ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Belantara Foundation dan Merck Indonesia Tanam 300 Bibit Pohon Khas Jakarta di Hutan Kota Cilangkap

June 30, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Jakarta — Belantara Foundation dan Merck Indonesia berkolaborasi dengan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta melakukan penanaman 5 jenis pohon dengan total 300 bibit di Hutan Kota Cilangkap, Jakarta Timur pada Sabtu, 29 Juni 2024.

Selain itu kegiatan yang juga melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) Munjul Sinambung dan KTH Cilangkap Subur Lestari menanam jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman nusantara khas Jakarta. Diantaranya pohon menteng (Baccaurea racemosa), kemang (Mangifera kemanga), jambu air (Syzygium aqueum), mangga (Mangifera indica) dan petai (Parkia speciosa).

Pemilihan jenis tanaman tersebut pada kegiatan penanaman merupakan salah satu aksi konkrit kolaborasi multipihak, yaitu dari sektor pemerintah, organisasi lingkungan, sektor swasta dan kelompok masyarakat untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Jakarta dalam pelestarian tanaman nusantara khas Jakarta.

Berdasarkan Dokumen Profil Keanekaragaman Hayati Jakarta yang diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jakarta pada 2018, terdapat 651 jenis tumbuhan yang ada di Kota Jakarta,  sedangkan terdapat 103 jenis tumbuhan atau tanaman yang masuk ke dalam Peraturan Gubernur (PerGub) Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2018 tentang pengelolaan tanaman nusantara khas Jakarta.

Menurut PerGub Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2018 Tanaman Nusantara Khas Jakarta adalah jenis tumbuhan atau tanaman yang khas tumbuh dan menjadi identitas sebuah kawasan di Jakarta serta jenis tanaman yang sesuai dengan pendekatan Nama Kelurahan/Kecamatan di Daerah Khusus Jakarta. Akan tetapi, keberadaan jenis tanaman khas Jakarta tersebut perlahan sudah jarang dijumpai.

Hal ini disebabkan salah satunya oleh alih fungsi lahan menjadi perumahan, perkantoran hingga gedung-gedung pencakar langit. Padahal tanaman atau pohon tersebut memiliki banyak sekali manfaat penting bagi kehidupan, antara lain manfaat untuk kesehatan, ekologi, sosial dan ekonomi.

Manfaat pohon bagi kesehatan, antara lain dapat menyediakan oksigen untuk 2 – 10 orang dalam sehari serta menyerap karbondioksida dan polusi udara. Manfaat ekologi, antara lain menjaga siklus hidrologi, mencegah berbagai jenis bencana alam, seperti banjir dan longsor, memitigasi perubahan iklim, menyediakan habitat dan sumber pakan bagi satwa liar. Selain itu, manfaat sosial dan ekonomi, yaitu salah satunya sebagai sumber ketahanan pangan bagi masyarakat.

Ketua Dewan Pengurus Belantara Foundation, Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc., pada saat memberikan sambutan mengatakan bahwa gerakan menanam pohon seperti ini sangat relevan dengan salah satu pilar program Belantara yaitu restorasi atau pemulihan lahan.

Lebih dari itu, pohon yang sudah ditanam, harus dilakukan pemantauan dan perawatan untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup pohon tinggi. Jika ada bibit yang layu atau mati, perlu dilakukan penyulaman atau mengganti bibit yang mati dengan yang hidup demi mewujudkan lingkungan yang lestari dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

“Kami akan terus mengajak dan berkolaborasi dengan multipihak, salah satunya dengan melibatkan sektor swasta untuk mendukung gerakan pemulihan lahan yang terdegradasi karena kolaborasi kunci keberhasilan program restorasi, ujar Tachrir”.

Pada waktu yang sama, Plant Director PT Merck Tbk, Arryo Aritrixso Wachjuwidajat mengungkapkan, dukungan melalui penanaman pohon merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Merck di bidang lingkungan, dimana salah satu tujuan keberlanjutan.

“Kami adalah untuk mencapai netralitas iklim dan pengurangan konsumsi sumber daya.  Lebih lanjut, kami senang bahwa pohon yang ditanam hari ini adalah tanaman nusantara khas Jakarta, yang artinya mendukung pelestarian biodiversity di daerah di mana Merck beroperasi. Kami berharap pohon-pohon ini tidak hanya bermanfaat untuk memperbaiki lingkungan sekitar, tetapi juga akan meninggalkan warisan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” ujarnya.

