ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Universitas Pakuan dan Belantara Foundation Edukasi Siswa SMA di Kabupaten Bogor Lewat Pendataan Biodiversitas

November 21, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Universitas Pakuan melalui Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi, dan Prodi Ilmu Komputer Fakultas MIPA, menggandeng Belantara Foundation untuk mengedukasi puluhan siswa SMA Negeri 1 Sukaraja di Kabupaten Bogor melalui pendataan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan sekolahnya pada Selasa, (19/11/2024).

Pendataan keanekaragaman hayati atau biodiversitas ini merupakan kegiatan lanjutan dari implementasi program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dosen dan mahasiswa Universitas Pakuan terkait peningkatan literasi siswa tentang keanekaragaman hayati Indonesia di SMA Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Bogor. Program PKM yang telah berjalan sejak 23 Oktober 2024 lalu, menggandeng Belantara Foundation sebagai mitra, yang juga memiliki misi yang sama melalui program unggulannya, “Belantara Goes To School”.

Dosen Universitas Pakuan yang juga Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna di sela-sela acara mengatakan bahwa tujuan utama kegiatan ini untuk meningkatkan penyadartahuan (awereness) dan edukasi untuk menumbuhkan kepedulian dan kecintaan siswa sekolah pada keanekaragaman hayati Indonesia yang amat beragam dengan berjuta manfaat.

Siswa sekolah adalah generasi muda yang akan turut menentukan nasib biodiversitas negara kita, oleh karenanya kita perlu mulai mengenalkan keanekaragaman hayati mulai dari lingkungan sekolah mereka.

“Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang.  Kami ingin mengajak siswa untuk mendata, mengidentifikasi, dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati di lingkungan sekolahnya melalui cara yang menyenangkan. Jika mereka sudah mengenal, kemungkinan besar akan tumbuh kepedulian dan kecintaan, sehingga akan berupaya untuk menjaga dan melestarikannya. Ini merupakan upaya kecil yang bisa kami lakukan untuk meningkatkan literasi siswa tentang keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia”, imbuh Dolly.

Dolly, yang juga sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan menegaskan aksi ini juga sekaligus untuk memberikan inspirasi kepada para guru, khususnya di SMA Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Bogor, agar memanfaatkan pekarangan sekolah sebagai laboratorium alam yang dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi siswa khususnya di bidang biologi.

Pada kesempatan yang sama, Kepala SMA Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Bogor, Dra. Hj. Emi Rosmiami, M.Pd., mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Pakuan dan Belantara Foundation atas gagasan dan inisiatif yang dilakukan dalam upaya peningkatan literasi tentang keanekaragaman hayati Indonesia bagi siswa di sekolahnya.

Emi menegaskan kegiatan inspiratif seperti ini penting dilakukan sebagai salah satu upaya mengajak siswa dalam mengoptimalkan kawasan ruang terbuka hijau yang ada di lingkungan sekolah sebagai sarana pendidikan yang interaktif.

Cici Nurhikmah, salah satu peserta kegiatan dari kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Bogor mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan hal yang baru, seru dan sangat menyenangkan bagi dirinya karena dapat terlibat langsung mengamati biodiversitas.

Selain itu, pengamatan ini dapat memudahkan kami dalam mengingat dan mengenal keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan sekolah sehingga dapat berpartisipasi aktif menjaga dan melestarikannya.

“Saya berharap pengamatan biodiversitas ini tidak berhenti sampai disini dan dapat dilakukan secara berkelanjutan”, ujar Cici.

Kegiatan pengamatan biodiversitas ini diikuti oleh 87 orang siswa yang dibagi menjadi 10 kelompok, dan setiap kelompok didampingi oleh seorang mentor. Para mentor berasal dari Belantara Foundation dan Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus Universitas Pakuan. Tugas para mentor atau pendamping adalah  memandu tentang bagaimana mengamati satwa dengan baik, serta mengajari mengidentifikasi tumbuhan dan satwa liar yang berhasil diamati.

