ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Jangan Lupa Belimbur

September 30, 2022 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

Acara belimbur sebelum Covid sebagai simbol penyucian diri

JANGAN lupa datang ke Tenggarong, Minggu (2/10) besok. Erau Adat Pelas Benua 2022 yang sudah berlangsung 14 hari memasuki puncaknya. Ada upacara turun naga ke Sungai Mahakam dilanjutkan ritual belimbur, yaitu acara siram-siraman. Pasti Seru dan berkesan.

“Belimbur juga menandai ditutupnya  pesta Erau sebagai upacara adat di Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura,” kata Sekretaris Kesultanan  Awang Yacoub Luthman.

Beberapa warga yang pernah mengikuti acara belimbur mengaku punya kenangan dan kebahagiaan sendiri berbasah ria. Maknanya sangat dalam. “Memang belimbur dimaksudkan penyucian diri agar kita dijauhkan dari berbagai macam penyakit dan mara bahaya,” tambah Awang Yacoub.

Sesuai dengan jadwal, sedikitnya ada 5 kegiatan adat yang berlangsung Minggu besok mulai pukul 10.00. Diawali dengan Ngalak (pengambilan) air tuli di  Desa Kutai Lama, Anggana. Lalu diteruskan dengan Ngulur Naga, Beumban, Begorok, Sultan Turun ke Tangga Titi dilanjutkan belimbur.

Malam hari masih berlangsung acara di Keraton. Mulai bapelas, pemberian gelar, dan penampilan tarian keraton. Meski acara erau sudah ditutup, Senin (3/10) pagi masih ada satu acara lagi, yaitu merebahkan tiang kayu.

Perlu diketahui, Kutai Lama adalah desa legendaris dalam perjalanan sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara dengan raja pertamanya Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Pada abad XVI Kutai Kartanegara menjadi kerajaan Islam setelah raja ke-6, Aji Mahkota dan putranya Aji Pangeran Dilanggar (raja ke-7) memeluk agama Islam.

Pada abad XVII Kerajaan Kutai Kartanegara berganti nama menjadi Kerajaan atau Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai hasil peleburan dua kerajaan setelah raja ke-8, Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (putra Aji Dilanggar) berhasil menguasai Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan Hindu tertua yang berdiri sejak abad V di Muara Kaman.

Sampai sekarang Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura tetap eksis. Penobatan sultan dilakukan lagi. Ini berkat gagasan yang dibangun oleh Bupati Kutai Drs H Syaukani Hasan Rais pada tahun 1999.

Karena itu pengambilan air tuli atau air suci  dari Kutai Lama, Anggana dianggap penting bagi keberkahan warga Kutai. Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI Pangeran Aji Muhammad Arifin akan menyiramkan air tuli kepada tokoh dan warga menandai dimulakannya adat belimbur.

Mengingat banyaknya warga termasuk wisatawan yang datang dan memenuhi halaman Museum Mulawarman, maka ritual belimbur dibantu semprotan air yang dilakukan petugas damkar dengan menggunakan mobil penyemprot air.

Panitia biasanya mengingatkan warga agar acara belimbur berlangsung lancar dan khidmat, maka tidak boleh menggunakan air yang kotor atau air yang dapat membahayakan warga lainnya. “Mereka yang disiram air memang tidak boleh marah, tapi kita semua juga harus menjaga etika dan kesopanan,” kata Alvionita Budiaris,  Duta Wisata Kukar 2021.

Ia juga mengingatkan kepada semua tamu dan warga yang mengikuti acara belimbur, agar barang-barang berharga dan peka dengan air seperti telepon genggam disimpan dengan rapi dan aman, sehingga tidak terjadi hal yang merugikan.

MENGULUR NAGA

Sebelum dilaksanakan belimbur, Sultan Kutai bersama Bupati Kutai Drs Edi Damansyah dan pejabat lainnya akan memimpin upacara mengulur naga. Ritual  yang penuh suasana  magis ini tentu menjadi tontonan menarik.

Ngulur Naga ke Sungai Mahakam

Dua ekor replika naga berwarna-warni yang sudah disemayamkan tujuh hari tujuh malam  akan digotong oleh 17 laki-laki yang berpakaian adat Kutai menuju Sungai Mahakam, yang ada di depan keraton dengan dipimpin Dewa Belian sambil membawa perapen.

Naga yang menggunakan ketopong atau mahkota itu, diiringi pula oleh empat pangkon laki dan empat pangkon bini serta seorang pembawa molo atau guci guna mengambil air tuli. Di setiap sisi kiri dan kanan, ada pula prajurit pengawal yang membawa tombak.

Setelah Dewa Belian melaksanakan upacara ritual, naga yang dibawa dengan arak-arakan kapal akan ditenggelamkan. Di bagian kepala dan leher yang terdapat kalung harus dipotong oleh pengiring. Kemudian bagian ekornya dibawa kembali ke keraton dan disemayamkan untuk mengulur naga pada setahun yang akan datang.

Dalam acara pembukaan, Wagub Kaltim Hadi Mulyadi dan Bupati Edi Damansyah mengajak masyarakat untuk menyaksikan acara Erau 2022, erau pertama setelah dua tahun tak bisa dilaksanakan akibat wabah Covid-19. “Jadikan ini momentum untuk tahun kunjungan wisata Kaltim dan Kukar,” kata Wagub.

“Etam semua siap menyambut setiap tamu dan wisatawan yang datang ke Tenggarong,” kata Alvionita dan teman-temannya. Tunggu apa lagi, segera datang ke Kota Raja. Cuma sehari maha.(*)

 

*) Rizal Effendi

– Wartawan Senior Kalimantan Timur

– Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.