Radikalisme Tidak Berhubungan dengan Agama

August 21, 2024 by  
Filed under Nusantara

Share this news

BATU – AKBP Moh. Dhofir, S.Ag, SH, MH, Kanit 1 Subdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri, menegaskan radikalisme tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. Hal tersebut disampaikan dalam acara sosialisasi pencegahan dan penanganan radikalisme serta terorisme yang diselenggarakan oleh Bakesbangpol Batu di Graha Pancasila Among Tani, Kota Batu,  Selasa (20/8/2024).

Dalam paparannya, Moh. Dhofir menyatakan umat dari agama apapun dapat terjangkiti radikalisme. Hanya saja, karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka radikalisme yang menguat seringkali dikaitkan dengan agama Islam.

“Meskipun demikian, radikalisme juga dapat menjangkiti penganut agama lainnya,” jelas Dhofir, yang merupakan putra asli Bangkalan, Madura.

Disebutkan,  radikalisme keagamaan yang menjadi fokus pemberantasan adalah paham yang ingin mengganti dasar dan ideologi negara dengan cara melawan hukum, tanpa memandang agama apa yang mereka anut.

“Sangat keliru jika menuduh pemerintah bersikap memusuhi Islam. Pemerintah justru meyakini kontribusi besar umat Islam dalam pendirian NKRI,” lanjutnya.

Menurut Moh. Dhofir, sarana penyebaran radikalisme di Indonesia dapat melalui berbagai jalur seperti kajian keagamaan, perkawinan atau kekerabatan, organisasi atau komunitas, tempat ibadah, lembaga pendidikan, pertemanan, serta media elektronik, cetak, dan sosial.

Karena itu, berbagai elemen masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, pendidik, pelajar, mahasiswa, ASN, TNI, Polri, serta pegawai BUMN dan swasta menjadi sasaran potensial radikalisasi.

Moh. Dhofir juga mengungkapkan, saat ini terdapat tren dan modus baru dalam aksi terorisme, yakni dengan menargetkan pemuda yang sedang mencari jati diri serta menempatkan perempuan dan anak sebagai pelaku aksi teror.

Moh. Dhofir mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu melawan radikalisme, terorisme, dan intoleransi agar Indonesia dapat hidup dalam keselarasan dan menghargai perbedaan.

“Kita memiliki peran penting sebagai agen perubahan untuk mencapai Indonesia Emas 2025. Penanganan gerakan radikalisme tidak menargetkan kelompok agama tertentu,” pungkasnya.

Sosialisasi pencegahan dan penanganan radikalisme serta terorisme menampilkan narasumber lainnya Islah Barawi, diikuti tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, pendidik, pelajar, mahasiswa, ASN, TNI, Polri, serta pegawai BUMN dan swasta di Kota Batu. (Buang Supeno).


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.