budaya lokal,” ujar Sekda Kukar Sunggono, menyampaikan sambutan Bupati Kukar Edi Damansyah saat membuka acara KFBN, ditandai menabuh gendang bersama Forkopimda, di Stadion Rondong Demang Tenggarong, Senin (8/7/24).
KFBN mengusung tema “Kukar Berbudaya, Nusantara Jaya”, Kukar Festival Budaya Nusantara 2024 menghadirkan beragam pertunjukan seni tradisional dari Paguyuban, Kelompok Seni dari Kecamatan di Kukar dan juga berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya dari Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
“Melalui festival ini, kita dapat menyaksikan betapa kaya dan berwarnanya budaya yang ada di Nusantara serta menjalin hubungan yang harmonis antar suku. Kukar yang merupakan miniaturnya Indonesia, dengan berbagai etnis dan agama dapat hidup berdampingan dengan aman dan tentram,” ucap Sunggono.
Dalam kesempatan tersebut Sekda H Sunggono mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyelenggarakan KFBN dan semua partisipasi Paguyuban-paguyuban dan seniman-seniman pada acara KFBN.
Acara ditutup dengan tarian massal Gema Budaya Etam mengerahkan 200 penari dengan kolaborasi mencerminkan keragaman seni dan budaya Indonesia.(kk06)
Masyarakat Tenggarong Antusias Saksikan Kirab Budaya KFBN 2024
TENGGARONG – Walaupun diguyur hujan, antusiasme masyarakat cukup tinggi menyaksikan penampilan dari para peserta kirab budaya Kukar Festival Budaya Nusantara (KFBN) tahun 2024, di panggung kehormatan halaman Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Minggu (7/7/2024).
Hujan yang terus mengguyur Tenggarong sejak pagi hari pada kegiatan itu, tidak menyurutkan niat masyarakat yang ingin menyaksikan penampilan dari para peserta kirab budaya tersebut, hal tersebut terlihat karena para penonton tidak terlihat bergeser dari panggung utama, merekapun terlihat asik menonton penampilan para peserta walaupun dalam keadaan hujan sembari menggunakan payung, dan jas hujan.
Kegiatan yang diawali prosesi Tempong tawar oleh kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura tersebut turut dihadiri diantaranya Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispar Kukar Sugiarto, Camat Marangkayu Ambo Dalle, Camat Tenggarong Sukono, serta perwakilan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kukar.
Pada kirab budaya tersebut, Prajurit Kedaton Kutai Kartanegara Ing Martadipura menjadi peserta pertama yang melintas dipanggung kehormatan, kemudian disusul peserta lainnya seperti kelompok marching band, paguyuban, sanggar seni dan budaya, serta perwakilan organisasi perangkat daerah.
Para peserta kirab budaya diberikan kesempatan pihak panitia untuk mempersembahkan penampilan di depan para tamu dan undangan yang hadir. momentum tersebut dimanfaatkan oleh para peserta untuk menunjukkan kesenian atau budaya yang dimiliki, seperti tari-tarian dari daerah asal masing-masing peserta.
Sementara itu, Plt Kadis Pariwisata Kukar Sugiarto saat melepas peserta kirab mengatakan bahwa kirab budaya tersebut merupakan rangkaian dari KFBN 2024, serta sebagai ajang silaturahmi antara masyarakat Kukar dengan berbagai suku, agama, budaya dengan menunjukkan budaya dan seni yang dimiliki masing-masing.
“Kami dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara mengucapkan terimakasih atas pelaksanaan kegiatan Kirab Budaya. Kami juga memohon maaf atas kekurangan pada pelaksanaan kegiatan kirab budaya ini, dan semoga kegiatan ini berjalan lancar dan aman,” ucap Sugiarto.(kk07).
Taman Rekreasi Selecta Jadi Pelopor Wisata Zero Waste di Indonesia

Direktur PT Selecta, Sujud Hariyadi menyerahkan plakat kepada Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf RI, Hariyanto
BATU – Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Hariyanto, meresmikan Taman Rekreasi Selecta di Kota Batu sebagai tempat wisata zero waste pertama di Indonesia, Selasa,( 2 /7/2024).
Acara tersebut juga ditandai dengan deklarasi Selecta sebagai benchmark edukasi pengelolaan sampah, yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Hariyanto.
Hariyanto mengapresiasi Taman Rekreasi Selecta sebagai contoh nyata dari community-based tourism (wisata berbasis komunitas) yang berfokus pada pengelolaan sampah. Ia menekankan bahwa Selecta telah menunjukkan bagaimana destinasi wisata dapat memberdayakan masyarakat setempat serta mengimplementasikan kebijakan pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan.
