ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Wisata Kampung Ketupat juga Sediakan Edukasi Membatik

October 8, 2022 by  
Filed under Religi, Sosial & Budaya

Vivaborneo.com, Samarinda –  Warga dan anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) obyek Wisata Edukasi “Kampung Ketupat” di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, berkesempatan memperoleh pelatihan mencanting dan membatik.

Kegiatan yang berlangsung di  salah satu gazebo tepi Sungai Mahakam ini diikuti puluhan warga  dan anggota Pokdarwis Kampung Ketupat dengan acara “Mencanting dan Mewarnai pada Kegiatan Membatik bagi Warga Kampung Ketupat”, yang berlangsung pada  Senin (25/7/2022).

Lurah Kelurahan Mesjid, Nulina mengatakan di wilayahnya terdapat dua obyek wisata unggulan di Samarinda Seberang yaitu wisata sejarah yaitu Masjid Tua Shiratal Mustaqiem dan Kampung Ketupat.

Nurlina mengatakan dengan adanya berbagai pelatihan khususnya pelatihan membatik akan dapat membuat warga yang bermukim di sekitar Kampung Ketupat  dapat lebih terampil, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi keluarga.

“Sebagai sebuah obyek wisata, Kampung Ketupat ini telah mendapatkan beberapa bantuan diantaranya dari Astra dan pendampingan dari Politeknik Negeri Samarinda khususnya dari Jurusan Pariwisata. Kami sangat berterima kasih karena telah mendapatkan program-program pelatihan,” ujarnya.

Dengan adanya pelatihan membatik diharapkan Pokdarwis Kampung Ketupat dapat mengajarkan kepada wisatawan cara membatik yang sederhana menjadi satu bagian daya tarik wisata.

Nurlina mengatakan dengan adanya keterampilan warga dalam membatik diharapkan wisatawan yang datang tidak saja disuguhi dengan ciri khas kuliner Kampung Ketupat saja tetapi ada nuansa lainnya, yaitu belajar membatik dengan motif khas Kampung Ketupat.

Sementara itu, Pemilik Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) Atiiqna Batik Baqadoet, Silvivi Diarti menyampaikan jika proses membatik tidaklah terlalu sulit walaupun pengrajinnya tidak bisa menggambar.

Dijelaskannya, proses membatik dimulai dengan mencanting atau menggambar pola dengan lilin batik di atas guratan motif yang telah dibuat. Setelah itu memasuki proses pewarnaan motif, penguncian warna dan proses perebusan.

“Proses membuat batik dimulai dengan mencanting dan seterusnya ini tidaklah sulit walaupun kita tidak bisa menggambar pola. Kan saat ini kita dapat memanfaatkan internet dan menirunya,” ujar Silvivi Diarti.

Menurutnya pelatihan membatik ini  terinspirasi untuk mengangkat obyek wisata Kampung Ketupat sebagai salah satu destinasi wisata yang menjadi unggulan di Kota Samarinda.

“Apalagi untuk kedepannya kita mengantisipasi Kaltim sebagai Ibu Kota Nusantara, sehingga Kampung Ketupat ini tidak saja menyajikan ketupat dalam artian kuliner tetapi juga memiliki potensi lainnya yaitu kerajinan batik.

Di tempat yang sama, dosen POLNES Jurusan Pariwisata, Muhammad Fauzan Noor, S, Par, M.Par  menjelaskan jika kegiatan pendampingan dan pelatihan membatik ini merupakan program Pengabdian Kepada Masyarakat yang harus dilaksanakan sesuai dengan  Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Pelatihan membatik di Kampung Ketupat ini merupakan bagian dari upaya POLNES untuk melakukan pendampingan. Kita berharap kegiatan membatik ini dapat menjadi paket wisata mendukung paket-paket yang sudah ada seperti belajar mengolah kulit ketupat dan lainnya,” ujarnya.

