ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Menuju Tatanan Kehidupan Berbasis Blockchain dan Metaverse

January 24, 2022 by  
Filed under Opini

Share this news

 Oleh: Eko Wahyuanto

Eko Wahyuanto

Belum lama ini, beberapa anak muda yang tergabung dalamTim Bentara, datang kekantor kami di Kominfo, mendiskusikan tentang bagaimana memasuki teknologi blockchain. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Staf Ahli Menteri Bidang Hukum  Prof. Henry Subiyakto.

————-

Teknologi selalu bermetamorfosa melahirkan inovasi baru dan generasi baru, inovasi baru mencetak profesi baru yang dikuasai oleh generasi baru. Profesi baru juga melahirkan ruang pekerjaan baru, cara memperoleh pendapatan baru, dan gaya hidup baru, demikianlah siklus pengaruh kemajuan teknologi diera supra digital sekarang ini.

Internet adalah teknologi, internet melahirkan YouTube, YouTube melahirkan profesi baru yakni YouTubers. Begitu juga Blockchain adalah teknologi, blockchain melahirkan lebih banyak turunan yakni Non Fungible Token (NFT), metavers, crypto, bitcoin, dan lainnya, yang kesemuanya juga hasil rekayasa teknologi

Dari inovasi terus berkembang tersebut, blockchain memunculkan setidaknya sepuluh profesi baru, yaitu: Trader, Exchanger, Hunter, Developer, Promotor,  Educator, Collector, Investor,  Consultant dan Media.

Ternyata dalam satu inovasi yang lahir dari rahim Internet hanya muncul satu profesi baru, sedangkan satu inovasi di blockchain melahirkan sepuluh profesi baru.Itulah mengapa,blockchain punya masa depan lebih menggembirakan dan dianggap lebih dahsyat dari pada Internet.

Sekali lagi, kita pahami bahwa NFT itu baru salah satu dari inovasi di blockchain, karena blockchain bukan hanya crypto, crypto bukan hanya trading, dan trading bukan hanya bitcoin.

Mungkin banyak diantara kita baru mengenal blockchain. Sebenarnya ini tertinggal satu dekade atau 10 tahun lalu. Mengapa, karena hari ini seharusnya kita sudah melompat belajar tentang quantum.

Ada 5 era teknologi yang berkembang dari waktu ke waktu, yaitu: komputer, internet, digital, blockchain dan quantum, tetapi dalam praktek sehari-hari kita baru mengunaknan komputer, internet dan digital. Masih jarang yang bermain di blockchain apalagi quantum.

Orang bijak mengatakan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Maka saatnya kita sekarang mulai belajar tentang pengembangan teknologi baru yang cukup mencengangkan itu.

Bitcoin yang sempat menggemparkan jagat maya selama ini, sebenarnya hanyalah seujung kuku dari blockchain yang luar biasa dahsyat nya. Apalagi jika kita mempelajari jauh tentang NFT nya, iNFT, iNFT, iNFT, dNFT, wNFT, dan  fNFT. Itu yg sekarang oleh masyarakat banyak dicari dan ditelusuri di Google. Orang ingin tahu apa itu NFT, tetapi belum memahami secara utuh, apalagi jika dikaitankan dengan blockchain dan metaverse.

Trend pencarian NFT melesat tajam mengalahkan pencarian rubrik lainnya, bahkan menjadi trending di Google Indonesia, termasuk juga kalimat NFT juga menjadi trending di dunia.Jika kita bicara NFT sebenarnya ada 6 bagian penting yang harus dipelajari,  yaitu:  iNFT,  iNFT, iNFT, dNFT, wNFT, dan fNFT.

iNFT yang pertama adalah Interactive NFT, iNFT yang kedua adalah Intelligence NFT, iNFT yang ketiga adalah Investment NFT, sedangkan dNFT adalah Dao NFT ,dan wNFT adalah wearables NFT serta fNFT adalah fancy NFT.

Dalam membahas NFT yang heboh, viral dan fenomenal ini,  kita dapat menggunakan terminologi uang, yaitu posisi  uang lama dan uang baru. Dengan menggunakan kacamata uang lama, tentu saja tidak akan masuk akal bicara NFT yang dapat laku mahal. Contohnya, jika ada seseorang yang membeli karya NFT senilai 95 juta rupiah, padahal yang dibeli adalah photo wajah selfi seseorang yang bukan seorang tokoh atau artis atau apalagi ilmuwan. Maka

gunakan kacamata uang baru, supaya anda tidak menganggap kalau mereka itu gila, bodoh dan atau melakukan hal yang tidak masuk akal. Dengan menggunakan kacamata uang baru, maka anda akan salut dan respect pada mereka terutama caranya mengikat nilai uang cripto milik mereka. Kalau menggunakan uang lama, anda pastinya akan teriak teriak:

“Itu judi”

“Irasional”

“Mau aja dibodohi” dan pernyataan-pernyatan antagonis lain.

