Pentingnya Inovasi Teknologi Dalam Upaya Konservasi Biodiversitas

March 28, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com — Belantara Foundation menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Inovasi Teknologi untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati” di Auditorium Rektorat Universitas Pakuan, Bogor, pada Selasa (28/03/2023).

Acara ini  bekerja sama dengan LPPM Universitas Pakuan (Unpak), Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Unpak, FMIPA Unpak, Scientific for Endangered and Trafficked Species (SCENTS), Yayasan SINTAS Indonesia, Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Center for Transdisciplinary and Sustainable Science (CTSS) IPB University dan Forum Harimau Kita.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan tujuan utama kegiatan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan inovasi teknologi yang dibutuhkan guna mendukung pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia.

“Di kampus, kami terus berupaya mendorong terciptanya kolaborasi antara dosen dengan pihak pengguna, agar luaran-luaran riset dosen dapat langsung diaplikasikan sesuai kebutuhan pengguna,” ujar Dolly, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unpak.

Kegiatan ini  tentu akan menjadi peluang yang besar bagi insan akademik untuk turut berperan serta dalam mengembangkan teknologi yang dibutuhkan dalam riset-risetnya.

 “Diskusi yang mempertemukan praktisi konservasi dan akademisi ini menjadi sangat penting dalam membahas kebutuhan lapangan, serta mencari solusi teknologi yang dapat diaplikasikan agar biodiversitas Indonesia tetap lestari,” lanjut Dolly.

Berdasarkan laporan komprehensif bertajuk Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services 2019 oleh The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) memaparkan bahwa saat ini status biodiversitas di bumi semakin mengkhawatirkan.

Para ilmuwan mengungkapkan lebih dari 80 persen biomassa satwa menyusui telah hilang dari bumi disebabkan oleh kerusakan ekosistem yang mengalami kerusakan 100 kali lebih cepat dari yang terjadi selama 10 juta tahun terakhir.

Tanpa sadar, penurunan biomassa yang sangat signifikan ini, menyebabkan dampak dan kerugian yang sangat besar untuk seluruh biodiversitas di bumi.

Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020 menjelaskan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat endemisitas biodiversitas yang sangat tinggi karena memiliki kondisi geologi dan iklim yang unik.

Indonesia merupakan rumah bagi 10 persen tumbuhan berbunga, 15 persen serangga, 25 persen ikan, 16 persen amfibia, 17 persen burung, dan 12 persen mamalia dari seluruh yang ada di dunia.

Berdasarkan Buku Panduan Identifikasi Jenis Satwa Liar Dilindungi yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada 2019 mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 409 spesies amfibi (urutan ke-5 dunia), 755 spesies reptilia (urutan ke-3 dunia), 1.818 spesies burung (28 persen di antaranya  endemik) dan 776 spesies mamalia (36 persen diantaranya endemik). Dengan adanya sifat endemis tersebut, perlindungan dan konservasi biodiversitas sangat penting dan prioritas dilakukan.

Namun demikian, keberadaan biodiversitas di Indonesia juga tidak luput dari berbagai ancaman yang dapat mengarah pada kepunahan. Ancaman terbesar, terutama bagi flora dan fauna endemik, disebabkan oleh kehilangan habitat sebagai dampak dari degradasi dan deforestasi atau penggundulan hutan.

Degradasi dan deforestasi tersebut terjadi terutama disebabkan oleh kerusakan habitat, baik karena bencana alam, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan dan perubahan iklim, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian, pertambangan, industri,  serta pemukiman masyarakat. Selain itu, yang juga tidak kalah penting adalah perburuan satwa liar yang didorong oleh perdagangan secara ilegal.

Pada saat yang sama, Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. Didik Notosudjono, M.Sc. menyatakan bahwa inovasi teknologi dapat berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan efektivitas upaya perlindungan dan konservasi biodiversitas di Indonesia.

“Insan akademik di perguruan tinggi yang salah satu tugasnya melaksanakan penelitian, dituntut untuk menghasilkan sebuah karya riset yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna. Dengan demikian, para dosen dan mahasiswa dapat mengembangkan berbagai riset teknologi yang luarannya dapat langsung dimanfaatkan baik untuk kebutuhan monitoring maupun untuk mendukung upaya perlindungan habitat flora dan fauna, sehingga pelestarian biodiversitas di Indonesia menjadi lebih efektif,” ujar Didik.

Direktur CTSS IPB University, Prof. Dr. Damayanti Buchori mengemukakan bahwa Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University sebagai pusat studi yang mengembangkan ilmu-ilmu terbaru tentang keberlanjutan juga terus melibatkan peran teknologi dalam pengembangan ilmu tersebut.

