ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Hindari Bantuan Susu Formula Bayi dan Anak Pada Korban Gempa

August 12, 2018 by  
Filed under Berita Daerah

Share this news

VIVABORNEO.COM, Kepala pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pengungsi tersebar di ribuan titik yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang. 

Dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut terdapat bayi dan anak-anak yang perlu mendapat perlakukan khusus selama mengungsi.

Bayi dan anak-anak termasuk kerlompok rentan bersama dengan ibu hamil, lansia dan disabilitas. Mereka perlu mendapat perlakukan khusus karena rentan selama di pengungsian.

“Hingga saat ini belum ada data berapa jumlah bayi dan anak-anak dari 387.067 jiwa pengungsi. Tetapi diperkirakan terdapat puluhan ribu jiwa. Data sementara di Kabupaten Lombok Utara terdapat1.991 jiwa balita berusia nol sampai lima tahun dan 2.641 jiwa anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun,” ujar Sutopo Purwo Nugroho.

Sebab terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, alat memasak, botol steril dan lainnya sangat terbatas di pengungsian. Bahkan pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi.

Dalam beberapa pengalaman saat terjadi bencana, apalagi skala bencananya besar yang menyebabkan banyak pengungsi pada saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan umum diberikan dalam keadaan darurat.

“Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kontrol yang baik dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih harus disusui. Akibatnya, kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu,” tegasnya.

Di Indonesia, kasus pascabencana gempa di Bantul Yogyakarta, hendaklah dijadikan pelajaran. Pemberian susu formula kala itu justru meningkatkan terjadinya diare pada anak di bawah usia dua tahun. Di mana ternyata 25 persen dari penderita itu meminum susu formula.

“Oleh karena itu, dihimbau tidak ada donasi susu formula dan produk bayi lainnya seperti botol, dot, empeng tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.” jelasnya.

Meski demikian, lanjut Sutopo, ada pengecualian, jika ada bayi yang tidak bisa disusui, bayi tersebut harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut, di bawah pengawasan yang ketat dan kondisi kesehatan bayi harus tetap dimonitor.

Bagi pengungsi yang memiliki anak usia nol sampai enam bulan terus berikan ASI eksklusif. Bayi usia 6-9 bulan lanjutkan menyusui dan dapat diselingi dengan makanan sehat yang dibuat dengan disaring. Tekstur makanan lumat dan kental.

Bayi usia 9-12 bulan lanjutkan menyusui dan ditambahkan makan dengan bahan makanan  sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur makanan dicincang/dicacah, dipotong kecil, dan selanjutnya makanan yang diiris-iris.

“Perhatian respon anak saat makan. Selanjutnya bayi usia 12-24 bulan lanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih dan ditambahkan dengan makanan dengan perlakukan sama seperti bayi usia 9-12 bulan,” ucap Sutopo.(ya/*/Foto:ist)

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.