Pengamatan lapangan yang berlangsung beberapa jam di lingkungan sekolah berhasil menemukan dan mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar. Jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi seperti pohon rambutan (Nephelium lappaceum), kersen (Muntingia calabura), mangga (Mangifera indica), beringin (Ficus benjamina) dan ketapang (Terminalia catappa).

Jenis satwa burung yang dijumpai antara lain burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cabai jawa (Dicaeum trochileum), bondol haji (Lonchura maja), walet linchi (Collocalia linchi) dan burung gereja erasia (Passer montanus) serta jenis kupu-kupu yang dijumpai seperti Appias olferna, Catopsilia pomona, Papilio demoleus, Leptosia nina dan Graphium agamemnon.

Jenis herpetofauna yang berhasil diidentifikasi antara lain cicak rumah (Hemidactylus frenatus), tokek rumah (Gekko gecko), bunglon surai (Bronchocela jubata), bunglon taman (Calotes versicolor), kadal kebun (Mabouya multifasciata), katak sawah (Fejervarya cancrivora) dan bangkong kolong (Duttaprynus melanostictus).

Untuk membuat pendokumentasian hasil pengamatan menjadi lebih atraktif dan informatif, setiap kelompok didorong mengembangkan kreativitasnya melalui perancangan poster dan video reels untuk diupload di media sosial yaitu Instagram.

Agar para siswa lebih bersemangat, poster-poster dan video reels  hasil karya kreativitas para siswa tersebut juga dikompetisikan. Setiap perwakilan kelompok wajib mengunggah karyanya di Instagram untuk mendapatkan penilaian dari dewan juri yang berasal dari Belantara Foundation.

Dewan juri akan memilih tiga karya terbaik dari masing-masing kategori sebagai pemenangnya. Karya desain poster dan video reels bertemakan lestarikan keanekaragaman hayati SMA Negeri 1 Sukaraja ini akan dimanfaatkan sebagai bahan kampanye pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai media promosi SMA 1 Negeri Sukaraja, Kabupaten Bogor.(*/yul)

Hari Habitat Sedunia 2024, Belantara Foundation Gandeng Mitra Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon di Tahura SSH Riau

October 19, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com — Belantara Foundation menggandeng mitra sektor swasta Jepang menanam bibit pohon secara simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), Provinsi Riau pada Rabu, 16 Oktober 2024.

Penanaman simbolis ini terselenggara atas kerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan SSH serta pemangku kepentingan setempat.

Jenis bibit pohon yang ditanam adalah merawan (Hopea mengarawan), balam (Palaquium hexandrum), balangeran (Shorea balangeran) dan giam (Cotylelobium melanoxylon). Jenis-jenis tersebut termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan gerakan penanaman ini secara khusus dilakukan dalam rangka memperingati Hari Habitat Sedunia yang jatuh pada 7 Oktober 2024 lalu.

Peringatan ini merupakan momentum untuk mendorong multipihak, termasuk sektor swasta untuk berkontribusi nyata dalam menciptakan lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan.

“Oleh karenanya, tujuan penanaman simbolis ini untuk memperluas keterlibatan sektor swasta dalam kerja sama pada program restorasi atau pemulihan hutan untuk mendukung beberapa SDGs dan melestarikan jenis pohon lokal yang terancam punah,” ucapnya.

Lebih lanjut, Dolly, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menjelaskan pemulihan hutan dapat mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro ekosistem hutan, mengurangi risiko kerusakan lingkungan seperti erosi, tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, dan polusi udara.

Selain itu, pemulihan hutan juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, serta habitat dan populasi satwa liar.

“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu no one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau”, tegas Dolly yang juga anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Representative Director APP Japan Ltd., Tan Ui Sian mengatakan pada tahun ini kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan empat kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan bersama beberapa perusahaan Jepang di kawasan Tahura SSH pada 16 Juli 2024. Penanaman simbolis kedua bersama Senior High School at Sakado, University of Tsukuba dan Ehime University Senior High School pada 30 Juli 2024. Penanaman simbolis ketiga bersama sektor swasta Jepang, yaitu Vanfu pada 21 Agustus 2024.