Penelitian transdisiplin berusaha untuk memahami masalah dan fenomena yang kompleks yang tidak dapat sepenuhnya mampu dijelaskan oleh satu disiplin atau metodologi. Pendekatan ini mendorong integrasi pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk peran teknologi.

Pendekatan transdisiplin sangat relevan dengan pengembangan dan penerapan teknologi. Pendekatan transdisiplin dapat menyatukan para pemangku kepentingan dari berbagai bidang untuk bekerja secara kolaboratif dalam menghadapi tantangan inovasi teknologi.

Hal ini dapat mengarah pada penciptaan teknologi yang lebih inovatif dan berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan beragam komunitas dan pemangku kepentingan.

Pendekatan transdisipliner dapat turut membantu memastikan bahwa perkembangan teknologi didorong oleh pertimbangan etis dan kebutuhan masyarakat, bukan semata-mata oleh kemajuan teknologi. Misalnya, penelitian lintas disiplin dapat membantu mengidentifikasi potensi dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari teknologi baru dan mengembangkan strategi untuk mengurangi konsekuensi negatif.

Secara keseluruhan, penerapan pendekatan transdisipliner terhadap teknologi dapat menghasilkan inovasi teknologi yang lebih kuat, inklusif, dan bertanggung jawab.(vb/*)

Belantara Foundation Paparkan Pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu pada Pertemuan Internasional di Semarang

March 21, 2023 by  
Filed under Daerah

Vivaborneo.com, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan pertemuan internasional dan pelatihan peningkatan kapasitas solusi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta dampak covid-19 terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Pertemuan ini bekerja sama dengan Komite Nasional Program MAB-UNESCO Indonesia-BRIN, UNESCO Jakarta Office, ICESCO, Balai Taman Nasional Karimunjawa Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu untuk pemulihan ekonomi dan ekosistem di cagar biosfer mulai 14 Maret hingga 16 Maret 2023 di Semarang.

Pada kesempatan ini, Belantara Foundation diundang untuk memaparkan pembelajaran tentang kemitraan pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), Riau kepada dunia internasional.

Belantara Foundation bermitra dengan pemangku kepentingan setempat dalam pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB. Pemangku kepentingan tersebut terdiri dari sektor pemerintah, swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang meliputi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, APP Sinarmas, Proforest, Earthworm, Winrock, Koalisi CORE dan WRI Indonesia. Setiap sektor memiliki peran pentingnya masing-masing yang berfokus pada program restorasi ekosistem, proteksi dan konservasi keanekaragaman hayati serta pemberdayaan masyarakat.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menjelaskan sejak tahun 2020 hingga 2023, Belantara Foundation bersama pemangku kepentingan setempat telah merestorasi lahan gambut yang terdegradasi di kawasan Cagar Biosfer GSK-BB dengan menanam spesies pohon asli dan terancam punah. Hingga kini, total area yang telah direstorasi telah mencapai luasan 75 hektar.

Belantara Foundation juga mendukung LSM lokal untuk melestarikan gajah sumatra beserta habitatnya. Implementasi yang dilakukan yaitu membantu mengembangkan dan peningkatan kapasitas bagi enam kelompok masyarakat desa untuk memitigasi konflik manusia-gajah.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna memaparkan pembelajaran tentang kemitraan pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), Riau pada pertemuan internasional di Semarang.

Selain itu juga membangun menara pemantauan, melakukan edukasi dan penyadartahuan di tujuh sekolah dasar yang berdampingan dengan habitat gajah, patroli mitigasi konflik manusia-gajah dengan luas area lebih kurang 88.000 hektar.

Tidak hanya itu, Belantara Foundation juga mendukung masyarakat lokal untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif. Dukungan tersebut berupa memberikan peningkatan kapasitas untuk budidaya madu dan budidaya ubi kayu, memasang 45 papan nama yang menginformasikan bahaya kebakaran hutan, larangan pembakaran hutan, dan larangan penebangan liar.

Di samping itu, Belantara Foundation juga mendukung dan mengembangkan Stasiun Penelitian Lahan Gambut Humus di Cagar Biosfer GSK-BB untuk penelitian jangka panjang tentang ekosistem lahan gambut dan keanekaragaman hayati di dalamnya.

“Stasiun penelitian ini menyediakan fasilitas, infrastruktur, serta peningkatan kapasitas bagi mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi, dan lainnya,” ujar Dolly, yang juga sebagai Ketua LPPM Universitas Pakuan.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia-BRIN, Y. Purwanto menegaskan pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB harus dilakukan secara bersama-sama.