Dalam hal ini, pembeli NFT adalah investor yang cerdas, memang nampak aneh, bagaimana tidak membeli sebuah rumah digital 3D misalnya, yang tidak bisa dihuni, tetapi sampai harus merogoh kocek 500.000 Dollar. Itu Mars House namanya.

Tapi tahukah anda bahwa pembeli Mars House akan meletakkannya di tanah virtual, sehingga nantinya dia bisa mengundang orang untuk masuk ke rumahnya, dan bagi yang mau masuk, akan membeli tiketnya dalam bentuk NFT.

Di dalam rumah mars itulah nantinya akan ditampilkan karya karya seni digital yang di koleksi oleh pemiliknya. Semua koleksi karya digital tersebut dapat dilihat di metaverse, persis seperti aslinya. Nah ternyata, tersambung bukan antara NFT dengan metaverse?

Didalam metaverse itulah, interactive NFT dan intelligence NFT akan bisa dinikmati, tentunya, memang harus menggunakan VR headset untuk bisa berkelana  dijagat metaverse itu.

NFT dan metaverse akan juga dikaitkan dengan crypto nya, bahkan didalam metaverse sudah ada gamifikasi dan tokenisasi yang dapat anda pilih dengan avatar sendiri atau bisa juga menjadi “metahuman”. MetaHuman akan pakai baju, celana, sepatu, topi, jaket, kacamata dan aksesoris lainnya, yang semua bisa dibeli pakai crypto, sehingga dapat bergaya di metaverse, dan itulah yg disebut “wearables NFT'”.

Saat orang lain melihat “metahuman”, anda dengan pakaian paling keren, paling heboh, paling hebat, lalu orang orang di metaverse bisa memuji anda dengan cara  “mencolek” “metaHuman” anda, dan data dari “colekan” itu akan membuat “metahuman” anda bertambah hebat bahkan makin menguntungkan.  Itulah yang disebut “DAO NFT” nya, sedangkan bagian yang menguntungkan, itu yang disebut Fancy NFT.

Semakin banyak bertemu orang, semakin banyak orang menyukai “metahuman” anda, maka akan semakin banyak mendapatkan keuntungan. Makin populer, semakin kaya di metaverse, bahkan yang ekstrim semakin “norak” sebuah penampilan, maka dapat semakin kaya.

Yang diceritakan diatas adalah gambaran sederhana dari metaverse yang luar biasa, dengan didipadukan NFT nya.

Pertanyaannya, apa yang seperti itu sudah ada? jawabnya sudah banyak. Sebuah acara di @Decentraland, parade metahuman, disana orang bisa beraktivitas misalnya menonton konser, melihat bintang jatuh, bahkan bermain judi, tentu judi di dunia metaverse .

Ini baru penjelasan awal tentang blockchain belum masuk contoh dan belum dibahas detail, belum pula bicara tentang hubungan antara blockchain, crypto, metaverse dan NFT. Kedepan blockchain dapat dipakai di berbagai sektor dan akan mengubah pola komunikasi, aktivitas dan sendi-sendi kehidupan. Kita akui teknologi seperti belum banyak kita terapkan, apalagi dalam praktek ekonomi dan pengelolaan sektor lain, tetapi percaya dalam waktu dekat, semua itu akan segera mewarnai kehidupan kita.

Pertanyaan mendasar nya adalah apakah setiap orang nanti akan “hidup” di ruang “metaverse”?

Kita perlu mengantisipasi kecenderungan ini, sebab bisa jadi pengalaman alih teknologi komputer berbasis internet seperti dimasa lalu bakal terjadi.

Saat ini, hampir seluruh penduduk dunia ingin terhubung ke Internet. Bahkan kebutuhan utama manusia di era digital sekarang seolah mengalami pergeseran yakni: selain sandang, pangan, papan, ditambah handphone dan kuota atau internet.

Kedepan, semua orang juga ingin terhubung ke “blockchain” dan masuk ke Metaverse, persis seperti saat ini orang butuh internet. Blockchain akan menjadi kebutuhan hidup baru, apalagi teknologi quantum.

Terbayang, saat Internet gratis lalu biaya listrik nol alias gratis juga, maka penambangan crypto akan menjadi sumber pemasukan amat penting.

Dapat membiayai infrastruktur blockchain, dapat membiayai protokol Internet, maka masyarakat tinggal ikut saja menjalankan “social mining”, sehingga “social credit scoring” akan menjadi hal terbaik saat metaverse sudah berjalan mulus.

Metaverse menjadi pintu masuk bagi manusia manusia “cerdas” yang ingin menghasilkan pendapatan dengan uang baru, crypto, sementara “quantum” merupakan jalan toll nya, sedangkan internet dan blockchain adalah jalan utamanya. Semua yang menginginkan skema efektif dan efisien dan akan masuk ke “quantum”.

