ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Legenda Orah dan Komodo

January 7, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

TUJUAN utama wisatawan ke Labuan Bajo tentu ingin melihat kadal raksasa yang disebut komodo. Termasuk saya, meski agak waswas terbang ke sana, Kamis (2/1) di saat cuaca lagi tidak bersahabat. Nama latin hewan tersebut adalah Varanus komodoensis.

Semua orang tentu heran dan takjub bagaimana mungkin jenis binatang purba ini masih hidup sampai sekarang. Dan bagaimana mungkin adanya cuma di Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak akan ditemukan di belahan dunia  manapun.

Bersama Pak Andi Mappapuli di belakang komodo dragon di Pulau Rinca

Setidaknya ada 5 pulau di sekitar Labuan Bajo yang dihuni sang komodo. Selain di Pulau Komodo sendiri, juga ada di Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang, dan Nusa Kode. Kawasan itu masuk dalam Taman Nasional Komodo yang sudah ditetapkan UNESCO menjadi Situs Warisan Dunia dan juga masuk ke dalam 7 keajaiban dunia.

Situs Warisan Dunia adalah sebutan untuk tempat-tempat di bumi yang memiliki nilai universal luar biasa bagi umat manusia, telah tercantum dalam Daftar Warisan Dunia untuk dilindungi agar dapat diapresiasi dan dinikmati oleh generasi mendatang.

Piramida Mesir, Taj Mahal India, Grand Canyon di AS, Acropolis di Yunani, Candi Borobudur, Situs Manusia Purba Sangiran dan Sistem Pertanian Subak sudah lebih dulu ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

Dari beberapa pulau yang dihuni komodo, populasi terbesar ada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Itu rumah terbesar binatang tersebut. Ada 3.000-an komodo di kedua pulau tersebut. Cukup banyak. Ada kecenderungan tiap tahun bertambah dari hasil perkawinan.

Pulau Komodo dan pulau di sekitarnya berada di sebelah timur Pulau Sumbawa setelah Selat Sape yang memisahkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Provinsi NTT.

Saya datang ke sana menggunakan speedboat. Hari Jumat, 3 Januari 2025. Berangkat dari dermaga di Waterfront City Marina Labuan Bajo. Waktu tempuhnya sekitar satu sampai dua jam. Sebagian wisatawan menumpang perahu pinisi sekaligus bermalam di perahu tradisional suku Bugis-Makassar itu. Mereka singgah-singgah di beberapa pulau, selain melihat komodo juga menikmati berbagai keindahan alam mulai bermain di pantai, snorkling sampai menyaksikan sunset.

Di Pulau Komodo wisatawan atau pengunjung bisa datang ke pinck beach. Pantai unik dengan pasir berwarna merah muda yang langka di dunia. Pulau Padar, tempat favorit untuk trekking dengan pemandangan yang indah. Atau ke Manta Point, spot snorkling terbaik untuk melihat pari manta raksasa.

Jika kita singgah di Pulau Rinca kita bisa melihat strawberry rock stone atau batu karang stroberi. Diberi nama seperti itu karena bentuk gugusan karang di sana berwarna merah muda. Warga setempat menyebutnya Nasi Purung, yang berarti pulau terbakar.

Selain komodo, di pulau-pulau itu juga berkeliaran Kakatua Sulphures berjambul kuning, yang diklaim hanya ada di sana. Ada juga hewan lain seperti rusa, kerbau liar, kuda liar, monyet, ular dan burung maleo. Sebagian jadi mangsa komodo. Pengunjung dilarang memberi makanan kepada komodo. Selain berbahaya juga bisa membuat komodo malas mencari makan secara alamiah.

Burung maleo (Macrocephalon maleo) terancam punah dan termasuk satwa yang dilindungi. Uniknya, sarang bertelur yang dibuatnya dari unggukan tanah juga dimanfaatkan komodo untuk hal yang sama. Telur Komodo ada 30-an. Kalau menetas, anak komodo tinggal di pohon. Untuk pengamanan, sebab tak jarang komodo dewasa menjadikan anak-anak komodo itu sebagai mangsa. Itulah sebabnya sampai anak-anak komodo itu sudah agak besar baru turun ke tanah.