“Kami akan lebih gencar mengajak multi-stakeholders di Jepang untuk berpartisipasi aktif serta mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together ini,” ujarnya.

Lanjutnya, saat ini, program tersebut berfokus untuk mendukung SDGs ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya dan target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Sementara itu, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan  kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999 dengan luas lebih dari 6.000 hektar.

“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui program perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya, pada pertengahan 2022 lalu, kami menggagas program bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together,” jelasnya.(vb/*)

 

Perkuat Komitmen Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Perhimpunan Filantropi Indonesia Luncurkan PFI Chapter Makassar

October 11, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Makassar — Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menyelenggarakan peluncuran PFI Chapter Makassar yang dikemas melalui Philanthropy Thought Leaders (PTL) ke 17 dengan tema “Chapter Makassar untuk Membangun Sinergi Filantropi di tingkat Sub-Nasional di Wisma Kalla, Kota Makassar pada Kamis, 10 Oktober 2024.

Peluncuran PFI Chapter Makassar yang diselingi diskusi ini terlaksana atas kolaborasi dengan Yayasan Hadji Kalla, Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), Inovasi Ketahanan Komunitas (INANTA), Rumah Zakat, dan Human Initiative.

Tujuan utama kegiatan ini adalah menggaungkan peresmian PFI Chapter Makassar kepada pemangku kepentingan dan penggiat filantropi di Sulawesi Selatan serta menyosialisasikan PFI Chapter Makassar sebagai platform untuk memperluas jejaring untuk membuka lebih banyak peluang kolaborasi multi-pihak dalam rangka mendorong pencapaian pembangunan berkelanjutan di tingkat sub-nasional.

Pada acara PTL ke-17, Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. H. Jufri Rahman, M.Si., saat menyampaikan pidato utama mengatakan  pihaknya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan mengapresiasi tak terhingga atas peluncuran PFI Chapter Makassar yang diinisiasi oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia sebagai wadah untuk membangun jejaring dalam rangka mendorong ko-kreasi dan kolaborasi aksi kolektif di Sulawesi Selatan.

“Suatu kehormatan dan kebanggaan bagi kami menjadi model pembentukan PFI Chapter di Provinsi Sulawesi Selatan. Kami sangat mendukung inisiatif ini untuk membantu pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan penanganan berbagai tantangan sosial dan budaya, ekonomi dan lingkungan hidup di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan,” ujar Sekda Sulsel Dr. H. Jufri.

Sekda Sulsel Dr. H. Jufri meyakini bahwa kehadiran PFI Chapter Makassar dapat menjadi wadah dari berbagai inisiatif yang mampu menjawab permasalahan sosial dan lingkungan yang mendesak dengan tetap mempertahankan kearifan lokal dan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengurus PFI, Rizal Algamar pada saat memberikan sambutan menjelaskan bahwa Sulawesi Selatan, sebagai salah satu provinsi dengan potensi ekonomi yang signifikan dan keberagaman sosial-budaya.

Secara geografis dan demografis, Sulawesi Selatan memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan pendekatan filantropi yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan lokal. PFI melihat pentingnya memperkuat kehadiran di wilayah ini melalui pembentukan Chapter yang tidak hanya berfungsi sebagai katalisator, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai pemangku kepentingan.

Lebih dari itu, pengembangan Chapter ini juga bertujuan untuk memperkuat sinergi antara sektor filantropi, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam mencapai tujuan pembangunan bersama melalui ko-kreasi, kolaborasi, dan aksi kolektif.

Dengan adanya PFI Chapter Makassar, diharapkan akan terjalin kemitraan yang lebih erat dan kolaborasi yang lebih intensif dalam mengatasi isu-isu strategis. Selain itu, Chapter ini akan menjadi platform bagi anggota PFI dan mitra-mitra lainnya untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya dalam rangka meningkatkan dampak sosial dari program-program filantropi yang ada di Sulawesi Selatan”, ujar Rizal.