“Selecta telah menjadi contoh nyata bagaimana destinasi wisata dapat memberdayakan masyarakat setempat dan mengimplementasikan kebijakan pengelolaan sampah yang efektif bermuara kepada masyarakat,” ungkap Hariyanto.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Selecta bukan hanya sekadar tempat rekreasi, tetapi juga pusat edukasi lingkungan yang nyata dan berdampak langsung pada masyarakat sekitar. Selecta telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang baik tidak hanya dapat diinisiasi oleh lembaga, tetapi juga bisa dipraktikkan secara langsung di tempat destinasi wisata.
Kebijakan pengelolaan sampah di Selecta sudah cukup baik, bahkan lebih dari cukup. Implementasinya tidak hanya diinisiasi oleh lembaga, namun juga dipraktekkan secara langsung di tempat destinasi.
“Destinasi wisata Indonesia seharusnya membuat ini menjadi contoh. Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Selecta merupakan kejutan yang menyenangkan bagi kementerian. Ini surprise bagi kami karena merasakan spirit pelaku wisata dalam pengelolaan sampah yang akan terus menjadi faktual sampai saat ini,” tandas Hariyanto.
Ungkapan ini menegaskan bahwa Selecta berhasil memberikan kejutan positif dan menjadi inspirasi bagi destinasi wisata lainnya di Indonesia. Peluncuran Taman Rekreasi Selecta sebagai tempat wisata zero waste pertama di Indonesia adalah langkah maju dalam upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sampah di sektor pariwisata.
Dengan menjadikan Selecta sebagai benchmark tempat edukasi pengelolaan sampah, diharapkan destinasi wisata lain dapat mengikuti jejak yang telah ditetapkan dan turut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kesuksesan Selecta dalam mengelola sampah menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah destinasi wisata tidak hanya diukur dari jumlah pengunjung, tetapi juga dari bagaimana destinasi tersebut mampu menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan demikian, Selecta telah memberikan contoh yang baik tentang bagaimana pariwisata dapat berperan dalam pembangunan berkelanjutan.
“Upaya Selecta ini sejalan dengan visi Kemenparekraf untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjaga dan melestarikan lingkungan, ” tandasnya.
Dengan adanya benchmarking edukasi pengelolaan sampah di Selecta, diharapkan akan muncul lebih banyak destinasi wisata di Indonesia yang menerapkan prinsip zero waste dan berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam.
Pada akhirnya, peluncuran Taman Rekreasi Selecta sebagai destinasi wisata zero waste pertama di Indonesia adalah langkah penting dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan dukungan penuh dari Kemenparekraf dan semangat dari masyarakat setempat, Selecta telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang baik adalah mungkin dan dapat memberikan manfaat besar bagi lingkungan dan komunitas sekitar.
Direktur PT Selecta, Sujud Hariyadi, menjelaskan tujuan menuju zero waste atau nihil sampah akhirnya bisa dicapai, mengingat limbah sampah di Taman Rekreasi Selecta mencapai puluhan ton per bulan. Limbah tersebut terdiri dari sampah organik dan anorganik yang memerlukan penanganan khusus untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan.
” Selama bertahun-tahun, Selecta bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu untuk membuang limbah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun, munculnya polemik terkait TPA Tlekung mendorong PT Selecta untuk mulai melakukan pemilahan sampah. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan pupuk organik lainnya, sedangkan sampah anorganik diambil oleh Desa Tulungrejo untuk diolah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tulungrejo ” ungkap Sujud.
Disebutkan, 1 April 2024, PT Selecta mulai bekerja sama dengan CV Indonesia Menuju Hijau (IMH) untuk mengelola sampah secara mandiri. Selama tiga bulan terakhir, PT Selecta berhasil mewujudkan zero waste, di mana tidak ada lagi sampah yang keluar dari Taman Rekreasi, Hotel, dan Restoran menuju TPS, TPA, atau tempat pembuangan lainnya.
“Hal ini merupakan pencapaian besar dan langkah maju dalam pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, ” lanjut Sujud.
Sujud mengungkapkan, langkah yang diambil PT Selecta mencakup prinsip reuse, reduce, dan recycle untuk sampah anorganik. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan pupuk cair untuk tanaman, bahkan dimanfaatkan sebagai pakan ikan.
“Prinsip-prinsip ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan nilai tambah melalui pengolahan sampah menjadi produk yang bermanfaat, ” tambahnya.
Harapan PT Selecta sebagai tempat pariwisata legendaris adalah tidak hanya berkontribusi pada pengurangan sampah di Kota Batu, tetapi juga memberikan contoh nyata bagaimana sektor pariwisata dapat menjalankan praktik bisnis berkelanjutan dalam mengelola limbah secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan komitmen dan kerja sama yang baik dari semua pihak maka tujuan zero waste bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai,” pungkas Sujud Hariadi yang juga ketua PHRI kota Batu.
Acara tersebut juga dihadiri Evy Afianasari, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dan PJ.Walikota Batu Areis Agung Paewai. (Buang supeno)