ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia, Belantara Foundation Ajak Mitra Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Riau

December 2, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com — Belantara Foundation dan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura serta pemangku kepentingan setempat yang didukung oleh Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas mengajak mitra sektor swasta Jepang, Saraya Co. Ltd. melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Rabu (29/11/2023).

Kegiatan ini dilakukan secara khusus dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada 28 November setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan kepedulian kepada masyarakat pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan yang terdegradasi melalui penanaman pohon.

Hal tersebut selaras dengan tujuan penanaman simbolis kali ini yaitu mengajak lebih luas sektor swasta berkolaborasi mengenai program pemulihan hutan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) dan melestarikan jenis pohon yang terancam punah yang telah dicanangkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau bersama Belantara Foundation pada pertengahan tahun lalu.

Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa kami akan terus mengampanyekan dan mengajak berbagai pihak terutama sektor swasta untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra, salah satunya melalui program pemulihan hutan.

Penanaman pohon di kawasan Tahura SSH sangat penting karena bermanfaat sebagai penghasil oksigen, mencegah erosi, menyediakan habitat bagi satwa liar, menyediakan sumber pangan dan obat-obatan serta menyerap karbon dioksida.

“Diperlukan kolaborasi, dukungan dan komitmen multi-pihak, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, NGO maupun seluruh aktor kehutanan dalam mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Provinsi Riau,” tegas Dolly yang juga​ sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau, Tahura SSH merupakan kawasan hutan konservasi yang berada di wilayah Kampar, Siak, dan Pekanbaru, Provinsi Riau. Tahura SSH memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 127 jenis tumbuhan asli di kawasan hutan tersebut, empat jenis reptilia, 16 jenis mamalia dan 42 jenis burung.

Tumbuhan asli di Tahura SSH didominasi dari keluarga Dipterocarpaceae, Lauraceae, Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae dan Myrtaceae. Selain itu, dari 42 jenis burung yang ada di Tahura SSH, terdapat satu jenis yang menjadi fauna identitas Provinsi Riau, yaitu serindit melayu (Loriculus galgulus).

Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Dr. Matnuril, S.Ip., M.Si. mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh upaya pemulihan hutan di Tahura SSH yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan lainnya.

“Upaya ini diharapkan dapat menjadi pengingat atas komitmen kita terhadap masa depan yang lestari dan berkelanjutan serta dapat menginspirasi semua pihak untuk melindungi dan melestarikan lingkungan,” ujar Matnuril.

Pada tempat terpisah, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengemukakan bahwa pihaknya akan terus mendorong customer nya yang berada di Jepang agar berpartisipasi dan berkontribusi pada program pemulihan hutan di Indonesia, khususnya di kawasan Tahura SSH, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau.

“Kami berharap upaya tersebut dapat mendukung target SDGs ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem; target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya ; dan target SDGs ke 17, yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan,” imbuh Tan.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan empat kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan di Tahura SSH pada 17 Januari 2023, penanaman kedua pada 28 Februari 2023 dan penanaman ketiga pada 7 November 2023 lalu. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti (Shorea leprosula).

Turut hadir pada kegiatan penanaman simbolis kali ini yaitu Kepala KPHP Minas Tahura, Dr. Matnuril, S.Ip., M.Si Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna; dan Managing Director of Saraya, Ms. Yoko Yoshida beserta jajarannya.(*)

 

 

Belantara Foundation bersama LPPM Universitas Pakuan Gaungkan Pentingnya Peran Multi-Pihak Dalam Mitigasi Perubahan Iklim lewat Perdagangan Karbon

November 8, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Belantara Foundation bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan, dan PT. Syslab, menyelenggarakan seminar nasional tentang pengenalan dan perkembangan perdagangan karbon di Indonesia secara hybrid (luring dan daring) pada Senin (6/11/2023).

Seminar hibryd yang dikombinasikan dengan training ini didukung oleh berbagai pihak antara lain Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jawa Barat (BPD HIPMI Jabar) dan PT. Gaia Eko Daya Buana.

