“Gratifikasi Awal Korupsi”: Pesan Kuat Novel Baswedan untuk Agen Perubahan

April 30, 2025 by  
Filed under Nusantara

Share this news

SAMARINDA – Wakil Ketua Satgasus Pencegahan Korupsi Polri, Novel Baswedan menegaskan pentingnya integritas dan keberanian menolak perintah atasan jika bertentangan dengan hukum dan etika. Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Agen Perubahan melalui Sertifikasi Penyuluhan Antikorupsi (Paksi), di Hotel Mercure Samarinda, Rabu (30/4/2025).

“Jika disuruh atasan melakukan perbuatan yang tidak baik, abaikan saja. Para pimpinan sudah disumpah dalam jabatan, jadi jangan takut menolak hal yang salah,” kata Novel di hadapan 88 peserta dari berbagai daerah dan instansi.

Dalam sesi diskusi, para peserta aktif mengajukan pertanyaan, salah satunya soal pemberian jamuan makan kepada pejabat dari luar daerah yang berkunjung terkait proyek pemerintahan. Novel menjelaskan, penting bagi aparatur sipil negara (ASN) memahami batasan antara gratifikasi yang diperbolehkan dan yang masuk kategori suap.

“Tidak semua gratifikasi adalah suap, tapi untuk menjaga integritas, setiap penerimaan wajib dilaporkan maksimal 30 hari,” ujarnya.

Novel juga menegaskan, gratifikasi bisa menjadi pintu masuk terjadinya korupsi jika tidak diawasi. “Gratifikasi adalah awal mula korupsi,” katanya.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kota Samarinda dan Pemerintah Kabupaten Paser melalui Inspektorat Samarinda. Bimtek berlangsung selama tiga hari, 28–30 April 2025, dengan tujuan mencetak penyuluh antikorupsi bersertifikasi. Peserta berasal dari berbagai daerah, seperti Pemprov Kaltim, Pemkot Banjarbaru, Pemkab Paser, Gresik, Mahakam Ulu, Hulu Sungai Selatan, hingga Kementerian Keuangan RI.

Inspektorat Kabupaten Kutai Timur H. Sudirman Latif menyampaikan apresiasinya terhadap materi dan pelaksanaan kegiatan. Ia menyebut pelatihan ini sangat bermanfaat dalam mempersiapkan calon penyuluh antikorupsi di daerah.

“Materinya sangat komprehensif. Kami mendapatkan pemahaman mendalam soal dasar hukum korupsi dan peran penyuluh. Harapannya kami bisa segera menindaklanjuti dengan menjadi penyuluh yang aktif,” ujarnya.

Salah satu peserta dari wilayah paling timur Indonesia, Siska Sroyer dari Inspektorat Mimika, turut membagikan kesannya. Ia menilai pelatihan ini bukan hanya memberikan ilmu, tapi juga motivasi untuk tetap kuat sebagai agen perubahan.

 

“Menjadi agen perubahan bukan hal mudah. Kita akan berhadapan dengan orang-orang yang tak suka karena kita mengganggu zona nyaman kekuasaan. Tapi selama kita berada di jalan yang benar, Tuhan akan beri kekuatan,” tegas Siska. (yud)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.