ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Belantara Foundation Ajak Mitra Sektor Swasta Jepang Partisipasi Aksi Iklim

August 24, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Riau — Belantara Foundation Bersama Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim serta pemangku kepentingan setempat mengajak mitra sektor swasta Jepang, yaitu Vanfu melakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di kawasan Tahura SSH, Provinsi Riau pada Rabu (21/8/2024).

Penanaman simbolis yang didukung oleh APP Japan Ltd. – APP Group ini, secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya.

Jenis bibit pohon yang digunakan adalah balangeran (Shorea balangeran). Jenis tersebut termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada tahun 2023. Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius jika tidak ada penurunan drastis pada emisi gas rumah kaca (GRK). Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang dikenal sebagai triple planetary crisis, yang meliputi perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati.

“Sudah banyak studi membuktikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu penyebab kehilangan keanekaragaman hayati global. Oleh karenanya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu diselaraskan dengan aksi-aksi lain untuk mencegah polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati,” ujarnya.

Lanjutnya, salah satu aksi kecil namun berdampak besar adalah menanam dan merawat pohon, karena dapat membantu mengatasi triple planetary crisis  secara paralel.

“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra,”  kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Chief Executive Officer Vanfu, Takayuki Suto menuturkan sebagai individu, secara pribadi ingin melihat permasalahan lingkungan dapat ditangani dengan baik salah satunya dengan cara menanam dan merawat pohon. Sehingga, generasi yang akan datang termasuk generasi anak cucu kita dapat menikmati kehidupan di alam yang lebih lestari dan berkelanjutan.

“Kegiatan penanaman pohon kali ini yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan lainnya memberikan kesan dan pembelajaran tersendiri yang amat mendalam sehingga Vanfu akan selalu berupaya untuk mendukung gerakan penanaman pohon ini secara berkelanjutan,” ujar Mr. Suto.

Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengatakan bahwa setelah menjalankan program Forest Restoration Project: SDGs Together bersama APP Group dan Belantara Foundation sejak pertengahan tahun 2020, tingkat kesadaran (awareness) multi-stakeholders di Jepang sudah meningkat tajam, apalagi dengan melihat dampak yang sangat mengkhawatirkan akibat dari perubahan iklim ini.

Lebih lanjut, Tan menjelaskan saat ini, program tersebut berfokus untuk mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya, target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem dan target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

“Kerja sama program dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap ke-4 dan telah memberikan nilai tambah lebih besar bagi kami untuk mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang. Kami berharap dapat mengajak multi-stakeholders dari mancanegara lebih luas untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together”, tandas Tan.

Di tempat yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menjelaskan kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektar.

“Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya. Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan,” ujarnya.(vb/*)

 

 

Dorong Generasi Muda Peduli Lingkungan, Belantara Foundation Ajak Pelajar Asal Jepang Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim

August 1, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Riau — Belantara Foundation bersama Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH) mengajak pelajar asal Jepang, yaitu Senior High School at Sakado, University of Tsukuba dan Ehime University Senior High School melakukan penanaman bibit pohon di kawasan Tahura SSH, Provinsi Riau.

Pada penanaman simbolis kali ini, jenis bibit pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 34 pohon. Keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Penanaman simbolis yang didukung oleh APP Japan Ltd. dan APP ini bertujuan untuk penyadartahuan (awareness) dan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam mendukung pelestarian alam dan lingkungan hidup di Indonesia.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa kolaborasi multipihak merupakan kunci keberhasilan dalam mendukung kampanye gerakan menanam pohon, salah satunya dari elemen masyarakat khususnya generasi muda.

“Kami akan mengajak berbagai pihak termasuk generasi muda untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra,” ujarnya pada Selasa, 30 Juli 2024.

Menurutnya, generasi muda dapat menjadi agen lingkungan dan memberikan kontribusi positif dalam pengurangan emisi gas rumah kaca untuk pengendalian perubahan iklim. Salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan berpartisipasi pada gerakan menanam pohon.