Pada tempat terpisah, Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta, Dirja Kusumah, SH., M.H., mengemukakan pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh gerakan penanaman pohon sebagai upaya pemulihan lahan di Hutan Kota Cilangkap.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Belantara Foundation dan Merck Indonesia serta pemangku kepentingan lainnya telah menginisiasi gerakan penanaman ini. Gerakan ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi pihak-pihak lain untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian tanaman nusantara khas Jakarta khususnya yang sudah mulai jarang dijumpai di Jakarta,” kata Dirja.

Sementara itu, Ketua KTH Munjul Sinambung, Wahyat Sumparna mengatakan bahwa tidak hanya untuk melestarikan tanaman nusantara khas Jakarta, gerakan penanaman pohon yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan Merck Indonesia ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan lahan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.(*/adv)

 

 

Sambut Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Belantara Edukasi Lewat Pendataan Biodiversitas di Taman Heulang Bogor

May 19, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Biologi FMIPA, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas kepada masyarakat khususnya generasi muda.

Pelatihan ini mendata dan mengidentifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu-kupu dan burung) di lingkungan urban yang dikemas melaui kegiatan Belantara Biodiversity Class pada Sabtu, 18 Mei 2024 di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan KupuKita dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) serta didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol.

Belantara Biodiversity Class merupakan salah satu rangkaian kegiatan Biodiversitas Kini dan Nanti yang diselenggarakan dalam rangka mendukung pemerintah dalam memeriahkan World Species Congress 2024 dari IUCN program Reverse the Red yang diadakan pada 15 Mei lalu.

Selain itu, kegiatan ini secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyambut hari keanekaragaman hayati internasional 2024 yang diperingati pada 22 Mei setiap tahunnya. Tahun ini, mengangkat tema “Be Part of the Plan” atau “Menjadi Bagian dari Rencana”.

Tema ini mendorong semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung implementasi kerangka kerja global yang ditetapkan dalam Konvensi PBB untuk mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, atau yang dikenal sebagai Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.

Tujuan utama Belantara Biodiversity Class adalah meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar khususnya di kawasan perkotaan.

Tujuan lain dari kegiatan ini yaitu mendata dan mengidentifikasi potensi biodiversitas seperti tumbuhan, kupu-kupu dan burung yang ada di Taman Heulang.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna pada sambutannya mengatakan Taman Heulang dipilih menjadi lokasi kegiatan karena merupakan taman terluas yang ada di Kota Bogor yaitu lebih kurang 2,8 hektare yang awalnya hanya dijadikan sebagai lapangan bola dan tidak terurus.

“Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan tersebut menjadi sebuah taman pada 2015 sehingga sangat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis tumbuhan, burung dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN menambahkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang ini dapat dijadikan sebagai laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk. pada 2018 yaitu terdapat setidaknya 17 jenis burung yang berhasil dijumpai di Taman Heulang. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan  jumlah jenis burung tersebut.

Satwa liar seperti kupu-kupu dan burung memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Misalnya, kupu-kupu berperan penting sebagai pollinator, yaitu agen penyerbuk alami bagi bunga. Burung dapat membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal) dan pengendali hama (biokontrol). Selain itu, kupu-kupu dan burung dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator).

Seiring pesatnya pembangunan, kupu-kupu dan burung menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.

Pada tempat yang sama, Pendiri komunitas KupuKita, Dr. Nurul L. Winarni mengatakan pihaknya terus mengajak dan mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk terlibat dalam pendataan kupu-kupu yang ada di sekitar mereka.

“Kami terus mendorong gerakan citizen science kupu-kupu, Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah” ujar Nurul yang juga sebagai Head of Service and Development/Research Scientist Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 15 jenis burung dan 16 jenis kupu-kupu. Dari 15 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kipasan belang (Rhipidura javanica) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kacamata biasa (Zosterops melanurus) masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang berstatus rentan terhadap kepunahan atau Vulnerable (VU).

Turut hadir peserta kegiatan yaitu pelajar yang berasal dari SMA Negeri 1 Sukaraja, Bogor; SMA Negeri 6, Bogor; SMA Negeri 9, Bogor; SMK Negeri 1, Bogor; dan SMA N 6, Tangerang Selatan. Selain itu ada juga  mahasiswa dari Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Padjajaran, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Samudera dan Universitas Mulawarman. Fasilitator kegiatan ini berasal dari Belantara Foundation, KupuKita dan Himabio Helianthus FMIPA Universitas Pakuan.(*)

 

 

Kolaborasi Multipihak Kunci Keberhasilan Pelestarian Biodiversitas Indonesia

May 16, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi Fakultas MIPA, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan menyelenggarakan seminar dan pelatihan.

