GratisPol Bukti Beasiswa Bisa Menyentuh Semua Golongan

November 22, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Rifqatul Maula

SAMARINDA – Ketika banyak beasiswa di Indonesia sering dianggap hanya berpihak pada mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu, pengalaman Rifqatul Maula justru menyampaikan cerita berbeda. Mahasiswi semester 1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UINSI Samarinda ini merasakan Program GratisPol memberi ruang yang adil bagi setiap pelajar, tanpa melihat status pekerjaan orang tua.

Rifqatul mengetahui beasiswa ini langsung dari kampus. Saat itu ia tak menyangka bahwa dirinya yang anak dari seorang pegawai negeri sipil (PNS) bisa lolos sebagai penerima.

“Saya tahu GratisPol dari kampus,” ujarnya, Sabtu (22/11/25).

Saat awal melengkapi berkas, sebetulnya Ia tak menaruh ekspektasi besar pada program Gratispol ini, mengingat stigma yang selama ini melekat, anak PNS jarang menjadi prioritas dalam program bantuan pendidikan.

“Pastinya senang, karena bisa meringankan pengeluaran orang tua,” ucapnya.

Ucapan yang terdengar sederhana, tetapi kalimat itu menunjukkan, kemampuan ekonomi tidak bisa hanya dinilai dari pekerjaan orang tua.

“Kebetulan orang tua saya seorang PNS, tetapi alhamdulillah bisa mendapatkan Gratispol yang bisa meringankan pengeluaran untuk membayar UKT,” katanya.

Ia menegaskan, menjadi anak PNS tidak serta-merta menjamin kehidupan serba cukup. Banyak keluarga PNS berada pada tingkatan ekonomi menengah, tingkatan yang cukup hidup, namun tetap berhitung ketika biaya pendidikan datang.

Dengan realita tersebut, Rifqatul mengapresiasi GratisPol. Program yang menurutnya hadir dengan keadilan. Karena tidak melihat status pekerjaan orang tua, tetapi melihat pendidikan adalah hak semua warga Kaltim.

Selain rasa syukur, ia berharap agar program ini terus berjalan tanpa hambatan teknis yang berarti, dan tentunya semakin baik dalam eksekusi, bukan hanya dalam visi.

Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa baru yang sedang memulai perjalanan memahami tafsir Al-Qur’an, Rifqatul memilih fokus belajar. Ia ingin beasiswa ini bukan hanya membantu secara finansial, tetapi menjadi penyemangat untuk menempuh ilmu dengan tenang.

“Semoga ke depannya kendala dan teknis seperti yang terjadu sebelumnya bisa ditanggulangi dengan baik, agar Gratispol semakij baik lagi,” ujarnya.

Bagi Rifqatul, GratisPol bukan sekadar program bantuan pendidikan. Ia adalah bukti, kesempatan belajar tidak boleh bergantung pada status sosial. Setiap anak bangsa, berapa pun pendapatan orang tuanya, berhak mendapat dukungan untuk menuntut ilmu. Program ini mengajarkan satu hal penting yakni keadilan bukan berarti hanya membantu yang miskin, tetapi memberi kesempatan kepada semua yang ingin berjuang. (adv/diskominfokaltim/yud).

Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda Ikuti Kegiatan Hari Bakti Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan

November 21, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Samarinda — Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda mengikuti kegiatan Hari Bakti Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Ke-1 di Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum Kalimantan Timur, Jalan Letjend M.T. Haryono, Samarinda Ulu, Rabu (19/11/2025).

Kegiatan juga menayangan video perjalanan satu tahun kinerja Kantor Wilayah Ditjen Pemasyarakatan Kalimantan Timur. Video tersebut menampilkan capaian, kolaborasi, serta prestasi yang telah diraih selama satu tahun terakhir, yang sekaligus menjadi pengingat bahwa semangat reformasi dan peningkatan kualitas layanan harus terus dijaga seluruh jajaran. Sebelumnya, acara juga menampilkan pula tarian selamat datang oleh Warga Binaan Lapas Perempuan Tenggarong.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda, Yudhistira Yudha Permana menyampaikan apresiasi terhadap kinerja dan dukungan. sinergi, serta komitmen dalam memperkuat nilai-nilai kebersamaan antarunit kerja di bawah Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan pemberian penghargaan kepada pegawai berprestasi, pelepasan purna bakti, menyanyikan lagu “Bagimu Negeri. (*)