Kegiatan menanam pohon bersama pelajar asal Jepang ini merupakan salah satu aksi dalam mendukung dan mempromosikan program Forest Restoration Project: SDGs Together. Inisiatif ini mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs) ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem.

Sedangkan  target SDGs ke 12 yaitu produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, target ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya, target ke 15 yaitu menjaga kehidupan di daratan, serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dan juga sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan berharap gerakan menanam pohon ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda agar berkontribusi aktif pada bidang pelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitar mereka.

Pada waktu yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan  kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999.

Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektar. Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya.

Belantara Foundation bersama Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim mengajak pelajar asal Jepang, melakukan penanaman bibit pohon di kawasan Tahura SSH, Provinsi Riau.

“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak. Misalnya saja program yang digagas bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang pada 2022 lalu, yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together, yang berupaya memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau,” ucap Sri.

Sementara itu, Representatif Senior High School at Sakado, University of Tsukuba, Yoshikazu Tatemoto, mengatakan kesadaran melestarikan alam dan lingkungan hidup bagi masyarakat khususnya generasi muda harus ditanamkan sejak dini, antara lain bisa diperoleh dari pembelajaran di dalam kelas dan mengikuti aksi lingkungan di luar kelas.

“Dengan menanam pohon, kita dapat berkontribusi dalam mencegah dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian dunia” pungkas Tatemoto.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan dua kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan bersama beberapa perusahaan asal Jepang di Tahura SSH pada 16 Juli 2024.

Jenis pohon yang digunakan merupakan jenis yang perlu dilestarikan terdiri dari empat jenis, yaitu merawan (Hopea mengarawan), meranti rambai (Shorea acuminata), meranti bunga (Shorea leprosula) dan balangeran (Shorea balangeran).

Forest Restoration Project: SDGs Together merupakan program yang dijalankan melalui donasi sebagian hasil penjualan produk yang dibuat oleh produsen kertas Indonesia, APP (termasuk beberapa produk pabrik APP China) kepada Belantara Foundation untuk menanam serta memelihara bibit pohon spesies asli dan langka yang perlu dilestarikan di kawasan Giam Siak Kecil-Bukit Batu Provinsi Riau yang telah terdegradasi akibat aktivitas ilegal dan kebakaran hutan. Program donasi ini telah berjalan sejak Agustus 2020.

Program tersebut berfokus pada penanaman dan perawatan pohon, serta perlindungan kawasan secara lestari dan berkelanjutan. Saat ini, Forest Restoration Project: SDGs Together telah berjalan selama empat tahun.

Dalam empat tahun terakhir, telah dilakukan penanaman dan perawatan bibit pohon sebanyak 43.901 pohon seluas 94 ha. Kegiatan lain yang telah dilakukan yaitu memasang papan nama proyek, membangun rumah pembibitan, membangun pondok kerja, patroli hutan, memberikan peningkatan kapasitas bagi masyarakat, serta melakukan monitoring dan evaluasi.

Setidaknya terdapat 32 jenis pohon yang telah ditanam, di antaranya adalah ramin (Gonystylus bancanus) dan balam (Palaquium burckii) yang masuk ke dalam status kategori kritis / Critically Endangered (CR), merawan (Hopea mengarawan) dan balangeran (Shorea balangeran) masuk ke dalam kategori rentan / Vulnerable (VU) dan meranti bunga (Shorea leprosula) masuk ke dalam kategori hampir terancam punah / Near Threatened (NT) menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature/IUCN. (*/yul).

 

 

 

Belantara Foundation dan Merck Indonesia Tanam 300 Bibit Pohon Khas Jakarta di Hutan Kota Cilangkap

June 30, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Jakarta — Belantara Foundation dan Merck Indonesia berkolaborasi dengan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta melakukan penanaman 5 jenis pohon dengan total 300 bibit di Hutan Kota Cilangkap, Jakarta Timur pada Sabtu, 29 Juni 2024.

Selain itu kegiatan yang juga melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) Munjul Sinambung dan KTH Cilangkap Subur Lestari menanam jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman nusantara khas Jakarta. Diantaranya pohon menteng (Baccaurea racemosa), kemang (Mangifera kemanga), jambu air (Syzygium aqueum), mangga (Mangifera indica) dan petai (Parkia speciosa).