Seminar ini mengangkat  tema “Peran Multipihak dalam Pelestarian Biodiversitas Indonesia” pada Selasa, 14 Mei 2024. Lebih dari 1.220 peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang digelar secara hybrid tersebut.

Seminar nasional secara luring diadakan di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan daring melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube Belantara Foundation. Acara ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Eps.10 (BLS Eps.10).

Kegiatan yang didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol ini, juga berkolaborasi dengan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) dan KupuKita serta menggandeng enam universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.10 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas.

Enam universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Syiah Kuala, Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.

BLS Eps.10 diselenggarakan secara khusus dalam rangka mendukung pemerintah dalam menyemarakkan World Species Congress yang diselenggarakan oleh IUCN program Reverse The Red pada 15 Mei 2024 secara virtual dan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2024 yang diperingati setiap 22 Mei.

Menurut artikel yang ditulis oleh ilmuwan yang diterbitkan di jurnal Biological Review awal 2022 lalu, menjelaskan saat ini telah berlangsung kepunahan massal keenam yang disebabkan oleh antropogenik. Ancaman kepunahan massal kali ini berbeda, karena intervensi manusia terhadap alam dan biodiversitas telah menyumbang dan mempercepat kepunahan tersebut terjadi.

Ancaman tersebut semakin terlihat dengan tingkat kepunahan spesies yang meningkat secara drastis. Para peneliti sebagian besar menggunakan data spesies yang terdaftar sebagai spesies punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Para peneliti berfokus pada spesies vertebrata (tidak termasuk ikan) karena datanya tersedia lebih banyak.

Dari setidaknya 5.400 genera (bentuk jamak dari genus) yang terdiri dari 34.600 spesies, para peneliti menyimpulkan bahwa dalam 500 tahun terakhir sejumlah 73 genera telah mengalami kepunahan, sebagian besar terjadi dalam dua abad terakhir.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna .

Penelitian tersebut memperkirakan kepunahan tersebut seharusnya membutuhkan waktu kurang lebih 18.000 tahun, bukan 500 tahun, meskipun perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak seluruh spesies diketahui dan catatan fosil masih belum lengkap.

Para ilmuwan mengatakan kepunahan massal buatan manusia tersebut disebabkan oleh perusakan habitat, perubahan iklim global, eksploitasi berlebihan, polusi, dan spesies invasif.

Menurut IUCN, sampai saat ini terdapat lebih dari 44.000 spesies terancam punah di bumi. Jumlah ini merupakan 28 persen dari total 157.100 spesies yang masuk daftar merah milik lembaga konservasi global tersebut. Padahal, jumlah spesies yang ada di bumi jauh lebih banyak dari angka tersebut.

Pada Desember 2023 lalu, IUCN memperbarui daftar spesies yang berstatus punah/Extinct (EX). Berdasarkan data yang dipublikasikan sejak 1996 hingga kini, terdapat lebih dari 900 spesies yang punah. Sebanyak 74 spesies di antaranya dinyatakan punah pada 2023.

Sejak Tahun 2023 hingga saat ini, Pemerintah Indonesia dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas, tengah menyusun dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia atau Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) pasca COP15 CBD. Proses penyusunan dokumen ini merupakan upaya untuk menyelaraskan target pengelolaan keanekaragaman hayati nasional dengan target global.

Dokumen IBSAP ini disusun selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 serta kedepan diharapkan memiliki dasar payung hukum untuk akselerasi implementasi. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola keanekaragaman hayati secara berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna saat opening speech mengatakan tujuan utama seminar nasional ini untuk meningkatkan pemahaman stakeholders mengenai strategi dan rencana aksi serta peran penting sektor akademisi, industri dan masyarakat dalam pengelolaan biodiversitas Indonesia.

Tujuan lain yaitu untuk meningkatkan kepedulian semua pihak, agar dapat ikut mengambil peran masing-masing dalam upaya pelestarian khususnya jenis-jenis yang terancam kepunahan.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Inpres ini diterbitkan untuk memastikan adanya keseimbangan pemanfaatan ruang untuk kepentingan ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati dalam kebijakan setiap sektor.