Rizal menegaskan peluncuran PFI Chapter Makassar ini bukan hanya sekadar sebuah acara seremonial, melainkan juga sebagai simbol komitmen PFI untuk terus memperluas jejaring, mendorong ko-kreasi dan kolaborasi, serta meningkatkan efektivitas gerakan filantropi di Indonesia. Dalam konteks yang lebih luas, inisiatif ini juga diharapkan dapat menginspirasi provinsi lain untuk mengembangkan pendekatan filantropi yang lebih strategis dan berbasis pada kebutuhan spesifik daerah.

Salah satu narasumber pada acara PTL ke-17, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, M. Yusran Laitupa menyampaikan bahwa upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab multi-pihak, antara lain sektor filantropi, sektor swasta dan masyarakat sipil.

“Kami akan terus mengajak dan menggalakkan multi-pihak untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam mendukung penguatan filantropi dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Selatan”, tegas Yusran.

Pada PLT ke-17 juga turut hadir narasumber yang mumpuni pada bidang filantropi, yaitu Plh. Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Ir. H. Andi Bakti Haruni, C.E.S; Wakil Ketua Dewan Penasihat PFI, Timotheus Lesmana Wanadjaja; dan Executive Director SDGs Center Universitas Hasanuddinn, Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, MA, PhD. Diskusi ini dimoderatori oleh Direktur Eksekutif Yayasan INANTA, Leonardy Sambo.(vb/*)

Belantara Foundation Edukasi Generasi Muda Pentingnya Hidup Harmonis Dengan Satwa Liar di Habitatnya

October 7, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Jakarta — Belantara Foundation menyelenggarakan kegiatan bertajuk Pameran Muda Mudi Konservasi 2.0: Kolaborasi Kunci Keberhasilan Konservasi Biodiversitas Indonesia pada 5-6 Oktober 2024 di Mall Sarinah, Jakarta.

Pameran ini merupakan puncak acara dari rangkaian kegiatan Muda Mudi Konservasi, yang meliputi Belantara Learning Series Episode 11 dengan tema Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan: Pembelajaran Dari Asia pada 11 September 2024. Seminar International hybrid yang melibatkan pembicara dari berbagai negara di Asia ini diadakan di Universitas Pakuan, Bogor, serta melalui aplikasi zoom dan live streaming di akun Youtube Belantara Foundation.

Selain itu, juga terdapat Kampanye Digital berupa komik reels di Instagram dengan tema “Hidup Harmonis Manusia-Satwa Liar di Habitatnya” dan lomba fotografi bertajuk Belantara Snapshot bertemakan “Pesona Alam Indonesia” pada 24 September – 2 Oktober 2024 di Instagram.

Selain itu juga “Belantara Goes To School” yang mengangkat tema “Peningkatan Literasi Keanekaragaman Hayati Indonesia melalui Quiz Game dan Media Sosial”. Serial berbagai kegiatan yang merupakan kolaborasi antara Belantara Foundation dengan Universitas Pakuan ini akan dimulai pada 23 Oktober 2024 mendatang di SMA Negeri 1 Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Pameran selama 2 hari yang diawali dengan Lomba Cerdas Cermat antar SMA se-Jabodetabek dan diselingi Talk Show ini terselenggara atas kolaborasi dengan IUCN – Indonesia Species Specialist Group (IdSSG), Forum HarimauKita (FHK), Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI).

Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA), APP Group, Student Care, Eat & Run, Biologeek, serta didukung oleh The Body Shop Indonesia, SiDU, dan Pristine 8.6+. Turut mendukung sebagai media partner yaitu Tempo.co, Trubus, Klik Hijau, Ruangkota.com, Greeners.co dan BeritaLingkungan.com.

Kegiatan Talk Show yang digelar dalam dua sesi mengangkat tema besar “Kolaborasi Multipihak dalam Pelestarian Satwa Liar di Indonesia”. Sesi pertama Talk Show di hari ke-1 pada 5 Oktober 2024 mengusung subtema “Mewujudkan Harmonisasi Manusia – Satwa Liar di Habitatnya”, sedangkan hari ke-2 Talk Show pada 6 Oktober 2024 mendikusikan subtema “Bersama Lestarikan Alam Nusantara”.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna dalam sambutannya di acara pembukaan mengatakan acara Pameran Muda Mudi Konservasi merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadartahuan (awareness) publik, khususnya generasi muda, akan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia.

