ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Syukuri Kesuburan Dengan Upacara Adat

July 5, 2013 by  
Filed under Wisata

Share this news

INDONESIA merupakan negra kepulauan yang banyak dihuni beragam suku. Negara dengan julukan zamrud khatulistiwa tersebut, sebagain besar
masyarakatnya memanfaatkan alam dengan tanah yang subur untuk bercocok tanam. Beragam cara yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk mensyukuri dan terus diberkahi tanah subur tersebut, tergantung adat istiadat masing-masing suku.

Kerukunan Keluarga Dayak Kenyah (KKDK) Tenggarong saat melakukan upacara adat mengharap berkah kesuburan. Ritual tersebut sekaligus memeriahkan Erau tahun ini.

Salah satunya yakni, suku Dayak Kenyah di Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur yang menggunakan upaca adat yang dinamakan  “Muek Tanaq, Mending, Mengawait, dan Muek Udip” untuk mensyukuri kesuburan dan mengharap diberi hasil bumi yang baik.

Upacara adat tersebut ditampilkan oleh Kerukunan Keluarga Dayak Kenyah (KKDK) Tenggarong, dalam rangkaian pesta adat seni dan budaya Erau Pelas Benua dan Internasional Folklore and Art Festival, Kamis (4/7) sore di sisi panggung seni utama Jl KH Ahmad Mukhsin Tenggarong, tepian sungai Mahakam.

Sejak pukul 16.30 wita persiapan mulai dilakukan untuk upacaa adat tersebut, yakni para lelaki tetua adat menancapkan tongkat-tongkat kayu yang kulitnya diserut namun tak sampai lepas dari batangnya hingga menyerupai pita yang bergulung. Empat batang kayu ditancapkan pada empat sudut sehingga membentuk pagar untuk ruang segi empat berukuran sekitar 5×5 meter yang dipertegas dengan tali rafia. Didalam pagar tersebut juga ditancapkan sembilan batang kayu secara berdekatan yang ujungnya dibagaian atas dibuat runcing. Sedangkan dibagian bawahnya di ikatkan dua ayam jantan hidup, dan sebatang bambu hijau sepanjang lengan yang didalamnya sudah berisi air.

Disamping tancapan batang kayu tersebut, dibakar kayu-kayu kering sehingga asap mengepul. Gong dan sampeq dimainkan, orang-orang bagian dari ritual adat mulai memasuki lokasi yang sudah dipagari, yakni 12 orang pemuda dengan berpakaian adat dayak kenyah dilengkapi mandau dan keliau (tameng), di ikuti 12 orang wanita paruh baya yang juga berpakaian adat terbuat dari jalinan manik, serta 12 gadis yang juga berpakaian adat lengkap dengan bulu burung enggang terselip di jari-jari tangan kanan dan kirinya.

Kemudian dua orang pria paruh baya berpakaian adat lengkap dengan hiasan tengkorak hewan di dadanya, mendekati tancapan kayu dan mulai membacakan mantera.  Dua ekor ayam tersebut lalu disembelih, darahnya dimasukkan ke dalam bambu berisi air, lalu kepalanya ditancapkan ke batang kayu runcing, manterapun dilanjutkan. Setelah itu sang pembaca mantera atau doa mengambil bambu yang berisi campuran air dengan darah ayam dan menyiramkannyaa ke sekeliling lokasi acara.

Kemudian ritual di tutup dengan tarian mengelilingi batang sembilan batang kayu yang dua diantaranya tertancap kepala ayam di ujungnya.

Pengurus KKDK Tenggarong, Lenjau Laloq yang juga bagian dari upacara adat itu menjelaskan, Muek Tanaq merupakan permohonan agar tanah subur, sehingga kegiatan bercocok tanam menjadi subur dan mendapatkan hasil panen yang melimpah.

“Muek Tanaq ini juga merupakan permohonan kepada Maha Kuasa agar lmasyarakat kita terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan,” ungkap Lenjau saat ditemui usai upacara adat.

Sedangkan prosesi “Mending”, dikatakannya untuk menjaga tanaman agar terhindar dari hama atau penyakit yang dapat merusak hasil pertanian.

Semnatara ritual “Mengawit” untuk mengawali musim panen yang hasilnya dipungut secara bergotong royong.

“Adapun prosesi Muek Udip merupakan permohonan agar kehidupan masyarakat di Kukar dengan segala aktifitasnya terhindar dari penyakit atau sesuatu yang tak di inginkan,” demikian paparnya.

Upacara adat tersebut mampu menyita perhatian pengunjung yang mengerumuni sekitar lokasi acara.(vb/hayru)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.