ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Permintaan Tinggi Sebabkan Harga Cabai Meroket

July 24, 2013 by  
Filed under Berita

Share this news

SAMARINDA – vivaborneo.com, Harga berbagai jenis cabai di pasar-pasar tradisional di Kaltim terus meroket sejak awal ramadhan. Kecendrungan penurunan harga biasanya terjadi pada pertengahan puasa dan naik kembali menjelang Idul Fitri. Tetapi yang menghkawatirkan harga-harga cabai ini tetap bertahan dengan harga tinggi bahkan cenderung naik menembus harga Rp100.000 dari harga normal sekitar Rp30.000.  

Tingginya harga cabai ini terjadi akibat kebutuhan cabai masyarakat Kaltim sangat tinggi dan pasokan kurang. Cabai harus didatangkan dari luar Kaltim yang membutuhkan biaya transportasi tinggi. Petani di Kaltim sebenarnya telah memproduksi cabai namun masih tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat.

“Cabai telah banyak ditanam oleh petani-petani di Kaltim. Memang produksi cabainya belum bisa memenuhi pasokan pasar lokal sehingga harus dipasok dari luar Kaltimseperti dari Jawa dan Sulawesi Selatan,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim, H. Ibrahim di ruang kerjanya, Selasa (23/7).

Lanjut Ibrahim, petani di Kaltim sebenarnya telah mengetahui pada bulan-bulan apa saja sayuran, terutama cabai  meningkat harganya. Namun karena pemeliharaan tanaman cabai memerlukan perhatian ekstra dalam perawatannya, banyak petani yang enggan menanam cabai.

Ke depan dia akan mendorong petani untuk menggalakkan tanaman cabai khususnya menjelang bulan ramadhan dan hari-hari besar lainnya seperti Natal dan tahun baru. Saat ini sentra pengembangan cabai dilakukan di Kecamatan Lempake Samarinda,  Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser.

Hingga saat ini, petani masih menggunakan pertanian konvensional untuk penanaman cabai ini. Sementara perusahaan besar di Pulau Jawa telah menerapkan teknologi green house dan penggunaan mulsa plastik untuk melindungi hama dan curah hujan berlebih yang dapat merusak pertumbuhan tanaman cabai.

Begitupun dengan pengolahan pasca panen ketika produksi cabai melimpah dan harga di pasara jatuh, petani belum dapat mengolah menjadi bahan lain yang dapat bernilai ekonomis tinggi. Minimnya keterampilan petani mengolah produk turunan ini juga mengakibatkan penanaman cabai sering tidak bergairah.

“Minat petani untuk menanam cabai ini masih rendah karena perlu perawatan dan pemeliharaan yang lebih daripada tanaman lainnya. Jika salah dalam pemeliharaan akan beresiko kegagalan panen. Jadi kita perlu merencanakan untuk peningkatan  pengetahuan petani agar dapat betanam cabe secara baik dan benar melalaui kunjungan ke daerah lain dan pelatihan-pelatihan singkat yang akan kita adakan,” ujarnya. (vb/yul)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.