ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Pelecehan Seksual Ancam Masa Depan Anak

June 14, 2021 by  
Filed under Religi, Sosial & Budaya

Share this news

MALANG – Psikolog anak dan remaja Sayekti Pribadiningtyas M.Psi, menyebutkan pelecehan seksual pada anak atau child sexual abuse yang terjadi di SMA SPI Batu. Sebenarnya kerap terjadi di Indonesia. Pelecehan seksual tersebut dapat terjadi dalam beberapa bentuk, yaitu pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan isyarat, pelecehan tertulis, dan pelecehan psikologis/emosional. Hal itu diungkapkan dalam wawancara dengan Vivaborneo.com, Minggu (13/6/2021)

“Tidak sedikit dari korban yang mengalami trauma akibat kasus tersebut. Berdasarkan pengalaman penangani klien bahwa pelecehan seksual pada anak berhubungan dengan stres emosional dan kesulitan menjalin relasi intim pada saat dewasa. Kemungkinan dampak lain yang muncul adalah depresi, fobia, mimpi buruk, dan curiga terhadap orang lain dalam waktu yang lama,.” Tegas Nining panggilan akrab Sayekti Prabadiningtyas.

Dampak-dampak ini dapat mempengaruhi kondisi anak di lingkungan sosialnya. Sehingga masa kanak-kanak mereka yang seharusnya dipenuhi dengan keceriaan dan tumbuh kembang bersama teman-temannya, justru mengalami hambatan karena pengalaman buruk yang dialaminya tambahnya.

Sayekti Pribadiningtyas M.Psi

Bahkan kata Nining anak-anak bisa memunculkan reaksi ekstrim terhadap trauma. Gejala-gejala tersebut antara lain, mengompol, tidak mampu berbicara (mengalami kemunduran dalam perkembangan bahasa), bertindak ekstrim (senang permainan yang membahayakan), serta menjadi sangat menempel dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Gejala-gejala tersebut bisa mengganggu anak dalam mengoptimalkan potensi yang mereka miliki pada masa perkembangan.

Langkah mengatasi trauma anak tersebut dengan mengikuti konseling. Dengan konseling dapat membantu anak menghadapi permasalahannya, konseling bisa membantu untuk memulihkan “luka” mereka. Konseling dapat mengetahui dinamika psikologis yang terjadi pada individu. Dinamika psikologis yang terjadi pada korban pelecehan seksual tergantung pada kepribadian anak. Namun pada awalnya mereka memiliki pikiran-pikiran negatif yang terjadi secara berulang dan akhirnya menjadi negative belief . Keyakinan negatif yang mereka tujukan pada diri mereka sendiri dapat membuat anak tidak percaya diri, ungkap Sayekti Pribadiningtyas.

“Maka, seorang anak tetap membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat mereka, peran orang tua dan keluarga menjadi penting untuk meminimalisasi dampak traumatis dan tekanan-tekanan yang dialami anak. Kehadiran mereka bisa membuat anak lebih mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya,“ ungkapnya.

Kasus pelecehan seksual terhadap anak sangat berbahaya. tidak bisa membiarkan pelaku terus berkeliaran. Mereka perlu ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku agar tidak ada korban lainnya. Namun untuk menegakkan hukum, perlu saksi dan bukti . Pihaknya siap memberi pendampingan terhadap saksi korban jika diperlukan katanya.

Guna menghindari terjadi perlecehan seksual lagi di Batu, Nining bersama dengan lembaganya melakukan pendidikan seksual dini terhadap siswa SMP,SMP dan SMK di Batu.

“Yang belum dilakukan memberi pendidikan seks pada siswa PAUD dan orang tua yang ada di desa,“ tegasnya. (Buang Supeno)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.