Langgar Ketentuan Imigrasi, WNI Dipidana

November 21, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

SAMARINDA — Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda melakukan tindakan hukum kepada  Warga Negara Indonesia berinisial ABB, diduga melanggar Pasal 124 huruf b Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Perbuatan tersebut meliputi menyembunyikan atau memberikan pemondokan kepada REC, seorang Warga Negara Asing asal Australia, yang diketahui telah habis izin tinggal dan masa berlaku paspornya.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda, Yudhistira Yudha Permana menyampaikan, bermula dari perkenalan ABB dan REC tahun 2012 silam, yang berlanjut hingga pernikahan namun tidak tercatat di KUA atau Catatan Sipil.

Meskipun REC telah memasuki Indonesia dengan visa yang sah, namun telah habis masa berlaku serta paspor yang juga telah habis masa berlakunya sejak 31 Agustus 2019, dan tindakan ABB yang terus memberikan pemondokan dan perlindungan terhadap REC merupakan pelanggaran hukum.

Atas perbuatannya tersebut, 19 November 2026 telah dilaksanakan sidang di Pengadilan Negeri Tenggarong dengan yang menyatakan ABB terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melindungi dan Memberi Pemondokan kepada Orang Asing yang Izin Tinggalnya Habis Berlaku” serta menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana kurungan selama 1 bulan.

Sementara kepada REC akan dikenakan Tindakan Administratif Keimigrasian (TAK) berupa pendeportasian sehingga hakim berpandangan untuk memenuhi rasa keadilan dalam penegakkan ketentuan hukum dalam perkara ini akan tetapi dengan tetap mempertimbangkan kepentingan dari anak-anak terdakwa ABB yang masih kecil yang masih membutuhkan perlindungan dari seorang ibu yaitu adalah diri terdakwa.

Kantor Imigrasi Kelas I TPI Samarinda mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan tempat tinggal, perlindungan, atau fasilitas apa pun kepada orang asing yang tidak memiliki dokumen keimigrasian yang sah, guna mencegah pelanggaran hukum dan menjaga ketertiban keimigrasian di wilayah Indonesia.

Pisang Kepok Gerecek Kaltim Diincar Pasar Ekspor

November 21, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Samarinda — Komoditas pisang Kepok Gerecek asal Kalimantan Timur (Kaltim) terus menunjukkan nilai ekonomi tinggi hingga menarik perhatian pasar ekspor. Namun, ironi muncul karena pisang tersebut belum tercatat sebagai produk hilirisasi Kaltim, melainkan hanya sebagai pasokan bahan baku mentah untuk daerah lain, terutama Jawa Timur.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kaltim, Kosasih, menyebut bahwa pisang Kepok Gerecek kini menjadi primadona di sentra pertanian rakyat. Sentra utamanya berada di Kutai Kartanegara, Paser, dan Kutai Barat dengan luasan mencapai kurang lebih 7 ribu hektare.

“Produksi pisang kita stabil, bahkan menjadi komoditas unggulan nasional. Tetapi kita hanya memasok bahan mentah ke luar daerah, bukan produk jadi,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).

Menurut Kosasih, pisang Kepok Gerecek dari Kaltim rutin dikirim menggunakan kontainer ke pelabuhan Jawa Timur, kemudian diekspor ke sejumlah negara Asia. Namun, pencatatan ekspor tidak atas nama Kaltim.

“Pisangnya ekspor, tapi bukan atas nama kita. Nilainya tercatat di provinsi lain. Kaltim hanya mengirim bahan baku,” ucapnya.

Ia menegaskan, kondisi ini harus menjadi peringatan agar Kaltim tidak hanya menjadi pemasok mentah selamanya. Salah satu langkah penting yang didorong adalah pembangunan industri di sentra desa penghasil pisang, bukan di kota, agar petani menjadi bagian dalam rantai nilai hilirisasi. Langkah tersebut selaras dengan poin pertama Jospol Kaltim tentang hilirisasi industri pertanian melalui peningkatan produktivitas berbasis pertanian modern.

Kosasih juga menyebut bahwa peningkatan kapasitas hilirisasi akan memberi ruang besar bagi UMKM desa. Menurutnya, pisang Kepok Gerecek sangat berpotensi menjadi tepung pisang, keripik, hingga makanan olahan modern yang dapat dipasarkan secara digital. Hal ini mendukung poin keempat Jospol yang mendorong ekonomi inklusif berbasis ekonomi kreatif dan digital.