Seminar nasional secara luring diadakan di Ruang Teater Lantai 10 Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan daring diadakan melalui aplikasi zoom dan live streaming youtube Belantara Foundation. Acara ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Eps.8 (BLS Eps.8).

Pada perhelatan kali ini, panitia pelaksana menggandeng 6 universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.8 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas. 6 universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) baru-baru ini menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada Senin, 20 Maret 2023.

Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius jika tidak ada penurunan drastis pada emisi gas rumah kaca (GRK). Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia semakin khawatir dengan dampak perubahan iklim. Akan tetapi, penyebaran pengetahuan tentang lingkungan dan perubahan iklim yang tidak merata telah menghambat beberapa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kegiatan diseminasi pengetahuan perlu dilaksanakan dengan baik untuk melengkapi kerangka peraturan perubahan iklim yang telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna yang menjadi salah satu keynote speaker pada acara ini mengatakan bahwa seminar nasional ini tujuan utamanya untuk meningkatkan penyadartahuan dan pemahaman stakeholders mengenai regulasi dan kebijakan serta prosedur dan mekanisme perdagangan karbon di Indonesia.

Tujuan lain untuk meningkatkan kapasitas stakeholders terkait penghitungan nilai ekonomi karbon terutama pada sektor kehutanan dan energi, serta bagaimana tata cara perdagangannya melalui bursa karbon yang mekanismenya telah diatur oleh pemerintah.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yaitu melalui implementasi kebijakan Nilai Ekonomi Karbon (NEK), termasuk di dalamnya yaitu mekanisme penurunan emisi dengan skema perdagangan karbon.

“Perdagangan karbon dan mitigasi perubahan iklim sangat erat kaitannya, karena perdagangan karbon merupakan salah satu mekanisme berbasis pasar yang digunakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Diperlukan kolaborasi, dukungan dan komitmen multi-pihak, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, NGO maupun seluruh aktor kehutanan dan energi”, tutur Dolly.

Sementara itu, Deputy Operation Manager PT. Syslab, Arief Setiawan, ST., M.Si., mengatakan manajemen PT. Syslab memiliki visi dan misi untuk ikut peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam kegiatannya, kami tidak hanya business profit oriented dalam pengelolaan lingkungan akan tetapi kami ikut peran serta dengan edukasi dan seminar melalui Syslab Learning Institute.

Terkait tema kali ini yakni Perdagangan Karbon (Carbon Trading) di Indonesia sepatutnya perlu menjadi perhatian agar kebermanfaatannya dapat dirasakan untuk masyarakat Indonesia dan Global.

“Kami sendiri mengembangkan untuk pendampingan teknis bagi perusahaan yang akan menjalankan pengelolaan dan perdagangan karbon melalui Syslab Study Team. Sesuai dengan tagline Syslab: Science for Nature dengan pengertian bahwa pengelolaan lingkungan hidup membutuhkan kolaborasi berbagai lintas ilmu,” ujarnya.

Pada waktu yang sama, Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional pada Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr. Wahyu Marjaka, M.Eng., menjelaskan pada presentasinya bahwa sejak Protokol Kyoto bahkan jauh sebelum itu, Indonesia sudah mulai secara bertahap melakukan komitmen untuk penguatan pengurangan gas emisi rumah kaca. Pada tahun 2015, pemerintah di seluruh dunia berkomitmen lebih kuat lagi untuk pengendalian emisi gas rumah kaca secara global.

Indonesia meratifikasi Paris Agreement melalui Undang Undang No. 16 tahun 2016 tentang pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). Semenjak itu, Indonesia mendesain berbagai tataran tahap demi tahap regulasi menjadi dasar implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

“NEK sangat penting menjadi salah satu dari berbagai regulasi atau substansial yang akan dilakukan Indonesia termasuk di dalamnya dari berbagai sektor NDC. Tidak hanya menjadi ukuran komitmen Indonesia tetapi juga menjadi dasar-dasar keberlanjutan di berbagai pembangunan di Indonesia”, ujar Wahyu.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. rer. Pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc. menyampaikan dalam paparannya bahwa insan perguruan tinggi memiliki peran penting yang strategis dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Selain penyadartahuan (awareness) dan edukasi kepada masyarakat melalui program KKN, PKM, dan MBKM, para dosen dan mahasiswa juga dapat melakukan riset-riset dengan memanfaatkan teknologi terkini, yang dapat membantu dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi lebih efektif. “Melalui upaya tersebut, harapannya akan muncul kesadaran masyarakat untuk mengurangi emisi GRK”, pungkas Didik.