“Cagar Biosfer GSK-BB dapat menjadi sarana untuk melaksanakan komitmen bangsa Indonesia dalam melaksanakan berbagai konvensi terkait dengan lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim,” tegas Purwanto.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Anang Setiawan Achmadi mengemukakan bahwa keberadaan Cagar Biosfer GSK-BB dirancang untuk menyelaraskan antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kepentingan sosial-ekonomi sekaligus melestarikan nilai-nilai budayanya.

Cagar biosfer adalah kawasan yang terdiri dari ekosistem unik, asli atau terdegradasi. Akan tetapi, keberadaannya dilindungi serta dilestarikan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Salah satunya adalah Cagar Biosfer GSK-BB, Riau.

Cagar Biosfer GSK-BB merupakan cagar biosfer pertama di dunia yang diprakarsai dan dikelola bersama oleh sektor swasta dan publik. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh MAB-UNESCO pada tahun 2009.

Kawasan ini meliputi 705.271 hektar lahan gambut yang terbagi menjadi zona inti (25 persen), zona penyangga (32 persen), dan zona transisi (43 persen) di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak, Riau, Sumatra.

GSK-BB merupakan salah satu hutan gambut tropis terbesar di Sumatra yang memiliki peran penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mengubah gaya hidup masyarakat lokal ke arah penghidupan yang lestari dan berkelanjutan.

Di samping itu, kawasan ini juga merupakan habitat bagi satwa liar karismatik seperti harimau sumatra, gajah sumatra, beruang madu dan tapir. Namun, beberapa kawasan hutan pada lanskap ini telah terdegradasi karena kebakaran hutan dan kegiatan illegal lainnya.(*)

 

 

Belantara Foundation dan Fakultas Biologi UGM Gelar Kuliah Umum Biodiversitas Indonesia

March 15, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivabornoo.com — Belantara Foundation dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Kuliah Umum tentang Biodiversitas Indonesia di Auditorium Biologi Tropika, Fakultas Biologi UGM, Kamis (09/03/2023).

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menjadi narasumber menyampaikan topik tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia dan peluang karir yang dapat ditemukan pada bidang konservasi.

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni Fakultas Biologi UGM, Eko Agus Suyono dan dimoderatori oleh Pengajar Laboratorium Ekologi dan Konservasi Fakultas Biologi UGM, Akbar Reza.

Dolly mengatakan Indonesia merupakan negara mega biodiversitas, yaitu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia sebagai rumah bagi 10 persen tumbuhan berbunga, 15 persen serangga, 25 persen ikan, 16 persen amfibia, 17 persen burung, dan 12 persen mamalia dari seluruh yang ada di dunia.

Indonesia memiliki sekitar 28.000 spesies tumbuhan berbunga (urutan ke-7 dunia), 122 spesies kupu-kupu sayap burung (urutan ke-1 dunia yang mana 44 persennya merupakan spesies endemik), 409 spesies amfibi (urutan ke-5 dunia), 755 spesies reptilia (urutan ke-3 dunia), 1.818 spesies burung (28 persen di antaranya  endemik) dan 776 spesies mamalia (36 persen di antaranya endemik).

“Keanekaragaman hayati Indonesia juga menghadapi berbagai ancaman, seperti degradasi habitat, hama dan penyakit, pencemaran, perburuan dan perdagangan flora dan satwa lair illegal, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan lainnya. Oleh karena itu, konservasi keanekaragaman hayati sangatlah penting untuk dilakukan segera dan mendesak guna menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia,” ujar, Dolly yang juga sebagai pengajar di Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly, yang juga Ketua LPPM Universitas Pakuan menjelaskan saat ini peluang karir di bidang konservasi sangat menjanjikan di Indonesia.

Hal ini ditandai dengan makin bertumbuhnya organisasi dan lembaga nirlaba yang berfokus pada bidang konservasi keanekaragaman hayati. Demikian juga dengan industri sektor swasta dan lembaga pemerintah, serta media lingkungan.

Sejak dua dekade lalu, perusahaan-perusahaan swasta mulai berlomba-lomba menunjukkan komitmen “hijau”, sehingga ini menjadi peluang yang amat besar bagi kita yang belajar ilmu biologi.  Dalam bidang konservasi, terdapat berbagai peluang karir seperti ahli valuasi dan asesmen nilai konservasi tinggi, manajer proyek konservasi, ahli kebijakan konservasi, dan lain sebagainya.

“Melalui kuliah umum Biodiversitas Indonesia ini, Belantara Foundation berharap mahasiswa sebagai generasi penerus dapat lebih memahami arti pentingnya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia dan peluang karir di bidang konservasi.