Ia percaya jika pemerintah daerah mampu membangun industri desa dan memberikan kemudahan investasi sebagaimana tercantum dalam poin kesembilan Jospol, maka Kaltim tidak hanya menjadi pemasok mentah, tetapi turut menikmati nilai tambah ekspor.

“Kita bisa menjadi pusat hilirisasi, bukan hanya gudang bahan baku. Nilai ekonomi terbesar harus dinikmati petani Kaltim,” tutupnya. (yud)

Pedagang Seblak Menuai Mimpi,  Harapan yang Hidup dari Gratispol

November 19, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

SAMARINDA – Senyum itu muncul perlahan, seolah menembus kelelahan yang sudah lama dipikul. Muhammad Aliuddin, pria yang telah berpisah cukup jauh dari bangku kuliah, tiba-tiba merasakan hidupnya punya kesempatan kedua. Semua berawal dari satu kalimat singkat yang disampaikan seorang staf kampus UINSI Samarinda bahwa ada program beasiswa bernama Gratispol.

Kalimat yang bagi Aliuddin bukan sekadar informasi. Bagi Dirinya yang hidup dari dagangan seblak “Jajanan Anack Bapack,” kabar itu layaknya pintu yang terbuka di tengah tembok batas ekonomi.

“Rasanya seperti mendapat secercah harapan,” kenangnya, Rabu (19/11/2025).

Bukan harapan untuk sekadar kembali ke dunia akademis, tetapi harapan bahwa mimpinya tidak harus mundur hanya karena usia atau isi dompet.

Saat dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa Gratispol, ia tidak mengungkapkan panjang-lebar. Ia hanya berkata, “Sangat bahagia sekali.” Namun di balik kalimat pendek itu, ada rasa syukur yang meluap karena program ini bukan hanya mengurangi beban biaya kuliah, tetapi benar-benar menyelamatkan mimpi yang telah lama sengaja ditanggalkan.

Dengan pendanaan yang selama ini menjadi penghalang utama, Ali kini bisa duduk kembali di ruang kelas S2 Program Komunikasi dan Penyiaran Islam UINSI Samarinda, tanpa harus menggadaikan cita-cita pada keterbatasan.

Ali datang dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sederhana. Dalam pikirannya dulu, melanjutkan jenjang kuliah adalah sesuatu yang rasanya sulit Ia kejar. Terlebih, sudah ada jeda 11 tahun antara dirinya dan pendidikan formal. Usia yang tidak lagi muda membuat mimpi itu terasa semakin jauh.

Ia sempat yakin bahwa pendidikan tinggi hanya milik mereka yang mampu secara finansial. Ia pun memilih berdagang seblak sebagai jalan hidup yang realistis. Namun kini jalan itu berbelok. Dari depan wajan panas, ia justru kembali memeluk ilmu.

“Program ini mengubah ketidakmungkinan menjadi kenyataan,” ucapnya pelan seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Gratispol, baginya, bukan sekadar bantuan pemerintah, tapi bukti bahwa negara hadir memberi kesempatan yang adil untuk belajar.

Kini Aliuddin memikul tekad baru, tidak hanya menyelesaikan studinya, tetapi membawa manfaat dari ilmu yang ia pelajari. Harapannya pun tumbuh untuk generasi berikutnya. Ia berharap Gratispol tidak berhenti pada satu angkatan atau satu periode jabatan.

“Jika program ini konsisten, kita dapat meminimalisir angka pengangguran dan meningkatkan daya berpikir kritis di tengah masyarakat,” tuturnya penuh keyakinan.

Kini di antara aroma cabai dan bumbu seblak yang ia masak setiap hari, ada harapan yang sedang ia ramu. Dari tangan yang terbiasa mengaduk wajan, kini ia juga mengaduk semangat untuk berkontribusi sebagai insan terdidik. Perjalanan ini tidak datang cepat, tidak pula terlambat.

Aliuddin berjalan pada waktunya, dengan Gratispol sebagai jembatan, dan Pemprov Kaltim sebagai kontraktornya serta seblak sebagai saksi bahwa perjuangan tidak pernah mengenal usia. (Adv/diskominfokaltim/yud)

« Previous PageNext Page »

  • vb

  • Pengunjung

    899739
    Users Today : 2439
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748115
    Total Users : 899739
    Total views : 9553851
    Who's Online : 47
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05