Kedepan akan banyak orang yg  punya “nama tanpa raga” di dunia DAYA. Ini contoh yang sudah dimulai.

Pernah mendengar “Bot Cantik” dari Perbankan di Indonesia?

ChatBot berbasis “artificial intelligence” (AI) yang membantu tanya jawab nasabah perbankan.

Percakapan dan komunikasi dengan “Bot” ini diatur melalui deretan koding pemrograman, sehingga dapat menyesuaikan pertanyaan dengan jawaban yang diinginkan oleh nasabah.

Teknologi yang dipakai, selain “artificial intelligence” (AI) ada juga “machine learning” (ML).

Dari program tersebut perilaku nasabah juga dapat dipetakan berdasarkan percakapan yang digunakan dalam interaksi bersama “Bot Cantik” itu.

Iya, memang  Bot Cantik kita menyebutnya. Misal di BRI, kita dapat kenalan sama SABRINA, singkatan dari Smart BRI New Assistant. Dibank BCA kita akan kenal bot cantik yang namanya VIRA, Virtual Assistant Chat Banking BCA  kepanjangan nya. Bank BNI juga punya bot cantik, namanya CINTA, singkatan dari Chat with your Intelligent Advisor.

Begitu juga Bank Mandiri, punya bot cantik bernama MITA., Mandiri Intelligence Assistant. Bank Indonesia bot cantiknya bernama LISA. Layanan Bank Indonesia. Kalau di Telkomsel, pasti kita sudah akrab namanya VERONIKA

Selain Perbankan dan Operator, perusahaan swasta pun ikut masuk dalam kecanggihan chatbot ini, antara lain: Unilever punya JEMMA, Angkasa Pura punya TASYA. Alfamart punya SHALMA, Pos Indonesia punya VIDA, HSBC juga punya AMY. OCBC punya EMMA, Microsoft punya RINNA. Mitsubishi bernama MIRA.

Mengapa kita singgung soal keberadaan ChatBot berbasis AI dan ML ini, karena di dunia DAYA, Metaverse nanti, Bot bot cantik seperti ini akan menjadi “nama tanpa raga”   yang disebutkan diatas, dan nanti akan banyak terdapat di dunia DAYA.

Jadi, di “metaverse” itu bukan hanya tempat manusia dunia “nyata” memiliki “kembaran digital” nya, tetapi juga tempat bot bot ini “aktif” disana dengan berbagai fungsinya.

Bisa saja, kita berkenalan dengan seseorang di dunia “DAYA”, tetapi ternyata kita “terpedaya”  Karena asyik ngobrol, dan seru pembahasannya sekali lagi orang akan terpedaya, tidak dapat bertemu fisik karena tidak ada wujud orangnya.

Didunia “daya metaverse”, salah satu lokasi yang akan sering dikunjungi atau banyak peminatnya adalah “chatbot” yang seolah punya “raga” tapi sesungguhnya hanyalah “machine learning” yang sangat cerdas.

Makanya, di era quantum itulah, energi akan menjadi bisnis terbesar nya. Internet dan listrik bisa gratis, akan membuat orang banyak ingin datang dan ikut jadi “keluarga besar” kita.

Dalam hal ini kelompok anak muda BENTARA sudah menyiapkan roadmap dan persiapan akan membangun BENTARA Quantum Valley di Sumedang Jawa Barat. Ini akan menjadi percontohan program “Energi Baru Terbarukan”.

Disana dibangun listrik dari 5 sumber energi, yaitu: energi  Panas Surya Solar, Micro Hydro Sungai yang dapat dimanfaatkan untuk listrik, Gas Panas Bumi,  pipa gas dari air panas pengunungan. Biogas yang dihasilkan dari kotoran hewan dan akan  dijadikan listrik juga. Angin Mini Turbin dari angin akan menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Dengan 5 sumber listrik dari “Energi Baru Terbarukan”, kita akan pakai untuk memiliki “penambangan uang baru” crypto. dan bitcoin, bahkan ada banyak sekali AltCoin.

Itulah mengapa, kita harus bisa mampir ke “Lab. Quantum”  yang sudah ada di luar negeri. Jika perlu dilakukan kerjasama bilateral dengan negara yang sudah mengembangkan quantum (kalau Indonesia berani).

Ilmuwan kita perlu belajar disana, atau Ilmuwan mereka membangun prototipe pengembangan “quantum” di lndonesia. Dalam hal ini negara yang mengembangkan quantum cukup maju adalah Iran, negara yang sedang diembargo oleh Amerika. Konsekuensinya dinegara tersebut kesulitan transaksi terbuka dengan banyak negara, sehingga keadaan memaksa mereka mendalami “quantum” sebagai solusi.

Sementara Amerika sendiri masih mencari tahu Quantum Network. Bagaimana dengan Indonesia?

Penulis adalah Analis Kebijakan Ahli Madya Kominfo


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.