ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Belantara Foundation Gandeng Mitra Swasta Jepang Bantu Pulihkan Hutan di Tahura Sultan Syarif Hasyim

March 1, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau, serta KPHP Minas Tahura, menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH).

Vivaborneo.com, Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, serta KPHP Minas Tahura, menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa (28/02/2023).

Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperluas keterlibatan stakeholders sektor swasta dalam kerja sama mengenai program restorasi atau pemulihan hutan untuk mendukung beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan / SDGs dan melestarikan jenis pohon yang terancam punah, yang telah di canangkan oleh DLHK Provinsi Riau bersama Belantara Foundation pada pertengahan tahun lalu.

Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengungkapkan bahwa sejak pertengahan tahun 2022, kami telah mulai melakukan penanaman di Tahura SSH. Kami memilih Tahura SSH sebagai area program pemulihan hutan dalam rangka mendukung Provinsi Riau dalam upayanya berkontribusi ke dalam pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatra.

Selain itu, pemulihan hutan dapat mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro ekosistem hutan, mengurangi risiko kerusakan lingkungan seperti erosi, tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, dan polusi udara.
Selain itu, pemulihan hutan juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, serta habitat dan populasi satwa liar.

“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau,” kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Hal senada juga disampaikan Kepala DLHK Propinsi Riau, Mamun Murod mengemukakan upaya untuk memulihkan ekosistem hutan, khususnya di Tahura SSH menjadi tanggung jawab bersama.
“Dengan adanya pemulihan hutan, maka ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan NDC Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau,” ujar Mamun.

Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Matnuril mengatakan pihaknya menyambut baik dan mendukung penuh upaya pemulihan hutan di Tahura SSH yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangkukepantingan lainnya.

“Upaya ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi penambahan luasan kawasan hutan yang dipulihkan di Provinsi Riau,” kata Matnuril.

Ketua Kelompok Tani Hutan Tahura SSH, Dana Syahputra mengatakan bahwa program pemulihan hutan yang dilakukan bersama Belantara Foundation ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang terdegradasi secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian menyebutkan bahwa salah satu upaya dan kontribusi APPJ dalam melestarikan lingkungan melalui berpartisipasi pada program pemulihan hutan di kawasan Tahura SSH, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau.

“Kami berharap upaya tersebut dapat mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs)/ ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem; target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya ; dan target SDGs ke 17, yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan,” imbuh Tan.

Selain itu, Chief Sustainability Officer APP Sinarmas, Elim Sritaba menegaskan sektor swasta memiliki kewajiban untuk mendukung berbagai upaya pencapaian sasaran FOLU Net Sink 2030 salah satunya melalui program pemulihan hutan.

“Kami berkomitmen dalam menjalankan praktik-praktik bisnis yang berkelanjutan, sehingga target yang sudah ditetapkan Pemerintah Indonesia dapat dicapai dengan upaya bersama antara lain melalui program pemulihan hutan, pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan secara lestari serta konservasi keanekaragaman hayati,” tandas Elim.

Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan dua kali. Penanaman simbolis yang pertama telah dilakukan di Tahura SSH pada 17 Januari 2023 lalu. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti atau Shorea leprosula.(vb/adv).

Belantara Foundation Gelar Training-Webinar SMART Patrol

February 25, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Bogor — Belantara Foundation menggelar Training-Webinar SMART Patrol secara hybrid (daring dan luring) pada Kamis (23/02/2023). Daring diadakan melalui zoom dan live streaming youtube Belantara, sementara luring diadakan di Auditorium Gedung Rektorat Universitas Pakuan, Bogor.

Pelatihan ini dikemas pada kegiatan bernama Belantara Learning Series Eps.6 dengan tema SMART Patrol: Menuju Perlindungan dan Pemantauan Biodiversitas yang Efektif.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, LPPM Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas dan Forum Harimau Kita.

Direktur Eksekutif  Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan bahwa pelatihan serta webinar SMART Patrol ini bertujuan untuk mengenalkan serta menunjukkan keunggulan sebuah alat atau sistem monitoring dan perlindungan biodiversitas yang efektif yang mengadopsi manajemen adaptif, kepada mahasiswa, praktisi, jurnalis, pemerintah, dan sector swasta yang berminat untuk mengaplikasikannya di lapangan.

Menurut Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020 keunikan geologi dan ekosistem Indonesia menyebabkan endemisitas satwa liar tinggi. Indonesia memiliki endemisitas jenis satwa liar tertinggi di dunia untuk kelas seperti burung, mamalia, reptil dan amfibi.

Satwa liar endemik Indonesia diperkirakan berjumlah masing-masing 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil dan 204 jenis amfibi.

Satwa liar memiliki peran ekologis penting di kawasan hutan, antara lain membantu penyebaran biji tanaman untuk regenerasi hutan, membantu proses penyerbukan bunga secara alami dan mempertahankan keseimbangan rantai makanan.