Kepala Unit Pengembangan Carbon Trading & Inisiatif Baru Bursa Efek Indonesia, Edwin Hartanto, S.E., M.A., CFP., menjelaskan IDXCarbon berupaya untuk memberikan transparansi, keandalan, dan keamanan dalam memberikan solusi terbaik bagi perdagangan karbon di Indonesia sehingga tercipta perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien. IDXCarbon memiliki 4 mekanisme atau jenis pasar yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan yaitu Pasar Reguler, Pasar Negosiasi, Pasar Lelang, dan Marketplace.

“Harapan kami, selain kemudahan, keamanan, dan reliability, para pelaku perdagangan karbon akan memiliki fleksibilitas yang pada akhirnya akan mendorong perdagangan sesuai visi dan misi Pemerintah, OJK, dan Bursa Efek Indonesia,” ujar Edwin Hartanto.(*)

Peringati Hari Konservasi Alam Nasional, Generasi Muda Angkat Bicara Soal Konservasi Satwa Liar

September 2, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Belantara Foundation bersama Program Studi (Prodi) Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana dan Biologi FMIPA Universitas Pakuan menyelenggarakan webinar tentang cara meneliti orangutan di alam serta kisah seru para peneliti muda secara hybrid (luring dan daring) pada Rabu (30/08/2023).

Luring diadakan di Auditorium Rektorat Universitas Pakuan, Bogor sedangkan daring diadakan melalui aplikasi zoom dan live streaming youtube Belantara Foundation. Webinar cerita pengalaman para konservasionis muda yang dikombinasi dengan pelatihan ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Eps.7 (BLS Eps.7).

Materi berbagi kisah seru dan pembelajaran dari peneliti muda yang terlibat aktif dalam penelitian dan pemantauan harimau sumatra, gajah sumatra, dan orangutan, juga diselingi dengan penjelasan tentang metode yang kuat untuk digunakan dalam mengamati ketiga spesies kharismatik tersebut beserta habitatnya.

Kegiatan ini juga menggandeng 6 universitas sebagai kolaborator yang akan mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.7 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas. 6 universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Nasional, Universitas Andalas, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tanjungpura.

Selain untuk turut memeriahkan Hari Konservasi Alam Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus,  pelaksanaan BLS Eps.7 ini juga dilaksanakan untuk memperingati Global Tiger Day yang jatuh pada 29 Juli, World Elephant Day yang diperingati setiap 12 Agustus, dan International Orangutan Day yang jatuh pada setiap tanggal 19 Agustus.

Kegiatan rutin Belantara Foundation ini terlaksana berkat kolaborasi apik dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana dan Prodi Biologi FMIPA Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura, IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG), Forum HarimauKita (FHK), Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA), Eat & Run, dan Biologeek, serta didukung oleh PT Sharp Electronics Indonesia.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna pada paparannya mengatakan bahwa webinar dan pelatihan metode kajian orangutan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas stakeholders seperti mahasiswa, praktisi, jurnalis, pemerintah, dan sektor swasta yang berminat untuk mengaplikasikannya di lapangan baik itu untuk penelitian maupun pengelolaan dan perlindungan satwa liar dan habitatnya di Indonesia.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan Indonesia merupakan salah satu negara “Biodiversity Country” yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi sehingga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa liar kharismatik, seperti harimau sumatra dan gajah sumatra serta orangutan. Di dunia, hanya Indonesia yang memiliki 3 jenis orangutan. Terdapat tiga jenis orangutan penghuni hutan tropis di Indonesia, yaitu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan sumatra (Pongo abelii) dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Indonesia juga pernah memiliki 3 anak jenis harimau, serta memiliki 2 anak jenis gajah asia, imbuhnya.