Pemilihan jenis tanaman tersebut pada kegiatan penanaman merupakan salah satu aksi konkrit kolaborasi multipihak, yaitu dari sektor pemerintah, organisasi lingkungan, sektor swasta dan kelompok masyarakat untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Jakarta dalam pelestarian tanaman nusantara khas Jakarta.

Berdasarkan Dokumen Profil Keanekaragaman Hayati Jakarta yang diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jakarta pada 2018, terdapat 651 jenis tumbuhan yang ada di Kota Jakarta,  sedangkan terdapat 103 jenis tumbuhan atau tanaman yang masuk ke dalam Peraturan Gubernur (PerGub) Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2018 tentang pengelolaan tanaman nusantara khas Jakarta.

Menurut PerGub Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2018 Tanaman Nusantara Khas Jakarta adalah jenis tumbuhan atau tanaman yang khas tumbuh dan menjadi identitas sebuah kawasan di Jakarta serta jenis tanaman yang sesuai dengan pendekatan Nama Kelurahan/Kecamatan di Daerah Khusus Jakarta. Akan tetapi, keberadaan jenis tanaman khas Jakarta tersebut perlahan sudah jarang dijumpai.

Hal ini disebabkan salah satunya oleh alih fungsi lahan menjadi perumahan, perkantoran hingga gedung-gedung pencakar langit. Padahal tanaman atau pohon tersebut memiliki banyak sekali manfaat penting bagi kehidupan, antara lain manfaat untuk kesehatan, ekologi, sosial dan ekonomi.

Manfaat pohon bagi kesehatan, antara lain dapat menyediakan oksigen untuk 2 – 10 orang dalam sehari serta menyerap karbondioksida dan polusi udara. Manfaat ekologi, antara lain menjaga siklus hidrologi, mencegah berbagai jenis bencana alam, seperti banjir dan longsor, memitigasi perubahan iklim, menyediakan habitat dan sumber pakan bagi satwa liar. Selain itu, manfaat sosial dan ekonomi, yaitu salah satunya sebagai sumber ketahanan pangan bagi masyarakat.

Ketua Dewan Pengurus Belantara Foundation, Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc., pada saat memberikan sambutan mengatakan bahwa gerakan menanam pohon seperti ini sangat relevan dengan salah satu pilar program Belantara yaitu restorasi atau pemulihan lahan.

Lebih dari itu, pohon yang sudah ditanam, harus dilakukan pemantauan dan perawatan untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup pohon tinggi. Jika ada bibit yang layu atau mati, perlu dilakukan penyulaman atau mengganti bibit yang mati dengan yang hidup demi mewujudkan lingkungan yang lestari dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

“Kami akan terus mengajak dan berkolaborasi dengan multipihak, salah satunya dengan melibatkan sektor swasta untuk mendukung gerakan pemulihan lahan yang terdegradasi karena kolaborasi kunci keberhasilan program restorasi, ujar Tachrir”.

Pada waktu yang sama, Plant Director PT Merck Tbk, Arryo Aritrixso Wachjuwidajat mengungkapkan, dukungan melalui penanaman pohon merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Merck di bidang lingkungan, dimana salah satu tujuan keberlanjutan.

“Kami adalah untuk mencapai netralitas iklim dan pengurangan konsumsi sumber daya.  Lebih lanjut, kami senang bahwa pohon yang ditanam hari ini adalah tanaman nusantara khas Jakarta, yang artinya mendukung pelestarian biodiversity di daerah di mana Merck beroperasi. Kami berharap pohon-pohon ini tidak hanya bermanfaat untuk memperbaiki lingkungan sekitar, tetapi juga akan meninggalkan warisan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” ujarnya.

Pada tempat terpisah, Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta, Dirja Kusumah, SH., M.H., mengemukakan pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh gerakan penanaman pohon sebagai upaya pemulihan lahan di Hutan Kota Cilangkap.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Belantara Foundation dan Merck Indonesia serta pemangku kepentingan lainnya telah menginisiasi gerakan penanaman ini. Gerakan ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi pihak-pihak lain untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian tanaman nusantara khas Jakarta khususnya yang sudah mulai jarang dijumpai di Jakarta,” kata Dirja.