Ketika saya berada di Pulau Rinca, saya diajak petugas bernama Jeki sampai ke sarang komodo. Jeki membawa sebatang tongkat yang ujungnya bercabang untuk memburu komodo jika datang menyerang. Komodo jarang berkelompok dan termasuk binatang pemalas. Tak banyak bergerak.

Saya beruntung bisa berfoto dengan seekor komodo. Sempat ditegur Jeki jangan terlalu dekat. Menurut Jeki, ada petugas bernama Main sempat diserang komodo. Syukur bisa diselamatkan dan bisa kembali bertugas setelah mendapat perawatan intensif.

MIRIP DENGAN BIAWAK

Komodo dikenal sebagai hewan endemik Indonesia. Panjangnya sekitar 3 meter dengan berat sekitar 150 kilogram. Hewan ini masih ada ikatan keluarga dengan biawak yang sering kita jumpai. Makanya sepintas sangat mirip. Walaupun ukurannya sangat beda. Biawak lebih kecil.

Biawak juga tidak beracun dan tidak tergolong hewan buas. Beda dengan komodo yang memiliki kelenjar air liur yang dipenuhi bakteri menghasilkan racun yang dapat menyebabkan pendarahan, pembekuan darah, dan syok pada mangsanya.

Biawak sering ada di sekitar rumah saya di Balikpapan Regency. Itu katanya biawak air, yang nama latinnya Varanus salvator. Memang banyak di Asia Tenggara. Makanannya macam-macam mulai tupai, tikus, reptilia kecil termasuk ular, katak, ikan dan kepiting. Terkadang juga mencuri telur buaya atau telur kura-kura.

Kenapa komodo hanya hidup di NTT?  Karena komodo membutuhkan habitat dengan iklim savana tropis, vegetasi rendah dan sumber makanan seperti rusa timor. Itu hanya ada di NTT. Pulau-pulau di luar NTT, seperti Bali dan Jawa memiliki ekosistem yang berbeda sehingga kurang cocok untuk kelangsungan hidup komodo.

Di pulau-pulau lain seperti Sumatera atau Kalimantan terdapat predator besar seperti harimau, buaya atau gajah. Itu menjadi kompetitor komodo, sehingga bisa mengganggu kelangsungan hidup komodo.

Warga setempat menyebut komodo dengan nama “Orah.” Mengutip dari Indonesia Juara,  nama Orah berasal dari legenda anak kembar seorang Putri Naga dan lelaki bernama Moja.

Singkat cerita, mereka menikah dan memiliki anak kembar. Namun salah satunya bukan manusia tapi berwujud seekor kadal besar. Yang kadal diberi nama Orah, sedang yang berwujud manusia dipanggil Gerong.

Ketika lagi berburu Gerong sempat ingin membunuh sang kadal. Tapi akhirnya dia hidup rukun berdampingan setelah diberitahu sang ibu, Putri Naga bahwa sang kadal adalah saudaranya.

Ada yang menulis bahwa komodo berasal dari Australia, yang bermigrasi ke NTT. Hewan tersebut pertama kali didokumentasikan pada tahun 1910 oleh orang Eropa. Lalu dibuat jurnal ilmiah oleh Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi Bogor pada tahun 1912 setelah menerima foto dan kulit komodo dari Letnan Steyn van Hensbroek asal Belanda.

Adalah W Douglas Bourden yang memberi nama komodo dragon setelah melakukan ekspedisi ke Pulau Komodo di tahun 1926. Sang penjelajah ini berhasil membawa 12 ekor komodo yang diawetkan dan 2 dalam keadaan hidup.