“Orangutan memiliki peran penting untuk keberlanjutan ekosistem antara lain membantu penyebaran biji di kawasan hutan sehingga mampu membantu regenerasi hutan secara alami dan menjaga keseimbangan ekosistem”, ujar Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Menurut analisis Population Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatra dan Kalimantan, yang tersebar pada 51 populasi yang terpisah di kawasan seluas sekitar 17,5 juta hektar.

Selaras, Co-Chair IUCN IdSSG, Sunarto, Ph.D., pada presentasinya mengemukakan keunikan Indonesia sebagai satu-satunya negara yang memiliki tiga jenis orangutan. Fakta bahwa kondisi orangutan masuk daftar merah International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dalam kategori kritis (Critically Endangered) adalah sebuah tantangan bagi Indonesia. Berbagai upaya perlindungan dan pelestarian orangutan perlu diperkuat melalui kerja sama dan sinergi program dari semua pemangku kepentingan.

Tidak hanya itu, orangutan merupakan satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Permen LHK No.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

“Diperlukan kolaborasi dan sinergi program para pihak dari berbagai sektor termasuk pemerintah, universitas/akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sektor swasta serta pemangku kepentingan terkait untuk pemantauan dan perlindungan orangutan beserta habitatnya di Indonesia” pungkas Sunarto.

Senada, Wakil Dekan Bidang Akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Prof. Dr. Anna Permanasari menyampaikan dalam pembukaan BLS Eps.7, bahwa sektor akademisi memainkan peran penting dalam pelestarian satwa liar, salah satunya dengan cara melakukan kajian serta mencari cara-cara yang inovatif dan efektif untuk menjaga dan melestarikan satwa liar yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

“Kami akan terus mendorong civitas akademika Universitas Pakuan agar terus terlibat lebih aktif dalam penelitian satwa liar di habitat alaminya. Kemudian, mendiseminasikan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat dan pemangku kepentingan terkait sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar pengelolaan dan perlindungan yang efektif”. Penting juga untuk mensinergikan antara penelitian-penelitian yang dilakukan oleh baik mahasiswa maupun dosen dengan apa yang menjadi kebutuhan dalam upaya pelestarian spesies-spesies terancam punah, agar intervensi yang dilakukan menjadi semakin efektif, pungkasnya.

Ketua Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA), Dr. Aldrianto Priadjati mengatakan pentingnya penelitian dan pemantauan orangutan dan habitatnya yang komprehensif dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk mendukung upaya pelestariannya. FORINA menyambut gembira atas kepedulian civitas academika dan para generasi muda dalam mendukung upaya konservasi satwa kharismatik Indonesia.

Turut hadir peneliti muda sebagai narasumber yang memiliki pengalaman dan terlibat aktif dalam penelitian dan pemantauan harimau sumatra, gajah sumatra dan orangutan secara berturut-turut yaitu Tarmizi, Anggota Representatif FHK untuk Provinsi Sumut dan Aceh; Dwi Adhari Nugraha, Pengurus Bidang Riset Forum Konservasi Gajah Indonesia; dan Prima Lady, Peneliti Orangutan Magister Biologi Universitas Nasional.(*)

 

 

Belantara Foundation Libatkan Pelajar Jepang Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau

August 5, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Belantara Foundation Libatkan Pelajar Jepang Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau Senior High School at Sakado dan University of Tsukuba melakukan penanaman pohon di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim, Provinsi Riau

Vivaborneo.com, — Belantara Foundation bersama KPHP Minas Tahura yang  didukung oleh Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas melibatkan pelajar asal Jepang, yaitu Senior High School at Sakado dan University of Tsukuba melakukan penanaman pohon secara simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, pada Jumat (04/08/2023).

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Global Tiger Day (29 Juli), Hari Konservasi Alam Nasional (10 Agustus), International Elephant Day (12 Agustus) dan International Orangutan Day (19 Agustus). Momentum empat hari besar lingkungan tersebut mengingatkan kepada kita pentingnya menjaga dan melestarikan satwa liar beserta habitatnya.