Pelaksanaan kebijakan ini diarahkan melalui pengambilan langkah-langkah kebijakan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan setiap lembaga yang disasar dalam kebijakan ini.

Isi inpres ini menyasar ke 19 kementerian dan lembaga pemerintahan dengan tujuan untuk mengarusutamakan keanekaragaman hayati dalam kebijakan pembangunan.

“Tidak hanya tugas pemerintah, pelestarian keanekaragaman hayati merupakan tanggung jawab bersama. Kolaborasi multipihak mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, industri, media bahkan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pelestarian biodiversitas Indonesia untuk generasi kini dan yang akan datang,” tegas Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si., mengemukakan kegiatan seminar dan pelatihan inspiratif seperti ini perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengarusutamakan isu-isu tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup di Indonesia, ujar Anna.

“Kami berterima kasih kepada Belantara Foundation, IUCN IdSSG, PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol serta mitra lainnya yang telah mendukung penuh acara ini sehingga berjalan dengan baik dan sukses,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua I-SER (Institute of Sustainable Earth and Resources) FMIPA Universitas Indonesia, Prof. Jatna Supriatna, Ph.D sebagai salah satu pembicara kunci mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat besar dan memiliki perputaran energi yang tidak terputus sejak ratusan juta tahun, sehingga melewati fenomena-fenomena geologi yang sangat berhubungan dengan keanekaragaman hayati.

Indonesia memiliki banyak akademisi di kampus-kampus dan pusat penelitian. “Penelitian biodiversitas perlu lebih menekankan pada tahap pemanfaatan. Misalnya, tentang pemanfaatan biodiversitas untuk pangan yang seharusnya berasal dari biodiversitas Indonesia. Kita bisa memperbanyak riset yang lebih mendalam tentang pemanfaatan hayati karena kita punya lebih dari 30,000 spesies”, ujar Jatna.

Jatna juga menambahkan upaya-upaya dari akademisi yang bisa dilakukan adalah terkait valuasi biodiversitas dan ekosistem, degradasi lahan yang menyebabkan defaunasi, serta dampak perubahan iklim pada biodiversitas.

Pelestarian biodiversitas perlu menekankan kolaborasi tri-sektor dari akademisi, pemerintah, dan sektor privat. Salah satunya bisa melalui pengembangan ekowisata, seperti pengamatan burung atau wisata-wisata yang terkait spesies kharismatik.

Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University dan Co-Chair IUCN IdSSG, Prof. Dr. Mirza D. Kusrini menjelaskan IdSSG adalah kelompok ahli dan praktisi hidupan liar yang bergabung di bawah naungan Species Survival Commission IUCN. Berdiri sejak awal tahun 2023, IdSSG memiliki visi untuk mengkoordinasi para ahli di seluruh Indonesia dari berbagai kelompok taksonomi dan keilmuan terkait untuk mendukung pemerintah serta para pihak dalam usaha bersama mengubah penurunan keanekaragaman jenis melalui pengembangan pengambilan keputusan dan kebijakan berbasiskan bukti ilmiah.

Turut hadir pembicara kunci dan narasumber yang memiliki keahlian dan segudang pengalaman di bidang keanekaragaman hayati secara berurutan yaitu Anggi Pertiwi Putri, S.T. MEnv., Perencana Muda Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas; Dita Galina, Manager Sustainability Musim Mas; I Putu Artana dan Mohamad Ikrom, Kelompok Masyarakat Penangkar Burung Jalak Bali Binaan Taman Nasional Bali Barat. Seminar nasional ini dimoderatori oleh Suer Suryadi, Direktur Conservation and Legal Assistant Network.(*/yul)

 

 

Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia, Belantara Foundation Ajak Mitra Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Riau

December 2, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com — Belantara Foundation dan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura serta pemangku kepentingan setempat yang didukung oleh Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas mengajak mitra sektor swasta Jepang, Saraya Co. Ltd. melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Rabu (29/11/2023).

Kegiatan ini dilakukan secara khusus dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada 28 November setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan kepedulian kepada masyarakat pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan yang terdegradasi melalui penanaman pohon.

Hal tersebut selaras dengan tujuan penanaman simbolis kali ini yaitu mengajak lebih luas sektor swasta berkolaborasi mengenai program pemulihan hutan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) dan melestarikan jenis pohon yang terancam punah yang telah dicanangkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau bersama Belantara Foundation pada pertengahan tahun lalu.

Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa kami akan terus mengampanyekan dan mengajak berbagai pihak terutama sektor swasta untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra, salah satunya melalui program pemulihan hutan.

Penanaman pohon di kawasan Tahura SSH sangat penting karena bermanfaat sebagai penghasil oksigen, mencegah erosi, menyediakan habitat bagi satwa liar, menyediakan sumber pangan dan obat-obatan serta menyerap karbon dioksida.

“Diperlukan kolaborasi, dukungan dan komitmen multi-pihak, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, NGO maupun seluruh aktor kehutanan dalam mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Provinsi Riau,” tegas Dolly yang juga​ sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau, Tahura SSH merupakan kawasan hutan konservasi yang berada di wilayah Kampar, Siak, dan Pekanbaru, Provinsi Riau. Tahura SSH memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 127 jenis tumbuhan asli di kawasan hutan tersebut, empat jenis reptilia, 16 jenis mamalia dan 42 jenis burung.

Tumbuhan asli di Tahura SSH didominasi dari keluarga Dipterocarpaceae, Lauraceae, Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae dan Myrtaceae. Selain itu, dari 42 jenis burung yang ada di Tahura SSH, terdapat satu jenis yang menjadi fauna identitas Provinsi Riau, yaitu serindit melayu (Loriculus galgulus).

Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Dr. Matnuril, S.Ip., M.Si. mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh upaya pemulihan hutan di Tahura SSH yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan lainnya.

“Upaya ini diharapkan dapat menjadi pengingat atas komitmen kita terhadap masa depan yang lestari dan berkelanjutan serta dapat menginspirasi semua pihak untuk melindungi dan melestarikan lingkungan,” ujar Matnuril.

Pada tempat terpisah, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengemukakan bahwa pihaknya akan terus mendorong customer nya yang berada di Jepang agar berpartisipasi dan berkontribusi pada program pemulihan hutan di Indonesia, khususnya di kawasan Tahura SSH, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau.

“Kami berharap upaya tersebut dapat mendukung target SDGs ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem; target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya ; dan target SDGs ke 17, yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan,” imbuh Tan.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan empat kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan di Tahura SSH pada 17 Januari 2023, penanaman kedua pada 28 Februari 2023 dan penanaman ketiga pada 7 November 2023 lalu. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti (Shorea leprosula).

Turut hadir pada kegiatan penanaman simbolis kali ini yaitu Kepala KPHP Minas Tahura, Dr. Matnuril, S.Ip., M.Si Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna; dan Managing Director of Saraya, Ms. Yoko Yoshida beserta jajarannya.(*)

 

 

Belantara Foundation bersama LPPM Universitas Pakuan Gaungkan Pentingnya Peran Multi-Pihak Dalam Mitigasi Perubahan Iklim lewat Perdagangan Karbon

November 8, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Belantara Foundation bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan, dan PT. Syslab, menyelenggarakan seminar nasional tentang pengenalan dan perkembangan perdagangan karbon di Indonesia secara hybrid (luring dan daring) pada Senin (6/11/2023).

Seminar hibryd yang dikombinasikan dengan training ini didukung oleh berbagai pihak antara lain Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jawa Barat (BPD HIPMI Jabar) dan PT. Gaia Eko Daya Buana.

Seminar nasional secara luring diadakan di Ruang Teater Lantai 10 Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan daring diadakan melalui aplikasi zoom dan live streaming youtube Belantara Foundation. Acara ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Eps.8 (BLS Eps.8).

Pada perhelatan kali ini, panitia pelaksana menggandeng 6 universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.8 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas. 6 universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) baru-baru ini menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada Senin, 20 Maret 2023.

Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius jika tidak ada penurunan drastis pada emisi gas rumah kaca (GRK). Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia semakin khawatir dengan dampak perubahan iklim. Akan tetapi, penyebaran pengetahuan tentang lingkungan dan perubahan iklim yang tidak merata telah menghambat beberapa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kegiatan diseminasi pengetahuan perlu dilaksanakan dengan baik untuk melengkapi kerangka peraturan perubahan iklim yang telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna yang menjadi salah satu keynote speaker pada acara ini mengatakan bahwa seminar nasional ini tujuan utamanya untuk meningkatkan penyadartahuan dan pemahaman stakeholders mengenai regulasi dan kebijakan serta prosedur dan mekanisme perdagangan karbon di Indonesia.