Saya dan Pak Andi Mappapuli sempat mendarat di Pulau Kelor.  Di sini kita menyaksikan pemandangan menarik. Pantainya yang dilapisi pasir putih dan bersih membuat turis mancanegara suka mandi dan berjemur di sini. Para turis wanita tampil berbikini ria. Asyik. Tidak terasa air kelapa yang saya hirup cepat masuk di kerongkongan. Lega rasanya. Ahhhh.(*)

Mendadak ke Labuan Bajo

January 6, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

SEHARI setelah tahun baru, saya mendadak ke Labuan Bajo. Saya terbang dari Sepinggan ke Jakarta naik pesawat Super Air Jet, baru naik Batik Air menuju Labuan Bajo. Sebenarnya saya lagi takut naik pesawat. Soalnya cuaca lagi tidak bersahabat. Apalagi ada beberapa pesawat jatuh. Ciut juga nyali saya. Tapi lantaran kepingin lihat keindahan daerah ini termasuk komodonya, saya beranikan terbang. Syukur alhamdulillah semua berjalan lancar.

Yang mengajak ke sana teman saya, Pak Andi Mappapuli, mantan ketua LPM Teritip. Orang lebih akrab memanggilnya Pak Kumis karena kumisnya memang cukup tebal. Dia ingin menemui keluarganya di sana yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa. “Ya saya datang untuk menemui saudara saya,” katanya begitu.

Saudara yang dimaksud Pak Kumis ternyata keluarga Ibu Naima, kakak kandungnya. Dia tinggal di Labuan Bajo di Kampung Air sejak tahun 60-an. Masih hutan dan sepi. Dia datang bersama  suaminya dengan perahu layar. Sekarang sudah beranak pinak. Punya 7 anak dan belasan cucu. Salah satu putranya, H Aziz, ustaz dan pernah menjadi anggota DPRD setempat.

H Naima gembira sekali bisa bertemu sang adik. Kami dijamu makan di rumahnya, yang kebetulan di samping hotel tempat kami menginap. Ada kue cucur juga. Bahkan pulang disangui setoples kopi asli Manggarai plus sebotol madu. Baik sekali.

Kapal pinisi tempat turis bermalam di Labuan Bajo

Kami menginap di Flamingo Ceria, hotel bintang 3 di Jalan Reklamasi Pantai. Hotelnya terbilang baru, persis di depan Waterfront City Marina Labuan Bajo. Jadi mudah sekali akses ke kapal atau speedboat. Dari kamar, saya sudah bisa menyaksikan Labuan Baju yang indah dan penuh pesona.

Ada yang bilang Labuan Bajo itu adalah sepetak surga tersembunyi di wilayah Indonesia Bagian Timur. Tadinya saya bertanya-tanya: Apa iya? Soalnya saya belum pernah ke sana. Walaupun nama Labuan Bajo sudah sering disebut di berbagai media sosial dan tayangan TV.

Labuan itu berasal dari kata labuhan atau pelabuhan. Sedang Bajo adalah adalah orang-orang berasal dari suku Bajo dan Bugis Sulawesi Selatan, yang suka merantau dan mendiami pesisir. Pekerjaan mereka nelayan. Sejak itu daerah ini akrab disebut Labuan Bajo.

Labuan Bajo antara laut dan bukit yang indah

Luas Labuan Bajo hanya 13,79 kilometer persegi. Penduduknya sekitar 7 ribu jiwa. Sebagian besar adalah orang Manggarai. Tapi di pesisirnya ditinggali orang Sulawesi. Mereka hidup rukun. Orang Manggarai rata-rata beragama Katolik, sedang orang Sulawesi beragama Islam. “Tapi kita hidup rukun di sini,” kata Aziz.

Saya jadi teringat banyak pastor dan suster asal NTT bertugas di berbagai daerah termasuk di Kaltim dan Balikpapan. Malah ada pastor asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) bernama Pater Amans Laka, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Argentina.