Namun, keberadaan satwa liar tersebut di ekosistem tidak luput dari ancaman kepunahan. Ancaman terbesar keberadaan satwa liar di ekosistem disebabkan oleh hilangnya habitat.

Dolly yang juga merupakan Ketua LPPM Universitas Pakuan menyebutkan bahwa diperlukan kolaborasi para pihak mulai dari sektor pemerintah, universitas/akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sektor swasta, serta pemangku kepentingan lainnya, dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang menjadi kekayaan bumi Indonesia.

Metode Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) hadir dan memberikan harapan baru bagi terlestarikannya keanekaragaman hayati yang ada di Negara kita.

“Belantara Foundation berharap pelatihan SMART Patrol ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi tentang praktik terbaik dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang efektif dengan SMART Patrol,” ujar Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Dr. Ir. Titik Wurdiningsih, M.Si. mengungkapkan Balai Besar TNLL berkomitmen untuk terus melakukan penguatan dan peningkatan sumberdaya pada tingkat resort yang meliputi penguatan personil (terutama Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Penyuluh Kehutanan) dan sarana pengelolaan.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Belantara Foundation atas terselenggaranya pelatihan SMART Patrol ini. Kami berharap pelatihan ini dapat memperkuat implementasi Resort Based Management (RBM) dalam sistem pengelolaan kawasan TNLL yang lebih efektif dan efisien melalui manajemen data kawasan dengan peranan besar pada tingkat resort/tapak serta mendukung sistem informasi berjenjang pada struktur Balai Besar TNLL,” ucap Titik.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Universitas Pakuan, Prof. Dr. Eri Sarimanah, M.Pd. menyebutkan akademisi dan perguruan tinggi memiliki kewajiban melaksanakan “Tridarma Perguruan Tinggi”, yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat atau PKM.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya tersebut, akademisi diharapkan dapat membantu dalam mengarusutamakan isu-isu terkait biodiversitas di Indonesia, baik dari segi keunikan, manfaat serta cara melestarikannya dengan melakukan kegiatan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat luas atau “awareness”, yang salah satu langkah nyatanya dapat diselaraskan dengan kegiatan PKM, KKN, maupun program MBKM.

Sementar aitu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Haidir, S.Hut, M.Si., mengatakan bahwa pengelolaan dan memperbarui data kondisi kawasan hutan dan biodiversitas merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan taman nasional. Dengan sistem monitoring dan basis data yang baik, dapat menjadi refleksi dan memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan.

“Untuk melakukan pengelolaan data khususnya data hasil berbagai kegiatan di lapangan, saat ini telah dikembangkan sistem SMART yang relatif mudah untuk dipergunakan dan direkomendasikan sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi,” tegas Haidir.

Ketua Forum Harimau Kita, Drh. Erni Suyanti mengatakan SMART merupakan salah satu alat yang mudah dan murah untuk digunakan sebagai alat pengumpulan, penyimpanan, dan analisa data biodiversitas. Sebagai alat yang tidak berbayar (gratis), SMART memberikan paket lengkap untuk dapat digunakan dalam memperkuat pengelolaan data biodiversitas dengan baik.

“Semoga dengan adanya pelatihan SMART Patrol ini, semakin meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan data untuk menyusun perencanaan dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat sasaran dalam perlindungan dan pemantauan biodiversitas. Forum Harimau Kita siap berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait pengelolaan data yang baik, terutama data monitoring harimau dan ancamannya, agar kualitas dan pengelolaan data biodiversitas semakin maju,” tutupErni.

Turut hadir sebagai narasumber yang memiliki pengalaman di bidang SMART Patrol yaitu Syukur Asa, Koordinator Polhut Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Rizky Ananda Putri HT, Polhut dan Admin SMART Patrol Taman Nasional Kerinci Seblat dan Moch. Dasrial, HCV Asst. Manager Wilmar Region Kalimantan Tengah.(*/adv)

 

Edukasi Gajah – Manusia Hidup Harmonis Melalui Komik Strip

February 3, 2023 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com, Belantara Foundation melakukan edukasi dan kampanye digital mengenai gajah dan manusia hidup harmonis melalui komik strip di Instagram. Kegiatan ini berkolaborasi dengan komikus lingkungan ternama di Indonesia yaitu, Fabianus Bayu serta Iqbal Hariadi & Muhammad Akmal. 

Di Instagram, Fabianus Bayu dikenal dengan akun Instagram @shirohyde dengan jumlah followers sebanyak 29,9K sedangkan  Iqbal Hariadi & Muhammad Akmal dikenal dengan akun Instagram @biologeek dengan jumlah followers sebanyak 17,6K. Kampanye digital ini dimulai dari Januari hingga Maret 2023 mendatang.

Tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai keberadaan gajah sumatera dan peran penting mereka bagi keseimbangan ekosistem khususnya di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. 

Lanskap tersebut merupakan salah satu dari sedikit kantong populasi gajah yang memiliki peluang hidup jangka panjang. Populasi gajah menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan kawasan hutan. Di beberapa kawasan hutan, gajah berperan penting sebagai penyebar biji tumbuhan.

Dalam rilis yang diterima redaksi dijelaskan, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan edukasi dan kampanye digital ini bertujuan untuk menguatkan program Living in Harmony: Mitigasi Konflik Manusia dan gajah yang telah Belantara lakukan sebelumnya bersama Lembaga Swadaya Masyarakat lokal, Forest Wildlife Society dan Rumah Sriksetra. 

Program konservasi yang mencoba mewujudkan harmonisasi dan koeksistensi kehidupan gajah dan manusia di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ini juga didukung oleh APP Sinar Mas dan Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF).

“Belantara Foundation berharap kegiatan edukasi dan kampanye digital dapat meningkatkan penyadartahuan dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan gajah dan habitatnya, khususnya di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Selain itu, Belantara juga memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai mitigasi konflik gajah dan manusia,” ujar Dolly yang juga mengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Pada edukasi dan kampanye digital sebelumnya tahun 2022, dua influencers, 54 komunitas penggiat lingkungan, dan tiga universitas turut mendukung Belantara. Belantara Foundation membuat dan menyebarluaskan 14 konten kampanye digital di Instagram. Empat di antaranya dibuat oleh Fabianus Bayu tentang mitigasi konflik gajah dan manusia. 

Total jangkauan pengunjung untuk 14 postingan di Instagram sebanyak 65.333 viewers. Jangkauan tersebut mengacu pada jumlah akun yang melihat konten kampanye digital di Instagram. Total tayangan atau berapa kali konten kampanye digital ditampilkan, baik di klik maupun tidak, mencapai 85.198 kali.

Fabianus Bayu mengatakan bahwa kegiatan kolaborasi antara bidang konservasi alam dan bidang kreatif seperti ini kedepannya semakin banyak diperlukan. Mengingat tantangannya adalah disinformasi dan tren yang bertentangan dengan konservasi alam juga dilakukan oleh kreator konten melalui media sosial. 

“Semoga melalui pembuatan komik kolaborasi ini bisa ikut menyediakan media edukasi yang nantinya bisa diakses oleh siapa saja yang tertarik menyebarkan pesan konservasi alam. Atau memicu kreator lain untuk membuat versi terbaiknya lewat media dan style masing-masing” kata Fabianus.

Sementara itu, pendiri Biologeek, Iqbal Hariadi mengatakan bahwa banyak sekali generasi muda yang peduli akan pentingnya konservasi alam dan lingkungan serta satwa kunci seperti gajah sumatera, hanya saja sebagian besar belum ikut berpartisipasi. 

“Kami dari Biologeek sangat senang dan bangga dapat berkolaborasi dengan Belantara Foundation dalam kampanye digital untuk mengenalkan gajah sumatera dan habitatnya di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan melalui komik strip. Semoga kedepannya, akan lebih banyak generasi muda yang memahami pentingnya aksi konservasi melalui cara yang menyenangkan.” tandas Iqbal.

Edukasi dan kampanye kali ini didukung oleh 6 influencers, 66 komunitas penggiat lingkungan, 3 media online berbasis lingkungan, yaitu greeners.co, trubus dan klik hijau serta 4 Universitas, yaitu Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Pendidikan Biologi FKIP Uhamka Jakarta.

Kantong Sugihan-Simpang Heran

Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis), salah satu subspesies gajah asia yang masih bertahan di Pulau Sumatra. Dari masa purba (megalitikum) hingga hari ini, gajah memiliki hubungan istimewa dengan manusia di Pulau Sumatera. Masyarakat yang hidup berdekatan atau di sekitar habitat gajah, menghormati mamalia darat terbesar di Sumatera ini dengan menyebutnya “datuk”.

Pada saat ini, gajah sumatera semakin terancam, baik oleh perburuan (gading), dibunuh karena dianggap hama perkebunan dan pertanian, hingga hilang dan menurunnya kualitas habitat.

Populasi gajah sumatera  di alam saat ini tidak mencapai 2.000 individu. Mereka hidup dalam sejumlah kantong pada wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah (pesisir), mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu.

Salah satu kantong gajah di Sumatra Selatan berada di Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni kantong Sugihan-Simpang Heran. Koridornya melalui kawasan konsesi PT. KEN Kerawang Ekawana Nugraha], PT. SBA [Sebangun Bumi Andalas], PT. BAP [Bumi Andalas Permai], hingga PT. BMH [Bumi Mekar Hijau].

