ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Kisah Bangsa Jin yang Hidup Mendampingi Peradaban Manusia

November 7, 2014 by  
Filed under Religi, Sosial & Budaya

Share this news

Vivaborneo.com, Tulisan saya ini terinspirasi dari cerita teman saya (sekarang menjadi dosen Ilmu Pendidikan Islam di salah satu perguruan tinggi di Ponorogo, Jawa Timur) tentang jin bernama “jolodot” yang suka membantu “tuannya” di daerah Sumatera dekat tempat kelahiran teman saya. Jin ini sangat baik sehingga disuruh apapun pasti akan dilakukan.Jin adalah salah satu makhluk gaib yang diciptakan sebelum manusia. Bagi kita yang beragama Islam wajib mengimani tentang adanya alam gaib beserta makhluk-makhluk yang mendiaminya.

Ada bermacam-macam karakter dan tipe jin. Makhluk yang satu ini memang misterius. Dia kadang bisa masuk ke tubuh seseorang dengan tanpa permisi.

Saya pernah punya pengalaman beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 1998, ketika masih tinggal di sebuah asrama Pondok Pesantren di sebuah Desa di Jombang. Di sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan kadang kita pernah menyaksikan atau mendengar siswa atau santri kesurupan (istilah untuk jin yang masuk tanpa permisi). Nah, itulah yang pernah saya saksikan sendiri di tempat saya belajar dulu.

Yang menarik, dari jin ini adalah usianya ada yang sampai 2.000 tahun atau 1.500 tahun, bahkan ada yang mengatakan telah hidup sejak zaman Nabi Sulaiman. Hal itu diketahui dari hasil wawancara dengan jin yang telah masuk di tubuh para santriwati yang ada di pondok saya waktu itu.

“Ah, namanya juga jin. Bisa saja dia berbohong, namanya juga lagi tertekan bisa saja dia ngarang, mereka-reka umurnya agar membuat takut manusia,” begitu sikap skeptis saya waktu itu kepada teman yang berhasil wawancara dengan jin.

Kebetulan, waktu itu sedang gencar-gencarnya isu ninja yang sedang mengincar guru ngaji untuk dibunuh. Hal ini terjadi akibat dari isu dukun santet di Banyuwangi yang merembet ke target; guru ngaji.

Setiap hari suasananya mencekam dan seram. kyai saya adalah target yang empuk bagi para ninja ini untuk dibunuh (sebuah pembodohan massal yang entah dilakukan oleh siapa, tapi saya curiga pasti dilakukan penguasa orde baru pada waktu itu). Walhasil, setiap hari, kami harus menunggu 24 jam penuh kyai saya yang kebetulan sedang sakit karena usia tua.

Kembali ke cerita jin. Nah, mungkin karena rasa mencekam dan ketakutan itulah sehingga para jin ini memanfaatkan peluang untuk masuk ke tubuh-tubuh yang berhati lemah, dan kebetulan yang banyak dimasuki pada waktu itu adalah santri perempuan (maaf saya tidak mengatakan perempuan itu lemah).

Hampir setiap hari ada saja sekitar tujuh sampai belasan orang yang terkena gangguan jin ini. Jika jin itu telah masuk, maka tiba-tiba dimalam hari terdengar suara yang sangat kencang dan bahkan ada salah satu santri yang tiba-tiba lari pergi ke rerimbunan pohon bambu, “Saya ingin pulang,” begitu jawabnya ketika kami berhasil menemukannya.

Yang paling aneh dari cerita jin ini adalah adanya jin muslim yang beraliran sufi yang kebetulan punya musuh yang juga masuk ke tubuh salah satu santri.

Jin sufi yang masuk ke santri ini selalu berdzikir dan pendiam, tapi jika bertemu dengan santri yang dimasuki jin musuhnya maka teriakan yang sangat kencang akan mewarnai seluruh area pondok. Mereka akan bertengkar dengan hebat dan hanya bisa kembali normal jika salah satu dari santri ini dipisah oleh teman-temannya.

Tetapi ada yang lebih aneh lagi. Ada dua jin yang dialamnya sana ada sepasang kekasih dan kebetulan masuk ke tubuh dua santri, sehingga mereka kemana-mana selalu berdua. Tetapi jin ini cenderung bertingkah damai. Jika ditanya, dia akan menceritakan semua yang dia ketahui. Karena saling mengasihi maka kedua santri ini seperti pasangan muda-mudi yang sedang mengukir cinta (anda tahu maksud saya kan?).

Hampir dipastikan orang yang sudah pernah kemasukan jin ini akan selalu didatangi kembali oleh jin karena “mungkin” dia telah mengetahui kelemahan tubuh yang dijadikan target. Dan itulah yang terjadi setiap hari pada waktu itu. Sampai pada akhirnya kami yang sudah kewalahan menangani para jin ini sedikit merendahkan derajat kemanusiaannya dan bertanya kepada salah satu pengganggu itu.

Apa yang menyebabkan dia mengganggu terus para santri di pondok kami. Jin itu menjawab bahwa di jari salah satu tangan santri putri ada sebuah cincin yang merupakan sebuah kunci untuk membuka pintu. Dan kunci itu lepas dari pengawasan gadis itu sehingga digunakan untuk membuka pintu penjara jin.

Pintu itu adalah penutup penjara para jin ini yang sudah puluhan tahun terkunci di dalam pohon asem yang ada di lingkungan asrama. Tetapi ada juga salah satu jin yang mengatakan bahwa sebentar lagi akan diadakan konsorsium jin internasional yang kebetulan tempat kongres itu bertempat di area pondok pesantren yang kalian tinggali, dan kami-kami (para jin pengganggu) ini adalah para jin yang bandel-bandel yang ingin hanya mencari hiburan sebelum acara konggres itu digelar. Ah, ana ana wae alasan jin ini.

Akhir cerita, kami tidak kehilangan akal. Kami memanggil salah satu kyai yang sudah terkenal bisa mengusir jin-jin pengganggu. Kyai itu mendatangkan 3 karung dalam ukuran besar garam  brosok (garam dapur yang kasar). Kemudian garam itu di sebar ke semua area pondok pesantren. Tidak ada yang terlewatkan, dari kamar mandi, masjid, sekolahan, sampai kantong baju yang menggantung, semua terkena siraman garam ini, ckckck..!

Tapi sepertinya usaha itu tidak sia-sia. Sejak saat itu tidak pernah lagi terdengar jin-jin yang mengganggu para santri di pondok pesantren yang pernah menjadi tempat saya belajar. Pohon asem yang besar itu sekarang sudah di tebang. Sedangkan santriwati yang memakai cincin pembuka pintu konon kabarnya telah mengembalikan cincinnya ke eyangnya di daerah Sumatera.

Saya curiga, jangan-jangan jin yang membuka pintu penjara di pohon asem itu adalah jin yang bernama Jolodot yang pernah diceritakan teman saya itu. Ah, entahlah…

Pesan moralnya dari tulisan ini adalah sebaik apapun jin, dan sejujur apapun dia, jangan pernah mempercayainya begitu saja. Apalagi jika sudah mengarah kepada hal-hal yang berbau mistik dan aroma perdukunan.

Kita (yang muslim) memang wajib percaya adanya hal-hal gaib, tapi bukan berarti mudah percaya dengan ocehan-ocehan mereka. Selamat Hari Jumat yang barokah.(vb/Kamaludin Ramdhan)

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.