Labuan Bajo tadinya hanya kelurahan kecil. Tapi sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bupatinya Edistasius Endi, orang setempat dari Partai NasDem. Bersama wakilnya, dr Yualianus Weng terpilih kembali dalam Pilbup 2024. Tapi mereka masih menghadapi gugatan ke MK.

Karena tadinya kelurahan, maka sebagian jalan-jalan di Labuan Bajo tidak terlalu lebar. Malah ada  juga yang belum mendapat penerangan jalan. Tapi masyarakatnya mulai berkembang maju. Soalnya mulai banyak berinteraksi dengan turis asing. “Sepertinya masih perlu waktu, sektor pariwisata belum memberi dampak besar untuk kita,” kata Aziz.

DAERAH SERIBU SUNSET

Di era Presiden Jokowi, Labuan Bajo dipacu menjadi salah satu tujuan wisata terbaik. Karena itu Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai salah satu dari 5 destinasi wisata super prioritas di Indonesia.

Sebagai penunjang telah dibangun berbagai fasilitas. Bandaranya yang diberi nama Bandara Komodo sudah dipoles dan ditetapkan sebagai bandara internasional. Air Asia sudah membuka rute Labuan Bajo langsung Kuala Lumpur. Penerbangan domestik terbesar dari Bali, Surabaya dan Jakarta.

Pelabuhan lautnya juga sudah ditata apik. Dilengkapi pelabuhan feri. Maklum berperan penting melayani kapal-kapal yang mengangkut para turis. Di Labuan Bajo banyak sekali kapal-kapal pinisi. Ada ratusan. Fasilitas ini melayani trip bermalam di kapal sambil singgah ke berbagai gugusan pulau yang menawan. Wisatawan tentu sangat suka. Sayang saya tak sempat menikmati karena terbatasnya waktu.

Ada ratusan pulau di Labuan Bajo. Tapi paket wisata merekomendasikan ada 10 pulau yang sangat menarik dan harus dikunjungi wisatawan. Mulai Pulau Bidadari, Pulau Komodo, Pulau Rinca,  Pulau Padar, Pulau Kelor, Pulau Kalong, Pulau Kanawa, Pulau Koaba, Pulau Taka Makassar, sampai Pulau Kukusan.

Pulau Komodo dan Pulau Rinca adalah rumah besar untuk kadal raksasa yang dikenal dunia dengan sebutan komodo (Varanus komodoensis). Ini   hewan purba yang hanya ada satu-satunya di dunia. Soal komodo saya akan bercerita dalam tulisan berikutnya.

Jokowi juga membangun Golo Mori Convention Center (GMCC) di kaki bukit Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo. Fasilitas eksklusif  itu dipakai pada KTT ke-42 ASEAN, 9-11 Mei 2003. View-nya sangat menarik karena berhadapan langsung dengan Pulau Rinca, bagian dari kawasan Taman Nasional Komodo. Sesekali ada juga komodo melintas di Golo Mari.

Saya sempat berkunjung ke sana. Sekitar 30 menit dari kota Labuan Bajo. Jalannya meliuk-liuk di kaki bukit. Tapi mulus dibangun oleh PUPR. Sayang belum ada hotel dan fasilitas lain. Meski sudah ada beberapa papan nama hotel-hotel besar dari Jakarta yang akan berinvestasi.

Jadi jika tak ada acara meeting, GMCC terasa sangat sepi. “GMCC di bawah pengelolaan InJourney. Kita lagi menyiapkan festival jazz di sini,” kata  Ari Soplanit, general manager GMCC ketika bertemu saya.

InJourney atau Indonesia Journey adalah BUMN yang membawahkan PT Angkasa Pura I dan II, PT Hotel Indonesia Natour, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia, PT Taman Wisata Candi Borobudur dan PT Sarinah.

Saya mendarat di Bandara  Internasional Komodo sore hari. Alhamdulillah bisa menikmati pemandangan langit senja. Kata warga, suasana seperti ini lebih dahsyat lagi jika kita naik ke Bukit Cinta, Puncak Amelia dan Puncak Silvia. Karena keindahan senjanya, Labuan Bajo juga dijuluki “Daerah Seribu Sunset.”