“Oleh karenanya, Pameran Muda Mudi Konservasi kali ini difokuskan pada upaya menyampaikan pemahaman tentang pentingnya hidup harmonis antara manusia dengan satwa liar di habitatnya di Indonesia,” ujarnya.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, yang menjadi salah satu narasumber Talkshow menjelaskan bahwa kehilangan keanekaragaman hayati, termasuk satwa liar, menjadi salah satu bagian dari triple planetary crisis (tiga krisis planet) yang dapat mengancam keberhasilan pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Secara global, yang menjadi faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati antara lain alih fungsi lahan, eksploitasi yang berlebihan (over exploitation), perubahan iklim, polusi, hama dan penyakit, jenis asing invasif, serta konflik satwa liar dengan manusia di habitatnya.

“Konflik manusia dengan satwa liar yang intensitasnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu dipicu oleh banyak faktor, yang antara lain alih fungsi lahan yang berdampak pada hilangnya habitat, fragmentasi habitat, serta penurunan kualitas habitat.

Meningkatnya aktivitas manusia di areal-areal yang merupakan habitat satwa liar juga dapat memicu terjadinya konflik. Konflik manusia-satwa liar juga kerap terjadi di areal konsesi kehutanan, di HGU Perkebunan sawit, atau bahkan di ladang masyarakat.

“Harmonisasi manusia dan satwa liar di habitatnya merupakan sebuah win win solution bagi pembangunan berkelanjutan dan upaya konservasi,” tegas Dolly yang juga anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Senada dengan Dolly, pada waktu dan tempat yang sama, Co-Chair IUCN-IdSSG, Sunarto, Ph.D., mengatakan  diskusi dan edukasi tentang pentingnya untuk dapat berbagi ruang dan hidup berdampingan antara satwa dan manusia perlu terus menerus dilakukan. Selain berbagai manfaat yang didapat, memang ada resiko konflik yang perlu diminimalisir atau dimitigasi dan dikelola dengan baik secara terus menerus.

Sunarto menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik manusia dan satwa liar di habitatnya yaitu masalah dari individu satwa liar itu sendiri. Misal satwa liar yang sakit cenderung mengalami kesulitan berburu seperti biasa dan individu jantan muda yang mencari wilayah jelajah baru juga cenderung mengalami konflik dengan manusia.

Selain itu, terdapat juga faktor habitat yang bersinggungan dengan daerah aktivitas manusia seperti pemukiman atau perkebunan. Terlebih, seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhannya, tekanan terhadap habitat alami satwa liar juga semakin kuat.

“Pemahaman yang baik oleh semua pihak menjadi kunci utama untuk berbagi ruang dan hidup berdampingan secara harmonis”, ujar Sunarto.

Di tempat terpisah, Ketua Dewan Pengurus Belantara Foundation, Dr. Irsyal Yasman mengatakan bahwa gerakan Muda Mudi Konservasi ini sangat relevan dengan salah satu pilar program Belantara yaitu pelestarian satwa liar beserta habitatnya.

“Kami akan terus mengajak dan terus menggalakkan upaya kolaborasi multipihak untuk mendukung gerakan penyadartahuan atau awareness serta edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melestarikan biodiversitas di Indonesia”, ujar Irsyal.

Turut hadir narasumber dari penggiat konservasi satwa liar yang berasal dari organisasi lingkungan dan sektor swasta yang memiliki pengalaman dalam mewujudkan harmonisasi manusia-satwa liar di habitatnya serta tokoh publik yang fokus dengan isu gaya hidup berkelanjutan. Secara berturut-turut yaitu Sunarto, Ph,D., Co-Chair IUCN-IdSSG; Donny Gunaryadi, M.Sc., Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia; Jasmine N.P. Doloksaribu, Head of Landscape Conservation & Environment APP Group; Valerie dan Veronica Twins, Model dan Pendiri ‘Sustainbabes’ dan Medina Kamil, Outdoor Enthusiast. Talk show ini dimoderatori oleh Alfian Rahardjo, News Anchor CNN Indonesia.(vb/*)

 

 

Ekowisata Satwa Liar Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

September 14, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com — Belantara Foundation menyelenggarakan webinar internasional yang dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 11 (BLS Eps.11) dengan tema “Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan: Pembelajaran Dari Asia” pada Rabu, 11 September 2024.