Sementara itu, Ketua KTH Munjul Sinambung, Wahyat Sumparna mengatakan bahwa tidak hanya untuk melestarikan tanaman nusantara khas Jakarta, gerakan penanaman pohon yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan Merck Indonesia ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan lahan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.(*/adv)

 

 

Sambut Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Belantara Edukasi Lewat Pendataan Biodiversitas di Taman Heulang Bogor

May 19, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Biologi FMIPA, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas kepada masyarakat khususnya generasi muda.

Pelatihan ini mendata dan mengidentifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu-kupu dan burung) di lingkungan urban yang dikemas melaui kegiatan Belantara Biodiversity Class pada Sabtu, 18 Mei 2024 di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan KupuKita dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) serta didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol.

Belantara Biodiversity Class merupakan salah satu rangkaian kegiatan Biodiversitas Kini dan Nanti yang diselenggarakan dalam rangka mendukung pemerintah dalam memeriahkan World Species Congress 2024 dari IUCN program Reverse the Red yang diadakan pada 15 Mei lalu.

Selain itu, kegiatan ini secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyambut hari keanekaragaman hayati internasional 2024 yang diperingati pada 22 Mei setiap tahunnya. Tahun ini, mengangkat tema “Be Part of the Plan” atau “Menjadi Bagian dari Rencana”.

Tema ini mendorong semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung implementasi kerangka kerja global yang ditetapkan dalam Konvensi PBB untuk mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, atau yang dikenal sebagai Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.

Tujuan utama Belantara Biodiversity Class adalah meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar khususnya di kawasan perkotaan.

Tujuan lain dari kegiatan ini yaitu mendata dan mengidentifikasi potensi biodiversitas seperti tumbuhan, kupu-kupu dan burung yang ada di Taman Heulang.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna pada sambutannya mengatakan Taman Heulang dipilih menjadi lokasi kegiatan karena merupakan taman terluas yang ada di Kota Bogor yaitu lebih kurang 2,8 hektare yang awalnya hanya dijadikan sebagai lapangan bola dan tidak terurus.

“Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan tersebut menjadi sebuah taman pada 2015 sehingga sangat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis tumbuhan, burung dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN menambahkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang ini dapat dijadikan sebagai laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk. pada 2018 yaitu terdapat setidaknya 17 jenis burung yang berhasil dijumpai di Taman Heulang. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan  jumlah jenis burung tersebut.

Satwa liar seperti kupu-kupu dan burung memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Misalnya, kupu-kupu berperan penting sebagai pollinator, yaitu agen penyerbuk alami bagi bunga. Burung dapat membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal) dan pengendali hama (biokontrol). Selain itu, kupu-kupu dan burung dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator).

Seiring pesatnya pembangunan, kupu-kupu dan burung menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.

Pada tempat yang sama, Pendiri komunitas KupuKita, Dr. Nurul L. Winarni mengatakan pihaknya terus mengajak dan mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk terlibat dalam pendataan kupu-kupu yang ada di sekitar mereka.

“Kami terus mendorong gerakan citizen science kupu-kupu, Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah” ujar Nurul yang juga sebagai Head of Service and Development/Research Scientist Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 15 jenis burung dan 16 jenis kupu-kupu. Dari 15 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kipasan belang (Rhipidura javanica) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kacamata biasa (Zosterops melanurus) masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang berstatus rentan terhadap kepunahan atau Vulnerable (VU).

Turut hadir peserta kegiatan yaitu pelajar yang berasal dari SMA Negeri 1 Sukaraja, Bogor; SMA Negeri 6, Bogor; SMA Negeri 9, Bogor; SMK Negeri 1, Bogor; dan SMA N 6, Tangerang Selatan. Selain itu ada juga  mahasiswa dari Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Padjajaran, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Samudera dan Universitas Mulawarman. Fasilitator kegiatan ini berasal dari Belantara Foundation, KupuKita dan Himabio Helianthus FMIPA Universitas Pakuan.(*)

 

 

Kolaborasi Multipihak Kunci Keberhasilan Pelestarian Biodiversitas Indonesia

May 16, 2024 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi Fakultas MIPA, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan menyelenggarakan seminar dan pelatihan.