Topografi Labuan Bajo berbukit-bukit. Jadi banyak pemandangan menarik bisa dilihat dari atas bukit. Kotanya memang sangat menarik dan menakjubkan.

Dunia bawah laut di sekitar Labuan Bajo juga merupakan salah satu yang terbaik di dunia.  Ada banyak spot penyelaman dengan terumbu karang yang masih alami dan dipenuhi oleh berbagai jenis ikan tropis, penyu, manta ray (pari raksasa) dan bahkan hiu.

Para turis memilih ikan di lapak milik warga

Di malam hari saya sempat singgah di Kampung Ujung. Di sini tempat turis berburu makanan laut (seafood) dengan berbagai jenis ikan yang segar. Ikannya boleh pilih sendiri, mulai kakap, kerapu. bawal, cumi, kepiting sampai udang lobster.

Ikannya dijual di kios atau lapak milik warga. Harganya juga relatif terjangkau. Setelah ikannya dipilih kita ditawari jenis masakannya. Mau digoreng, dimasak kuah atau dibakar. Lalu tempat makannya duduk di bawah payung yang dibangun memanjang oleh Kementerian PUPR sambil merasakan semilir angin laut.

Berburu durian di Kampung Ujung

Kampung Ujung juga disemarakkan dengan para penjual durian. Ini salah satu tujuan utama saya kalau datang ke suatu daerah. Berburu durian. Para turis bule juga ramai memilih durian. Harganya bervariasi antara 50 ribu sampai 150 ribu rupiah per buah. Tergantung besar kecilnya. Saya melahap sampai dua buah. Kata penjualnya, ini asli durian lokal. Rasanya memang menggoda. Tapi pulang ke hotel kepala saya nyut..nyut.(*)

Peluang dan Tantangan Bisnis Media Lokal

January 1, 2025 by  
Filed under Opini

Oleh Ilona Juwita

(Wakil Ketua Umum SMSI Bidang Pengembangan Bisnis dan Digital Media)

Bisnis media digital di Indonesia bertumbuh secara signifikan selama tahun 2024. Salah satunya ditandai dengan pencapaian ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $90 miliar, naik 13% dibandingkan tahun 2023, menjadikannya yang terbesar di Asia Tenggara, berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company (Sumber: Google Blog)

Meningkatnya konsumsi konten digital, game, dan layanan streaming menjadi salah satu faktor besar tumbuhnya bisnis media digital, dengan GMV diperkirakan tumbuh 12% dari $7 miliar pada tahun 2023 menjadi $8 miliar pada tahun 2024.

Pertumbuhan ini juga berjalan seiring dengan meningkatnya pengguna internet di Indonesia. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada awal 2024 mencapai 221 juta jiwa, atau sekitar 79,5% dari total populasi. Angka ini meningkat 2,75% dibandingkan awal tahun 2023.

Ilona Juwita

Meskipun ada pertumbuhan, media digital menghadapi tantangan dalam hal pendapatan iklan dan persaingan dengan platform global. Penurunan belanja iklan perusahaan untuk media massa dan dominasi platform media sosial global menekan pendapatan media lokal. Selain itu, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) menambah kompleksitas dalam industri ini.

Bagaimana media digital terutama media massa menghadapi tantangan ini kedepan?

Media digital perlu mengadopsi strategi inovatif, seperti memanfaatkan data pengunjung untuk meningkatkan interaksi dan pengalaman pengguna, serta mengembangkan model bisnis yang lebih beragam. Kolaborasi dengan pemerintah dan komunitas lokal juga penting untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan relevansi di era digital.