Selain itu, pengetahuan dan pembelajaran pada kuliah umum ini juga dapat menjadi inspirasi bagi para mahasiswa yang ingin berkarir di bidang konservasi,” tegas Dolly.

Sementara itu, Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono menyebutkan bahwa selalu membuka pintu seluas-luasnya untuk peluang kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi, termasuk kesempatan untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman dan pembelajaran melalui format kuliah umum. (*)

 

Belantara Foundation Gandeng Mitra Swasta Jepang Bantu Pulihkan Hutan di Tahura Sultan Syarif Hasyim

March 1, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau, serta KPHP Minas Tahura, menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH).

Vivaborneo.com, Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, serta KPHP Minas Tahura, menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa (28/02/2023).

Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperluas keterlibatan stakeholders sektor swasta dalam kerja sama mengenai program restorasi atau pemulihan hutan untuk mendukung beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan / SDGs dan melestarikan jenis pohon yang terancam punah, yang telah di canangkan oleh DLHK Provinsi Riau bersama Belantara Foundation pada pertengahan tahun lalu.

Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengungkapkan bahwa sejak pertengahan tahun 2022, kami telah mulai melakukan penanaman di Tahura SSH. Kami memilih Tahura SSH sebagai area program pemulihan hutan dalam rangka mendukung Provinsi Riau dalam upayanya berkontribusi ke dalam pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatra.

Selain itu, pemulihan hutan dapat mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro ekosistem hutan, mengurangi risiko kerusakan lingkungan seperti erosi, tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, dan polusi udara.
Selain itu, pemulihan hutan juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, serta habitat dan populasi satwa liar.

“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau,” kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Hal senada juga disampaikan Kepala DLHK Propinsi Riau, Mamun Murod mengemukakan upaya untuk memulihkan ekosistem hutan, khususnya di Tahura SSH menjadi tanggung jawab bersama.
“Dengan adanya pemulihan hutan, maka ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan NDC Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau,” ujar Mamun.

Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Matnuril mengatakan pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh upaya pemulihan hutan di Tahura SSH yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangkukepantingan lainnya.

“Upaya ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi penambahan luasan kawasan hutan yang dipulihkan di Provinsi Riau,” kata Matnuril.

Ketua Kelompok Tani Hutan Tahura SSH, Dana Syahputra mengatakan bahwa program pemulihan hutan yang dilakukan bersama Belantara Foundation ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang terdegradasi secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian menyebutkan bahwa salah satu upaya dan kontribusi APPJ dalam melestarikan lingkungan melalui berpartisipasi pada program pemulihan hutan di kawasan Tahura SSH, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau.

“Kami berharap upaya tersebut dapat mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs)/ ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem; target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya ; dan target SDGs ke 17, yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan,” imbuh Tan.

Selain itu, Chief Sustainability Officer APP Sinarmas, Elim Sritaba menegaskan sektor swasta memiliki kewajiban untuk mendukung berbagai upaya pencapaian sasaran FOLU Net Sink 2030 salah satunya melalui program pemulihan hutan.

“Kami berkomitmen dalam menjalankan praktik-praktik bisnis yang berkelanjutan, sehingga target yang sudah ditetapkan Pemerintah Indonesia dapat dicapai dengan upaya bersama antara lain melalui program pemulihan hutan, pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan secara lestari serta konservasi keanekaragaman hayati,” tandas Elim.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan dua kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan di Tahura SSH pada 17 Januari 2023 lalu. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti atau Shorea leprosula.(vb/adv).

Belantara Foundation Gelar Training-Webinar SMART Patrol

February 25, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation menggelar Training-Webinar SMART Patrol secara hybrid (daring dan luring) pada Kamis (23/02/2023). Daring diadakan melalui zoom dan live streaming youtube Belantara, sementara luring diadakan di Auditorium Gedung Rektorat Universitas Pakuan, Bogor.

Pelatihan ini dikemas pada kegiatan bernama Belantara Learning Series Eps.6 dengan tema SMART Patrol: Menuju Perlindungan dan Pemantauan Biodiversitas yang Efektif.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, LPPM Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas dan Forum Harimau Kita.

Direktur Eksekutif  Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan bahwa pelatihan serta webinar SMART Patrol ini bertujuan untuk mengenalkan serta menunjukkan keunggulan sebuah alat atau sistem monitoring dan perlindungan biodiversitas yang efektif yang mengadopsi manajemen adaptif, kepada mahasiswa, praktisi, jurnalis, pemerintah, dan sector swasta yang berminat untuk mengaplikasikannya di lapangan.

