Ada Kuaci China di IIW

June 8, 2025 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

PEKAN lalu ada International Industrial Week (IIW) 2025 digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Berlangsung 4 hari sejak 4 sampai 7 Juni. Padahal ada hari raya Idul Adha 6 Juni. Tapi pengunjung IIW tetap membludak. Mereka datang penuh antusias dari penjuru Tanah Air dan luar negeri.

Untuk masuk ke arena IIW kita harus antri. Cukup panjang. Pihak penyelenggara, Meorient Exhibition International (MEI) menyediakan ID Card setelah kita mengisi data di aplikasi yang disediakan.

Suasana lounge IIW, tempat bertemu buyer, pemasok dan produsen.

IIW adalah ajang pelaku industri manufaktur, logistik, pengemasan dan percetakan untuk saling memperkenalkan inovasi, memperluas jaringan bisnis dan memperkuat kerja sama lintas sektoral.

IIW Indonesia 2025 menghadirkan ratusan peserta dari dalam dan luar negeri serta beragam program pendukung seperti forum bisnis, business matching, seminar industri dan demo teknologi baru.

“Event ini diharapkan dapat menjadi penggerak utama pengembangan rantai pasok industri nasional menuju era industri 5.0,” kata Binu, COO MEI dalam keterangan persnya.

Peserta terbesarnya datang dari China. Seolah IIW milik mereka. Menguasai semua lini industri. “Dengan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump,  China berkeinginan memasarkan industrinya lebih besar lagi ke Indonesia. Jadi ini peluang emas,” kata Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto.

Direktur Ekskutif Universitas Mulia Balikpapan Dr Agung Sakti Pribadi (kanan) bersama Rektor UM Prof M Ahsin Rifa’i nampang di depan mobil listrik antik Yatian.

Menurut Mahendra, pihaknya siap menjadi enabler dari kegiatan industri China untuk memindahkan pabrik-pabriknya dari Tiongkok ke Indonesia. “Kami siap membantu industri mereka masuk ke kawasan industri kita. Itu target kita,” tambahnya.

Lebih jauh dia tegaskan, dengan mengadopsi teknologi industri Tiongkok di Indonesia, maka pelan-pelan industri Indonesia dapat belajar dan mampu mengembangkan produksi dan ekspor lebih luas lagi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Hari Noegroho dari Asosiasi Packaging Federation (IPF) dan Teguh Maianto dari Packaging Development Federation (PDF). Mereka mengakui industri kemasan dari China sangat merajai sehingga kita harus belajar dan mampu bersaing.

Kemasan apa saja dengan berbagai model, type dan bahan terutama dari plastik, kertas, karton, logam sampai bahan biodegradable bisa dilakukan oleh industri kemasan China. Mereka menjual mesinnya dengan harga terjangkau, sehingga banyak menarik perhatian pelaku industri di Tanah Air terutama industri makanan dan minuman.

Saya kaget di situ juga ada ditampilkan berbagai jenis makanan kuaci atau guazi (Bahasa Hanzi) dengan berbagai kemasan. Ada kuaci dari biji semangka, biji labu dan biji bunga matahari. Saya teringat masa kecil sering makan kuaci. Ternyata ini masih menjadi industri andalan di China.

Yang menarik perhatian stand Guangdong Yatian Industrial dari Conghua Districk, Guangzhou, China. Sejak 2001 Yatian mengembangkan mobil antik bertenaga listrik. Penampilannya seperti mobil Eropa masa lalu, tapi mesinnya bertenaga listrik. “Ya ini protoype mobil masa lalu tapi digerakkan dengan energi listrik,” kata Joanne Liao sebagai sales manager.

Yatian juga menampilkan mobil type lainnya, seperti golf car, hunting car sampai container. “Kami mencari patner pemasaran di Indonesia,” kata Liao.

TIM UNIVERSITAS MULIA

Meski IIW ajang pertemuan untuk para pelaku industri, Direktur Eksekutif Universitas Mulia (UM) Balikpapan, Dr Agung Sakti Pribadi  tetap antusias membawa tim UM menyaksikan pameran tersebut. “Ini penting untuk membuka wawasan kita termasuk dari kampus mengenai inovasi baru di industri,” katanya.

Ada Rektor UM Prof Ir M Ahsin Rifa’i, Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Yusuf Wibisono, SE, MTI, termasuk tim Yayasan dan MBI yaitu Nurfalah Setiawan, Abdillah Taqwa, Budi Saputro, Arliendo dan Julimansyah.

Seperti kita ketahui, UM memiliki sejumlah progam studi (prodi) dari 3 fakultas yang ada. Bulan Februari lalu UM membuka 4 prodi baru yang siap mencetak generasi technopreneur yang handal. Ke-4 prodi baru itu adalah  S1 Desain Komunikasi Visual, S1 Teknik  Sipil, S1 Teknik Industri dan S1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian.

“Prodi baru itu banyak berkaitan dengan apa yang ditampilkan di pameran IIW Indonesia 2025,” kata Prof Ahsin.

Hampir setengah hari Dr Agung, Prof Ahsin dan Tim UM mengelilingi arena pameran yang dibagi dalam berbagai segmen. Mereka cukup lama diskusi di stand Dongguan Wanlida Energy (DWE) Co, Ltd. Ini perusahaan China yang fokus dalam pengembangan industri baterai lithium sebagai solusi kebutuhan energi di masa depan.

Mr Kenny, owner perusahaan tersebut bersama Mr Guo diundang Agung datang ke Balikpapan. Dia bersedia datang dan janji menjadwalkan setelah kembali ke Dongguan.

Dia mengaku tertarik datang ke Balikpapan karena dua alasan. Pertama, lihat kampus UM yang salah satu bangunannya berciri khas Tiongkok dan kedua karena posisi Balikpapan sebagai pintu gerbang Ibu Kota Nusantara (IKN). “Ini pasar menarik buat pemasaran produk DWE,” kata Mr Kenny.

Agung tertarik penggunaan baterai lithium dan panel solar untuk membangkitkan energi listrik di kampus UM. “Ke depan suka atau tidak, kita akan menggunakan energi terbarukan seperti panas matahari atau angin. Selain juga tuntutan lingkungan,” katanya penuh semangat.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.