Pemanfaatan Data Pengunjung perlu diawali dengan membangun infrastruktur teknologi yang memadai. Media perlu mengimplementasikan platform manajemen data pelanggan yang memungkinkan media untuk memiliki database yang lebih terstruktur sehingga memudahkan analisa dan segmentasi. Selanjutnya media perlu melakukan berbagai inisiatif agar dapat mulai melakukan pengumpulan data termasuk salah satunya mendorong pengunjung berinteraksi dengan fitur, form registrasi, konten, dll. Media juga harus memastikan patuh terhadap regulasi hukum privasi terutama bagaimana data pelanggan tersebut akan digunakan. Melalui serangkaian analisis dan segmentasi yang bisa dilakukan melalui data tersebut, media dapat memberikan pengalaman berkunjung yang lebih personal, menawarkan targeting iklan yang lebih presisi, dan penawaran konten premium melalui skema berlangganan.

Skema bisnis berlangganan menjadi salah satu model bisnis baru yang patut dilirik terutama ketika media sudah mampu memastikan kualitas konten yang diproduksi dan pengelolaan data pelanggan yang tepat. Model bisnis ini menjadi salah satu bentuk inovasi media digital untuk memastikan bisnis yang berkelanjutan.

Kolaborasi dengan pemerintah dan komunitas lokal akan mendorong pertumbuhan media digital lebih baik lagi. Pemerintah melalui support infrastruktur digital dan literasi yang lebih luas akan meningkatkan indeks masyarakat digital. Hal ini akan mendorong tumbuhnya kebutuhan akan konten digital yang lebih beragam. Komunitas lokal selanjutnya memiliki peranan penting dalam menghadirkan konten tersebut tentunya dengan pendekatan lokal yang memiliki relevansi lebih baik.

Selamat Pagi Indonesia

December 31, 2024 by  
Filed under Opini

Oleh: Firdaus, Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI)

SOROT matahari cerah menyinari bumi pertiwi dan para penduduknya yang terhampar dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Papua.

Sinar matahari pagi di tahun baru 2025, tepatnya, Rabu 1 Januari, memberi harapan kita semua untuk melanjutkan kehidupan, berusaha, berbisnis, berbangsa, dan bernegara.

Harapan baru, the new hope berada di depan, lanjutan dari harapan panjang tahun sebelumnya 2024. Harapan itu tidak terkotak-kotak oleh waktu, oleh bulan, dan tahun. Tetapi sepanjang waktu, multi years. Kecuali harapan sudah tercapai, dan memulai yang baru.

Firdaus

Yang terasa berbeda dalam menjalani harapan adalah tahunnya. Tidak ada tahun sama. Katanya tidak ada waktu yang berulang.

Beda tahun beda tantangan. Beda presiden beda aturan, beda kultur, walaupun harapannya tetap saja sama: menuju rakyat sejahtera, Indonesia Emas.

Adaptasi oleh berbagai pihak yang ada dalam Indonesia merupakan tantangan. Perbedaan-perbedaan yang membuat pertikaian perlu diselaraskan.

Kultur rezim presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir (dua periode) sempat tertanam dalam tatanan kehidupan bernegara dan kehidupan masyarakat.

Tentu saja kultur Jokowi belum habis, dan menyambung ke kultur baru yang dibawa Presiden Prabowo Subianto yang mulai bekerja tahun 2024, didampingi wakilnya, Gibran Rakabuming Raka.

Riak-riak penyesuaian pasti ada. Mereka yang tidak mampu menyesuaikan akan membawa prinsip masa lalu yang sudah usai. Seringkali membawa frustrasi karena tidak selaras dengan zaman sekarang.

Kebenaran cenderung melegitimasi mereka yang sedang berkuasa, dengan segala aturan dan undang-undang yang dibuatnya. Namun demikian, penguasa harus tetap berhati-hati.

Di era 4.0 yang menandai kehidupan serba internet, semua serba mudah. Dunia dalam satu genggaman gadget, smartphone.

Suara rakyat biasa bisa menggelegar mengancam kejatuhan sang penguasa, melalui jari-jemarinya yang bermain media sosial.