Tujuan lain untuk meningkatkan kapasitas stakeholders terkait penghitungan nilai ekonomi karbon terutama pada sektor kehutanan dan energi, serta bagaimana tata cara perdagangannya melalui bursa karbon yang mekanismenya telah diatur oleh pemerintah.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yaitu melalui implementasi kebijakan Nilai Ekonomi Karbon (NEK), termasuk di dalamnya yaitu mekanisme penurunan emisi dengan skema perdagangan karbon.

“Perdagangan karbon dan mitigasi perubahan iklim sangat erat kaitannya, karena perdagangan karbon merupakan salah satu mekanisme berbasis pasar yang digunakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Diperlukan kolaborasi, dukungan dan komitmen multi-pihak, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, NGO maupun seluruh aktor kehutanan dan energi”, tutur Dolly.

Sementara itu, Deputy Operation Manager PT. Syslab, Arief Setiawan, ST., M.Si., mengatakan manajemen PT. Syslab memiliki visi dan misi untuk ikut peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam kegiatannya, kami tidak hanya business profit oriented dalam pengelolaan lingkungan akan tetapi kami ikut peran serta dengan edukasi dan seminar melalui Syslab Learning Institute.

Terkait tema kali ini yakni Perdagangan Karbon (Carbon Trading) di Indonesia sepatutnya perlu menjadi perhatian agar kebermanfaatannya dapat dirasakan untuk masyarakat Indonesia dan Global.

“Kami sendiri mengembangkan untuk pendampingan teknis bagi perusahaan yang akan menjalankan pengelolaan dan perdagangan karbon melalui Syslab Study Team. Sesuai dengan tagline Syslab: Science for Nature dengan pengertian bahwa pengelolaan lingkungan hidup membutuhkan kolaborasi berbagai lintas ilmu,” ujarnya.

Pada waktu yang sama, Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional pada Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr. Wahyu Marjaka, M.Eng., menjelaskan pada presentasinya bahwa sejak Protokol Kyoto bahkan jauh sebelum itu, Indonesia sudah mulai secara bertahap melakukan komitmen untuk penguatan pengurangan gas emisi rumah kaca. Pada tahun 2015, pemerintah di seluruh dunia berkomitmen lebih kuat lagi untuk pengendalian emisi gas rumah kaca secara global.

Indonesia meratifikasi Paris Agreement melalui Undang Undang No. 16 tahun 2016 tentang pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). Semenjak itu, Indonesia mendesain berbagai tataran tahap demi tahap regulasi menjadi dasar implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

“NEK sangat penting menjadi salah satu dari berbagai regulasi atau substansial yang akan dilakukan Indonesia termasuk di dalamnya dari berbagai sektor NDC. Tidak hanya menjadi ukuran komitmen Indonesia tetapi juga menjadi dasar-dasar keberlanjutan di berbagai pembangunan di Indonesia”, ujar Wahyu.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. rer. Pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc. menyampaikan dalam paparannya bahwa insan perguruan tinggi memiliki peran penting yang strategis dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Selain penyadartahuan (awareness) dan edukasi kepada masyarakat melalui program KKN, PKM, dan MBKM, para dosen dan mahasiswa juga dapat melakukan riset-riset dengan memanfaatkan teknologi terkini, yang dapat membantu dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi lebih efektif. “Melalui upaya tersebut, harapannya akan muncul kesadaran masyarakat untuk mengurangi emisi GRK”, pungkas Didik.

Kepala Unit Pengembangan Carbon Trading & Inisiatif Baru Bursa Efek Indonesia, Edwin Hartanto, S.E., M.A., CFP., menjelaskan IDXCarbon berupaya untuk memberikan transparansi, keandalan, dan keamanan dalam memberikan solusi terbaik bagi perdagangan karbon di Indonesia sehingga tercipta perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien. IDXCarbon memiliki 4 mekanisme atau jenis pasar yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan yaitu Pasar Reguler, Pasar Negosiasi, Pasar Lelang, dan Marketplace.

“Harapan kami, selain kemudahan, keamanan, dan reliability, para pelaku perdagangan karbon akan memiliki fleksibilitas yang pada akhirnya akan mendorong perdagangan sesuai visi dan misi Pemerintah, OJK, dan Bursa Efek Indonesia,” ujar Edwin Hartanto.(*)

Next Page »