Menurut Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020 keunikan geologi dan ekosistem Indonesia menyebabkan endemisitas satwa liar tinggi. Indonesia memiliki endemisitas jenis satwa liar tertinggi di dunia untuk kelas seperti burung, mamalia, reptil dan amfibi.

Satwa liar endemik Indonesia diperkirakan berjumlah masing-masing 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil dan 204 jenis amfibi.

Satwa liar memiliki peran ekologis penting di kawasan hutan, antara lain membantu penyebaran biji tanaman untuk regenerasi hutan, membantu proses penyerbukan bunga secara alami dan mempertahankan keseimbangan rantai makanan.

Namun, keberadaan satwa liar tersebut di ekosistem tidak luput dari ancaman kepunahan. Ancaman terbesar keberadaan satwa liar di ekosistem disebabkan oleh hilangnya habitat.

Dolly yang juga merupakan Ketua LPPM Universitas Pakuan menyebutkan bahwa diperlukan kolaborasi para pihak mulai dari sektor pemerintah, universitas/akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sektor swasta, serta pemangku kepentingan lainnya, dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang menjadi kekayaan bumi Indonesia.

Metode Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) hadir dan memberikan harapan baru bagi terlestarikannya keanekaragaman hayati yang ada di Negara kita.

“Belantara Foundation berharap pelatihan SMART Patrol ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi tentang praktik terbaik dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang efektif dengan SMART Patrol,” ujar Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Dr. Ir. Titik Wurdiningsih, M.Si. mengungkapkan Balai Besar TNLL berkomitmen untuk terus melakukan penguatan dan peningkatan sumberdaya pada tingkat resort yang meliputi penguatan personil (terutama Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Penyuluh Kehutanan) dan sarana pengelolaan.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Belantara Foundation atas terselenggaranya pelatihan SMART Patrol ini. Kami berharap pelatihan ini dapat memperkuat implementasi Resort Based Management (RBM) dalam sistem pengelolaan kawasan TNLL yang lebih efektif dan efisien melalui manajemen data kawasan dengan peranan besar pada tingkat resort/tapak serta mendukung sistem informasi berjenjang pada struktur Balai Besar TNLL,” ucap Titik.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Universitas Pakuan, Prof. Dr. Eri Sarimanah, M.Pd. menyebutkan akademisi dan perguruan tinggi memiliki kewajiban melaksanakan “Tridarma Perguruan Tinggi”, yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat atau PKM.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya tersebut, akademisi diharapkan dapat membantu dalam mengarusutamakan isu-isu terkait biodiversitas di Indonesia, baik dari segi keunikan, manfaat serta cara melestarikannya dengan melakukan kegiatan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat luas atau “awareness”, yang salah satu langkah nyatanya dapat diselaraskan dengan kegiatan PKM, KKN, maupun program MBKM.

Sementar aitu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Haidir, S.Hut, M.Si., mengatakan bahwa pengelolaan dan memperbarui data kondisi kawasan hutan dan biodiversitas merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan taman nasional. Dengan sistem monitoring dan basis data yang baik, dapat menjadi refleksi dan memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan.

“Untuk melakukan pengelolaan data khususnya data hasil berbagai kegiatan di lapangan, saat ini telah dikembangkan sistem SMART yang relatif mudah untuk dipergunakan dan direkomendasikan sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi,” tegas Haidir.

Ketua Forum Harimau Kita, Drh. Erni Suyanti mengatakan SMART merupakan salah satu alat yang mudah dan murah untuk digunakan sebagai alat pengumpulan, penyimpanan, dan analisa data biodiversitas. Sebagai alat yang tidak berbayar (gratis), SMART memberikan paket lengkap untuk dapat digunakan dalam memperkuat pengelolaan data biodiversitas dengan baik.

“Semoga dengan adanya pelatihan SMART Patrol ini, semakin meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan data untuk menyusun perencanaan dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat sasaran dalam perlindungan dan pemantauan biodiversitas. Forum Harimau Kita siap berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait pengelolaan data yang baik, terutama data monitoring harimau dan ancamannya, agar kualitas dan pengelolaan data biodiversitas semakin maju,” tutupErni.

Turut hadir sebagai narasumber yang memiliki pengalaman di bidang SMART Patrol yaitu Syukur Asa, Koordinator Polhut Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Rizky Ananda Putri HT, Polhut dan Admin SMART Patrol Taman Nasional Kerinci Seblat dan Moch. Dasrial, HCV Asst. Manager Wilmar Region Kalimantan Tengah.(*/adv)

 

« Previous PageNext Page »

  • vb

  • Pengunjung

    900582
    Users Today : 3282
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748958
    Total Users : 900582
    Total views : 9566493
    Who's Online : 22
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05