Seminar ini mengangkat  tema “Peran Multipihak dalam Pelestarian Biodiversitas Indonesia” pada Selasa, 14 Mei 2024. Lebih dari 1.220 peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang digelar secara hybrid tersebut.

Seminar nasional secara luring diadakan di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan daring melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube Belantara Foundation. Acara ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Eps.10 (BLS Eps.10).

Kegiatan yang didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol ini, juga berkolaborasi dengan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) dan KupuKita serta menggandeng enam universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.10 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas.

Enam universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Syiah Kuala, Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.

BLS Eps.10 diselenggarakan secara khusus dalam rangka mendukung pemerintah dalam menyemarakkan World Species Congress yang diselenggarakan oleh IUCN program Reverse The Red pada 15 Mei 2024 secara virtual dan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2024 yang diperingati setiap 22 Mei.

Menurut artikel yang ditulis oleh ilmuwan yang diterbitkan di jurnal Biological Review awal 2022 lalu, menjelaskan saat ini telah berlangsung kepunahan massal keenam yang disebabkan oleh antropogenik. Ancaman kepunahan massal kali ini berbeda, karena intervensi manusia terhadap alam dan biodiversitas telah menyumbang dan mempercepat kepunahan tersebut terjadi.

Ancaman tersebut semakin terlihat dengan tingkat kepunahan spesies yang meningkat secara drastis. Para peneliti sebagian besar menggunakan data spesies yang terdaftar sebagai spesies punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Para peneliti berfokus pada spesies vertebrata (tidak termasuk ikan) karena datanya tersedia lebih banyak.

Dari setidaknya 5.400 genera (bentuk jamak dari genus) yang terdiri dari 34.600 spesies, para peneliti menyimpulkan bahwa dalam 500 tahun terakhir sejumlah 73 genera telah mengalami kepunahan, sebagian besar terjadi dalam dua abad terakhir.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna .

Penelitian tersebut memperkirakan kepunahan tersebut seharusnya membutuhkan waktu kurang lebih 18.000 tahun, bukan 500 tahun, meskipun perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak seluruh spesies diketahui dan catatan fosil masih belum lengkap.

Para ilmuwan mengatakan kepunahan massal buatan manusia tersebut disebabkan oleh perusakan habitat, perubahan iklim global, eksploitasi berlebihan, polusi, dan spesies invasif.

Menurut IUCN, sampai saat ini terdapat lebih dari 44.000 spesies terancam punah di bumi. Jumlah ini merupakan 28 persen dari total 157.100 spesies yang masuk daftar merah milik lembaga konservasi global tersebut. Padahal, jumlah spesies yang ada di bumi jauh lebih banyak dari angka tersebut.

Pada Desember 2023 lalu, IUCN memperbarui daftar spesies yang berstatus punah/Extinct (EX). Berdasarkan data yang dipublikasikan sejak 1996 hingga kini, terdapat lebih dari 900 spesies yang punah. Sebanyak 74 spesies di antaranya dinyatakan punah pada 2023.

Sejak Tahun 2023 hingga saat ini, Pemerintah Indonesia dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas, tengah menyusun dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia atau Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) pasca COP15 CBD. Proses penyusunan dokumen ini merupakan upaya untuk menyelaraskan target pengelolaan keanekaragaman hayati nasional dengan target global.

Dokumen IBSAP ini disusun selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 serta kedepan diharapkan memiliki dasar payung hukum untuk akselerasi implementasi. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola keanekaragaman hayati secara berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna saat opening speech mengatakan tujuan utama seminar nasional ini untuk meningkatkan pemahaman stakeholders mengenai strategi dan rencana aksi serta peran penting sektor akademisi, industri dan masyarakat dalam pengelolaan biodiversitas Indonesia.

