ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Teknik Sipil Polnes Lakukan Pemetaan Sungai Mahakam dengan Batimetri

November 9, 2021 by  
Filed under Kalimantan Timur, Tehnologi

Vivaborneo.com, Samarinda — Longsoran tebing sungai di bawah air dapat memicu bencana alam bagi orang yang berada di sekitarnya.

Seperti yang terjadi saat kejadian longsoran ini terjadi pada tebing sungai Mahakam yang berada di daerah sekitaran Intake PDAM Teluk Lerong, Samarinda.

Untuk mengantisipasi kejadian bencana akibat terjadinya longsoran tebing sungai Mahakam di sekitar kota Samarinda, Jurusan Teknik Sipil Politeknik negeri Samarinda (Polnes) melakukan pemetaan dan pengukuran potensi bencana dengan alat ukur Batimetri.

“Hari ini kita akan mulai mengadakan pengukuran kedalaman sungai atau kontur sungai Mahakam yang berlokasi di dekat Pom Bensin Karang Asam. Ini sebagai usaha untuk mengetahui di dalam sungai tersebut terjadi kelongsoran atau tidak,” ujar Pramono, SST, MengSc selaku Ketua Tim Pengabdian POLNES, pada Sabtu, 25 September 2021.

Tim Pengabdian diketuai oleh Pramono, SST, MengSc, dan beranggotakan Dr. Insan Kamil, serta Tommy Ekamitra S, PhD. Selain itu juga dibantu oleh tiga orang mahasiswa Polnes, sehingga diharapkan  mampu memberikan kontribusi dalam hal perencanaan Pemetaan Profil Dasar Sungai Dengan Alat Batimetri.

Alat Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar laut atau sungai. Penggunaan alat ini dapat mengetahui perubahan kondisi hidrografi di suatu tempat, baik laut maupun sungai.

Menurut  Purnomo,  usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelongsoran pada tebing sungai  dengan cara melakukan pengukuran, agar tidak terulang kembali kejadian serupa  pada tebing sungai.

Tim Pengabdian diketuai oleh Pramono, SST, MengSc, dan beranggotakan Dr. Insan Kamil, serta Tommy Ekamitra S, PhD. Selain itu juga dibantu oleh tiga orang mahasiswa Polnes.

Dengan beranggotakan tiga orang dan berkolaborasi dengan tiga orang mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda, dimulailah pemetaan profil dasar sungai dengan menggunakan alat batimetri.

“Cara pengukuran dengan alat Batimetri ini dengan kapal yang selalu bergerak ke arah hulu sungai, pelan-pelan. Jalannya  sangat pelan, agar datanya yang bisa diambil memiliki kerapatan gambar,” jelasnya.

Pramono menerangkan  data yang didapat adalah sebanyak lebih dari 1.170 titik, yang berarti data kontur sungai sangat rapat dan jelas tampilannya.

Pemetaan juga dilakukan pada bagian tepi sungai atau tebing sungai untuk mengetahui potensi terjadinya kelongsoran tebing. Dengan demikian, akan diketahui potensi kebencanaan yang dapat mengancam lingkungan maupun manusia.

“Data semakin rapat semakin bagus, dimana nanti gambar kontur bawah sungainya akan terlihat dengan jelas,” ujar Pramono.

Seorang mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda bernama salah satu mengatakan, pemetaan ini dilakukan juga pada pada lokasi yang telah terjadi kelongsoran, yaitu di bagian tepi yang longsor, kurang lebih pada kedalamannya 5,7 meter sampai 8 meter. 

Sungai Mahakam telah ratusan tahun menjadi alat transportasi bagi masyarakat yang terletak  di provinsi Kalimantan Timur dan bermuara di Selat Makassar.

Sungai dengan panjang sekitar 920 Km ini membelah Kota Samarinda melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir.

Sungai Mahakam sejak dulu memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini tim berasal dari bidang keahliannya. Tim terdiri ketua yaitu satu orang dosen dan dua orang anggota. Tim telah berpengalaman dalam melakukan berbagai kegiatan pengabdian meliputi pembinaan, pelatihan, konsultasi, pendampingan, dan pengembangan pemberdayaan masyarakat.(vb/yul/Adv)