Penanaman simbolis ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang pentingnya terlibat aktif dalam melestarikan alam dan lingkungan hidup di Indonesia.

Pada penanaman simbolis ini, Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Generasi muda memainkan peran penting sebagai agen perubahan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan terlibat aktif dalam mendukung perubahan di lingkungan masyarakat menuju kepada arah yang lebih baik.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan Belantara Foundation akan mengajak berbagai pihak termasuk generasi muda untuk berkontribusi dalam pemenuhan Nationally  Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra.

“Salah satu kekuatan generasi muda yaitu mampu memengaruhi masyarakat luas. Hal tersebut dapat dilakukan mulai dari hal sederhana, salah satunya melalui menanam pohon. Kami berharap gerakan menanam pohon ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda agar berkontribusi aktif pada bidang pelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitar mereka” ujar Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Pohon, ujarnya,  memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan, antara lain sebagai penghasil oksigen, menyerap karbon dioksida, mencegah erosi, menyediakan habitat bagi satwa liar serta menyediakan sumber pangan dan obat-obatan.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau, Tahura SSH merupakan kawasan hutan konservasi yang berada di wilayah Kampar, Siak, dan Pekanbaru, Provinsi Riau. Tahura SSH memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 127 jenis tumbuhan asli di kawasan hutan tersebut, 4 jenis reptilia, 16 jenis mamalia dan 42 jenis burung.

Tumbuhan asli di Tahura SSH didominasi dari keluarga Dipterocarpaceae, Lauraceae, Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae dan Myrtaceae. Selain itu, dari 42 jenis burung yang ada di Tahura SSH, terdapat satu jenis yang menjadi fauna identitas Provinsi Riau, yaitu serindit melayu (Loriculus galgulus).

Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Dr. Matnuril, S.Ip., M.Si., mengungkapkan pihaknya sangat mengapresiasi langkah Belantara Foundation dan para pemangkukepentingan setempat melibatkan pelajar asal Jepang pada gerakan menanam pohon di kawasan Tahura SSH.

“Kami berharap Tahura SSH menjadi laboratorium alam yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan edukasi bagi pelajar dan masyarakat.” kata Matnuril.

Dr. Nomura Nakao, Regional Director of Southeast Asia and Taiwan Bureau of Global Initiatives, University of Tsukuba, mengemukakan bahwa kesadaran menjaga lingkungan harus ditanamkan sejak dini. Salah satunya dengan berpartisipasi aktif pada gerakan menanam pohon.

“Dengan menanam pohon, kita dapat berkontribusi dalam mencegah dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian dunia” pungkas Nomura.

Di tempat terpisah, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba menegaskan bahwa sektor swasta turut berperan dalam mendukung program restorasi serta perlindungan hutan dan biodiversitas di Indonesia dengan berkolaborasi bersama pihak yang berkepentingan. Hal ini juga dalam upaya mendukung pemerintah mencapai NDC termasuk Folu Net Sink 2030.

“Melalui kolaborasi multi-pihak, baik dari dalam maupun luar negeri dengan penanaman pohon hari ini, merupakan upaya kami dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan-kegiatan yang berdampak positif bagi lingkungan dan juga masyarakat sekitar. Kegiatan ini juga sejalan dengan Sustainability Roadmap Vision (SRV) 2030 yang telah kami canangkan,” tambah Elim.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan tiga kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan di Tahura SSH pada 17 Januari 2023 dan penanaman kedua pada 28 Februari 2023 lalu. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti (Shorea leprosula).

Selain melakukan penanaman pohon, para pelajar dari Senior High School at Sakado dan University of Tsukuba, Jepang akan mendapatkan kuliah umum bertajuk “Biodiversity and Wildlife Conservation in Indonesia” pada 10 Agustus 2023 di Universitas Pakuan, Bogor.(*)

 

 

 

Ikuti, Kontes Foto Instagram Bertema Solusi untuk Sampah Plastik

June 10, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Penggunaan besek bambu menggantikan kantong plastik menjadi pilihan untuk mengurangi sampah anorganik yang kian hari kian meresahkan bagi lingkungan hidup.