Tujuan lain yaitu untuk meningkatkan kepedulian semua pihak, agar dapat ikut mengambil peran masing-masing dalam upaya pelestarian khususnya jenis-jenis yang terancam kepunahan.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Inpres ini diterbitkan untuk memastikan adanya keseimbangan pemanfaatan ruang untuk kepentingan ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati dalam kebijakan setiap sektor.

Pelaksanaan kebijakan ini diarahkan melalui pengambilan langkah-langkah kebijakan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan setiap lembaga yang disasar dalam kebijakan ini.

Isi inpres ini menyasar ke 19 kementerian dan lembaga pemerintahan dengan tujuan untuk mengarusutamakan keanekaragaman hayati dalam kebijakan pembangunan.

“Tidak hanya tugas pemerintah, pelestarian keanekaragaman hayati merupakan tanggung jawab bersama. Kolaborasi multipihak mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, industri, media bahkan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pelestarian biodiversitas Indonesia untuk generasi kini dan yang akan datang,” tegas Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si., mengemukakan kegiatan seminar dan pelatihan inspiratif seperti ini perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengarusutamakan isu-isu tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup di Indonesia, ujar Anna.

“Kami berterima kasih kepada Belantara Foundation, IUCN IdSSG, PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol serta mitra lainnya yang telah mendukung penuh acara ini sehingga berjalan dengan baik dan sukses,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua I-SER (Institute of Sustainable Earth and Resources) FMIPA Universitas Indonesia, Prof. Jatna Supriatna, Ph.D sebagai salah satu pembicara kunci mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat besar dan memiliki perputaran energi yang tidak terputus sejak ratusan juta tahun, sehingga melewati fenomena-fenomena geologi yang sangat berhubungan dengan keanekaragaman hayati.

Indonesia memiliki banyak akademisi di kampus-kampus dan pusat penelitian. “Penelitian biodiversitas perlu lebih menekankan pada tahap pemanfaatan. Misalnya, tentang pemanfaatan biodiversitas untuk pangan yang seharusnya berasal dari biodiversitas Indonesia. Kita bisa memperbanyak riset yang lebih mendalam tentang pemanfaatan hayati karena kita punya lebih dari 30,000 spesies”, ujar Jatna.

Jatna juga menambahkan upaya-upaya dari akademisi yang bisa dilakukan adalah terkait valuasi biodiversitas dan ekosistem, degradasi lahan yang menyebabkan defaunasi, serta dampak perubahan iklim pada biodiversitas.

Pelestarian biodiversitas perlu menekankan kolaborasi tri-sektor dari akademisi, pemerintah, dan sektor privat. Salah satunya bisa melalui pengembangan ekowisata, seperti pengamatan burung atau wisata-wisata yang terkait spesies kharismatik.

Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University dan Co-Chair IUCN IdSSG, Prof. Dr. Mirza D. Kusrini menjelaskan IdSSG adalah kelompok ahli dan praktisi hidupan liar yang bergabung di bawah naungan Species Survival Commission IUCN. Berdiri sejak awal tahun 2023, IdSSG memiliki visi untuk mengkoordinasi para ahli di seluruh Indonesia dari berbagai kelompok taksonomi dan keilmuan terkait untuk mendukung pemerintah serta para pihak dalam usaha bersama mengubah penurunan keanekaragaman jenis melalui pengembangan pengambilan keputusan dan kebijakan berbasiskan bukti ilmiah.

Turut hadir pembicara kunci dan narasumber yang memiliki keahlian dan segudang pengalaman di bidang keanekaragaman hayati secara berurutan yaitu Anggi Pertiwi Putri, S.T. MEnv., Perencana Muda Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas; Dita Galina, Manager Sustainability Musim Mas; I Putu Artana dan Mohamad Ikrom, Kelompok Masyarakat Penangkar Burung Jalak Bali Binaan Taman Nasional Bali Barat. Seminar nasional ini dimoderatori oleh Suer Suryadi, Direktur Conservation and Legal Assistant Network.(*/yul)

 

 

« Previous PageNext Page »