ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

YLKI Dorong Penggunaan BBM Ramah Lingkungan

March 11, 2021 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA – Kabar Berita Radio (KBR) bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menggelar media gathering, pada Selasa (09/03/2021) dengan tema Mendorong Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru. Kegiatan tersebut digelar secara nasional diikuti para pakar lingkungan, wartawan, blogger, mahasiswa dan lainnya dari sejumlah kota di Indonesia

Dalam kesempatan itu YLKI mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam Program Langit Biru.Program yang dicanangkan sejak 25 tahun silam itu sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, yakni mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dari polusi transportasi (kendaraan bermotor) dan industri. Namun sayang, faktanya hingga saat ini, pelaksanaan Program Langit Biru itu masih jauh panggang dari api.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebutkan salah satu instrumen untuk mewujudkan Program Langit Biru adalah penggunaan BBM dengan standar Euro atau BBM ramah lingkungan.

“Fenomenanya, pemerintah inkonsisten dalam mewujudkan Program Langit Biru,” kata Tulus.

Dia bahkan melihat pemerintah tampak kedodoran dalam pelaksanaan program ini. Tidak ada sinergi yang kuat antara kementerian dan lembaga untuk program ini. Indikator sederhana yang paling mudah dilihat adalah masih tingginya pemakaian bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sesuai standar Program Langit Biru.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya polusi udara yang semakin pekat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Sangat tidak baik untuk kesehatan masyarakat.

“Ini yang menjadi keprihatinan kami. Inkonsistensi pemerintah,” tegas pria yang bertubuh sedikit tambun itu.

Bukan hanya pemerintah, ternyata inkonsistensi juga dilakukan oleh masyarakat. Tulus menjelaskan, sejak tahun 2000 industri otomotif sesungguhnya sudah menyiapkan kendaraan-kendaraan menggunakan level Euro 2. Yakni penggunaan RON 92 atau selevel pertamax, produk Pertamina.

“Sekarang kita masih banyak melihat premium dengan RON yang sangat rendah, RON 88. Ada juga pertalite yang sedikit lebih baik dengan RON 90,” jelasnya.

“Kami ingin kembali menggaungkan Program Langit Biru, untuk menantang pemerintah agar konsisten dengan hal itu dan juga masyarakat agar konsisten menggunakan BBM sesuai spesifikasi kendaraan yang ada,” tandasnya.

Tulus juga mencoba meluruskan pandangan keliru yang ada di tengah masyarakat. Salah satunya, karena alasan ekonomi, seringkali masyarakat merasa lebih murah menggunakan premium. Padahal, faktanya penggunaan premium tidak benar-benar lebih hemat dibanding menggunakan pertamax.

Dia memberi contoh banyaknya kilometer (km) yang dihasilkan saat menggunakan premium dan pertamax. Dia memberi perumpamaan, jika satu liter pertamax bisa menempuh 30 km, maka premium hanya sekitar 20 km.

“Selain itu, biaya perawatan dengan premium akan lebih tinggi dibandingkan pertamax. Niatnya berhemat, kita justru tekor karena kendaraan lebih cepat rusak,” beber Tulus.

YLKI sangat berkepentingan untuk mengedukasi masyarakat, bukan hanya agar mengerti tentang hak konsumen, tapi juga soal tanggung jawab dan kewajiban konsumen. Salah satunya dengan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Seruan YLKI ini juga ditujukan kepada pemerintah daerah. Pasalnya kata dia, pemerintah daerah juga harus ikut bertanggungjawab untuk melindungi warganya.

“Karena udara bersih dan sehat itu adalah hak kita semua,” tegasnya.

Sementara General Manager Kantor Berita Radio (KBR) Bimo Bramantyo Murti mengatakan lingkungan merupakan isu penting yang sudah menjadi perhatian, sejak awal KBR mengudara pada tahun 1999.

“Kami merasa strategic partnership dengan YLKI mendukung Program Langit Biru ini sangat penting untuk mengajak masyarakat peduli akan lingkungan hidup,” kata Bimo.(man)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.