Vivaborneo.com,  Belantara Foundation berkolaborasi dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) menyelenggarakan kontes foto pada periode 5 Juni sampai dengan 19 Juni 2023 di Instagram.

Kontes foto ini merupakan salah satu aksi untuk mendukung peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia 5 Juni 2023. Dukungan tersebut ditandai dengan tema kontes foto yang dipilih sejalan dengan tema global HLH Sedunia tahun 2023, yaitu Beat Plastic Pollution atau Solusi untuk Polusi Plastik. Tema tersebut menjelaskan bahwa setiap orang merupakan bagian dari solusi untuk mengatasi polusi plastik.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dari polusi plastik.

“Kami akan terus mengajak dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam aksi mengatasi polusi plastik. Harapannya, melalui kegiatan kontes foto ini dapat mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ke-12, yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,” ujar Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Polusi plastik merupakan ancaman nyata bagi kehidupan. Program lingkungan PBB (UNEP) perkirakan pada 2040 terdapat 29 juta ton plastik masuk ke ekosistem perairan dunia, termasuk laut. Sampah plastik tersebut sebagian besar berasal dari sumber polusi darat yang tidak tertangani dengan baik.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (sipsn.menlhk.go.id), pada 2022, Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah. Sekitar 18,5 persen di antaranya berupa sampah plastik. Hal ini disebabkan oleh pergeseran pola hidup dan pola konsumsi masyarakat dalam menggunakan plastik sekali pakai.

Plastik ikut berperan dalam tiga jenis krisis di bumi, yaitu pemanasan global, kehilangan biodiversitas dan polusi. Dari semua sampah plastik dalam skala global, para ilmuwan perkirakan kurang dari 10 persen yang didaur ulang. Sekitar 79 persen sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir atau di alam. Sekitar 12 persennya dibakar.

Salah satu strategi pengelolaan sampah plastik yaitu dengan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular merupakan konsep bagaimana sebuah produk yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin mencemari bumi, serta masyarakat mendapatkan manfaat yang lebih besar melalui peningkatan nilai-nilai ekonomi.Oleh karena itu, penting memegang pola pikir setidaknya 3 prinsip utama, yaitu reduce, reuse, recycle.

Hal ini perlunya langkah aktif kolaborasi agar mencapai solusi komprehensif dan berkelanjutan dalam pengurangan plastik sekali pakai. Salah satunya, melalui Klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi (KFLHK), sebagai wadah keterlibatan aktif lembaga filantropi untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup, serta menjadi forum diskusi bagi pemerhati lingkungan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), Gusman Yahya mengemukakan bahwa selaras dengan peran strategis dari PFI sebagai katalis kolaborasi dan ko-kreasi melalui aksi kolektif dalam mendukung akselerasi pencapaian TPB/SDGs dan agenda perubahan iklim.

“Kami melihat pentingnya aksi kolektif multi-pihak antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan konsumen, dalam pengurangan plastik sekali pakai. Kita perlu bergotong royong untuk mewujudkan perubahan positif dalam mengatasi masalah plastik, dan menjalankan solusi yang memberikan dampak berkelanjutan guna menjaga lingkungan kita untuk generasi mendatang,” ujar  Gusman.

GM Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, Haryo Mojopahit mengungkapkan masyarakat selama ini mungkin tidak terlalu paham bahwa plastik yang kita gunakan lalu buang, berakhir dengan kepunahan makhluk lain di bumi, meningkatkan jumlah bencana, dan mencemari air konsumsi kita.

“Oleh karena itu, Dompet Dhuafa Volunteer yang memiliki concern dalam gerakan pengurangan sampah plastik sekali pakai melalui kontes foto ini ingin menunjukan kekuatan gambar yang dapat membuka mata nurani kita untuk bertanya pada diri kita sendiri, “Inikah hasil dari perusakan bumi yang saya lakukan?” tegas Haryo.(*)

 

 

 

« Previous PageNext Page »