Suara pers media siber ikut menggema kemana-mana. Tidak ada ampun bagi yang bertindak semena-mena. Semoga semua mampu menyesuaikan. Selamat Tahun Baru 2025.

Refleksi SMSI Akhir Tahun 2024: Pilar Indonesia Emas 2045

December 31, 2024 by  
Filed under Opini

Oleh: Firdaus (Ketua Umum SMSI)

Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) menyampaikan catatan akhir tahun 2024 dengan menyoroti kiprah Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat semangat kebangsaan dan mempersiapkan Indonesia menuju visi besar Indonesia Emas 2045.

Dalam refleksi ini, SMSI menilai demokrasi terpimpin dan pembangunan sumber daya manusia menjadi fondasi utama pencapaian cita-cita tersebut.

Presiden Prabowo Subianto dinilai berhasil membangkitkan optimisme bangsa. Semangat pantang menyerah yang ditunjukkan sepanjang perjalanan politiknya, termasuk keberanian menerima tawaran bergabung dalam Kabinet Jokowi meski berisiko kehilangan sebagian pendukung, dianggap sebagai keteladanan yang memperkokoh persatuan bangsa.

Ketua Umum SMSI Firdaus

Keputusan monumental ini mampu meredakan keterbelahan politik pasca-Pemilu 2019, menjadi contoh keberanian demi kepentingan nasional.

Atas kontribusinya, SMSI memberikan penghargaan Pin Emas kepada Presiden Prabowo sebagai wujud apresiasi atas jasa-jasanya dalam mempersatukan bangsa dan mendorong transformasi pembangunan.

Untuk percepatan pembangunan SDM dan perubahan sistem politik Indonesia hal mendesak:

PERTAMA: Prioritas Pembangunan: Gizi dan Ketahanan Pangan

Di awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo langsung mengarahkan fokus pada penguatan gizi anak-anak Indonesia. Pemerintah telah mengalokasikan Rp 722 triliun untuk program makan bergizi yang menyasar 82,9 juta anak, ibu hamil, dan menyusui. Langkah ini disebut sebagai investasi strategis dalam pembangunan sumber daya manusia unggul.

Dalam konteks ketahanan pangan, Presiden Prabowo menghidupkan kembali konsep lumbung pangan desa sebagai strategi mencapai swasembada pangan. “Tiap desa harus punya lumbung pangan,” tegas Prabowo saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional 2024. Implementasi program ini melibatkan sinergi lintas sektor, termasuk peran aktif TNI-Polri dalam membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian.

KEDUA Reformasi Sistem Politik dan Pemilu

Presiden Prabowo juga mengusulkan perbaikan sistem politik yang dinilai terlalu mahal dan tidak efisien. Dalam peringatan HUT ke-60 Partai Golkar, ia mengkritik pemborosan anggaran untuk pemilu langsung. Prabowo mengusulkan agar pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD, sementara Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR. Ia berargumen bahwa anggaran negara sebaiknya dialokasikan untuk kebutuhan mendesak seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

KETIGA Kemerdekaan Pers sebagai Pilar Demokrasi

Komitmen Presiden Prabowo terhadap kemerdekaan pers juga menjadi sorotan. Sejak masa kampanye hingga dilantik sebagai Presiden RI ke-8, Prabowo konsisten menegaskan pentingnya kebebasan pers. Ia menandatangani Deklarasi Kemerdekaan Pers yang berisi jaminan independensi, penolakan terhadap intimidasi, serta dukungan bagi profesionalisme pers.

SMSI melihat, perkembangan teknologi digital membutuhkan pembaruan dengan tata ulang regulasi untuk melindungi keberlanjutan pers nasional. Oleh karena itu, SMSI mendorong penyempurnaan UU Pers agar mampu mengakomodasi dinamika industri media di era digital.

SMSI optimistis, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, visi Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045 dapat tercapai. Selamat Tahun Baru 2025! (*)

« Previous PageNext Page »