Ditambahkan Fauzan,  dengan adanya pelatihan membatik ini diharapkan Pokdarwis Kampung Ketupat dapat mengajarkan kepada pengunjung cara membatik yang sederhana menjadi satu bagian daya tarik wisata.

“Melalui membatik dengan motif khas lingkungan Kampung Ketupat misalnya gambar kulit ketupat, pesut Mahakam, motif Kaltim hingga panorama sungai Mahakam, akan menjadikan paket wisata di  Kampung Ketupat menjadi lebih bervariasi,” ujar Fauzan.(vb/adv)

Kampung Ketupat, Wisata Edukasi yang Patut untuk Dikunjungi 

October 27, 2021 by  
Filed under Wisata

Masjid tua Shirathal Mustaqiem 

Vivaborneo.com, Samarinda — Kecamatan Samarinda Seberang sejak beberapa tahun terakhir gencar mempromosikan destinasi wisata unggulan yang dimiliki. Sebut saja tiga obyek wisata yang terus menjadi perhatian, yaitu Masjid tua Shirathal Mustaqiem, Kampung Tenun Sarung Samarinda dan Kampung Ketupat.

Kampung Ketupat dicanangkan sekitar tahun 2017. Sejak saat itu warga mulai bahu-membahu menyukseskan Kampung Ketupat mereka sebagai salah satu tujuan wisata edukasi di Samarinda. Warga setempat dengan sukarela menghilangkan jamban (toilet terapung di sungai), mulai mewarnai beberapa rumah, membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) hingga menyiapkan atraksi pertunjukkan.

Itu juga yang terlihat ketika rombongan Famtrip Eduwisata yang digelar oleh Astra Samarinda pada Rabu (20/10/2021).  Suasana lingkunga tepi sungai ditawarkan ketika peserta datang ke kampung yang mayoritas warganya masih mempertahankan pembuatan kulit ketupat.

Menurut Koordinator Wilayah Astra Samarinda, Distri Winarko , Astra  Samarinda pada tahun 2021 ini menjadikan Kampung Ketupat di jalan Mangkupalas ini sebagai Kampung Berseri Astra (KBA). 

Program ini, ujarnya,  selaras dengan program nasional KBA di seluruh Indonesia. Astra telah membantu pendampingan dan beberapa program. Sebut saja pembuatan bank sampah, mendata kesehatan bayi dan anak-anak, hingga pembagian sembako.

“Kita ingin Samarinda Seberang sebagai awal munculnya sejarah perkembangan kota Samarinda, akan lebih dikenal dan menjadi tampak muka yang lebih baik jika dipandang dari Samarinda kota,” tekadnya.

Sementara itu, akademisi dari Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda, Muhammad Fauzan, S.Par, M.Par, menjelaskan jika Kampung Ketupat merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Samarinda dan masuk dalam perencanaan pengembangan tiga kawasan wisata Samarinda Seberang.  Tiga destinasi wisata tersebut yakni  yakni Masjid Shirathal Mustaqim dan juga Kampung Ketupat. 

“Untuk Masjid Shirathal Mustaqim mewakili dari wisata religi dan Kampung Ketupat merupakan salah satu contoh kampung wisata dengan konsep Community Based Tourism (CBT) atau wisata pemberdayaan masyarakat,” jelas Dijelaskannya, maksud dari CBT ini adalah wisata berbasis masyarakat, dimana Kampung ketupat merupakan salah satu tujuan wisata yang mana hampir seluruh warga masyarakatnya membuat kulit ketupat. Ini  menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk menjadi basis wisata edukasi. 

“Untuk pengelolaannya harus dicoba untuk menggalakkan trip ke Kampung Ketupat dengan meeting point dari Dermaga Mahakam Ilir depan Pasar Pagi kemudian menggunakan kapal tambangan (perahu khas penyeberangan sungai Mahakam) langsung menuju ke Masjid Shirathal Mustaqiem atau pun Kampung Ketupat,” ujarnya.(Vb/YUL)