Acara ini bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan.

Webinar Internasional secara luring diadakan di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Rektorat Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan daring melalui aplikasi Zoom dan live streaming Youtube Belantara Foundation.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Indonesia Ecotourism Network (Indecon), Indonesia; Darrang College, Assam, India; Turtle Conservation and Research Programme, India; Borneo Eco Tours, Malaysia dan Department of Zoology Jahangirnagar University, Bangladesh.

Kolaborasi ini juga menggandeng lima universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan belajar bareng” BLS Eps.11 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas. Lima universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.

Webinar Internasional-BLS Eps.11 diselenggarakan secara khusus dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus, Global Tiger Day yang jatuh pada 29 Juli, World Elephant Day yang diperingati setiap 12 Agustus, dan International Orangutan Day yang jatuh pada setiap tanggal 19 Agustus serta Hari Pariwisata Sedunia yang jatuh pada 27 September.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna saat memberikan sambutan mengatakan tujuan utama webinar internasional ini adalah untuk meningkatkan pemahaman stakeholders tentang makna sesungguhnya dari ekowisata satwa liar berkelanjutan.

Sehingga diharapkan dapat memotivasi dan menumbuhkan inspirasi peserta akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam mengembangkan ekowisata satwa liar berkelanjutan di kawasan Asia khususnya di Indonesia.

“Kini, ekowisata satwa liar telah menjadi bagian dalam mendukung dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan, di tengah semakin rusak dan kritisnya sumber daya hayati”, imbuh Dolly, yang juga Pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.”

Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU, Asean Eng., APEC Eng., pada saat memberikan keynote speech menjelaskan bahwa praktik ekowisata berkelanjutan di Indonesia telah menunjukkan perkembangan positif di beberapa wilayah.

Namun tantangan besar masih harus diatasi, terutama dalam hal pengawasan, infrastruktur, dan kesadaran. Untuk memastikan bahwa ekowisata benar-benar berkelanjutan, Indonesia perlu memperkuat regulasi, meningkatkan pendidikan lingkungan, dan memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal dan lingkungan secara jangka panjang.

“Dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada, Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam mengembangkan ekowisata berkelanjutan. Dengan demikian, melalui peran-peran tersebut, perguruan tinggi tidak hanya dapat mendukung pengembangan ekowisata berkelanjutan, tetapi juga dapat berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,” ujar Prof. Didik.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, MS. mengatakan pentingnya kolaborasi antarpihak dalam mencapai tujuan dengan konsep triple helix pada program ekowisata dan bioprospeksi hidupan liar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Konsep tersebut menggabungkan peran akademisi, sektor bisnis, dan pemerintah.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri dan Direktur Eksekutif Indecon, Drs. Ary S. Suhandi, M.Par., mengatakan bahwa wisata satwa liar telah menjadi tren signifikan di tingkat global yang didorong oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap alam, konservasi, dan wisata berkelanjutan.

“Ekowisata juga dapat dimanfaatkan untuk berkontribusi pada upaya pelestarian alam maupun budaya. Namun hal itu jika pariwisata dikelola dengan baik dan benar. Jika tidak, maka pariwisata juga memiliki resiko menimbulkan dampak negatif baik pada lingkungan maupun sosial budaya. Oleh karena itu,  peningkatan kapasitas dan kesadaran masyarakat menjadi krusial didahulukan”, ujar Ary.

Setelah webinar internasional – Belantara Learning Series Eps.11, dilakukan penandatanganan kerja sama antara Universitas Pakuan dengan Darrang College, Assam, India. Kerja sama yang ditandatangani meliputi aspek-aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.(vb/*)

 

 

 

Next Page »