Tercatat sedikitnya 48 individu gajah liar hidup di kantong Sugihan-Simpang Heran, yang terbagi bagi dalam empat kelompok (keluarga). 

Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran bagian dari Lanskap Padang Sugihan, yang terdiri empat kantong gajah liar yakni kantong Cengal, Penyambungan, Sebokor, dan Sugihan-Simpang Heran. Luasnya mencapai 232.338,71 hektar. Sekitar 127 individu gajah liar yang hidup di Lanskap Padang Sugihan.

Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran sangat penting bagi masa depan gajah sumatera. Sebab sejak proyek transmigran yang pemerintah lakukan di Air Sugihan pada 1982, sering kali terjadi konflik manusia dengan gajah. Hingga manusia dan gajah mengalami kerugian atau menjadi korban.(vb/adv/*)

Penanganan Perdagangan Satwa Liar: Pembelajaran dari Asia Tenggara

October 30, 2022 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Vivaborneo.com  — Belantara Foundation kembali menyelenggarakan Belantara Learning Series (BLS) Episode  5 dengan tema “Penanganan Perdagangan Satwa Liar: Pembelajaran dari Asia Tenggara” via aplikasi zoom pada Kamis,  (27/10/2022).

Narasumber yang ahli pada bidangnya yaitu Debbie Banks, Head of Environmental Investigation Agency, (Inggris); Jenny Machau, Executive at Enforcement & Protection Division Sarawak Forestry Corporation (Malaysia) dan Jessica Lee, Head of Avian Species Programmes and Partnership Mandai Nature Singapore.

Acara ini merupakan program peningkatan kapasitas yang diinisiasi oleh Belantara Foundation sejak akhir tahun 2021.  Kali ini, Belantara Foundation berkolaborasi dengan beberapa Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana. Seperti dengan  Universitas  Pakuan, LPPM Universitas Pakuan, SCENTS, Fakultas Biologi Universitas Nasional, LPPM Universitas Nasional, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas dan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Indonesia.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan bahwa konsep BLS kali ini berbeda dengan sebelumnya. Selain diselenggarakan secara online, kali ini juga diadakan nonton bareng secara offline di lima universitas. Lima  Universitas tersebut yaitu Universitas Indonesia, Universitas Andalas, Universitas Riau, Universitas Nasional dan Universitas Pakuan dan dihadiri oleh mahasiswa, dosen dan civitas akademika universitas.

“Kami berharap melalui nonton bareng secara offline ini, para peserta yang umumnya mahasiswa bisa lebih termotivasi sehingga akan muncul inspirasi yang inovatif yang dapat berkontribusi nyata untuk penanganan perdagangan satwa liar yang lebih efektif,” harap Dolly.

Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan KLHK,  Rasio Ridho Sani mengatakan satwa liar yang dilindungi merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang berperan penting untuk menjaga keutuhan ekosistem Indonesia.

“Perburuan dan perdagangan ilegal satwa yang dilindungi harus dihentikan karena merugikan negara dan masyarakat. Ini merupakan kejahatan yang serius dan terorganisir. Pelaku kejahatan perburuan dan perdagangan satwa liar harus dihukum seberat-beratnya, agar ada efek jera,” tegas Rasio.

Lebih dari itu, perdagangan satwa liar juga membawa ancaman yang berbahaya dari segi kesehatan, yaitu terjadinya penyebaran dan penularan penyakit zoonosis ke berbagai belahan dunia. Satwa liar yang dipindahkan dari habitat alaminya ke lingkungan kita, berpotensi besar membawa dan menularkan penyakit yang sebelumnya tidak terjangkau.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan bahwa konsep BLS kali ini diselenggarakan secara online, kali ini juga diadakan nonton bareng secara offline di lima universitas.

Jumlah perdagangan satwa liar ilegal secara global telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi Covid-19 yang diiringi dengan meningkatnya jaringan online aktivitas ilegal ini.

Saat ini, perdagangan satwa liar ilegal ini tidak hanya mengancam spesies kharismatik seperti harimau dan gajah, tetapi juga mengancam berbagai spesies seperti ikan, reptil, unggas dan yang lainnya.

“Kami sangat serius dan mempunyai komitmen untuk menindak pelaku kejahatan perburuan dan perdagangan satwa liar. Untuk melawan kejahatan terorganisir ini harus dilakukan bersama-sama, kami tidak bisa sendirian, perlu keterlibatan masyarakat, CSO, dan akademisi,” tegas Rasio Sani.

Pada tahun 2014 hingga 2018, terdapat lonjakan kasus peningkatan penyitaan trenggiling hingga 10 kali lipat. Berdasarkan data World Wildlife Seizures milik United Nations Office on Drugs and Crime, tercatat sebanyak 180.000 penyitaan satwa liar di 149 negara dan wilayah.

Selain itu, ditemukan fakta sebanyak 6.000 spesies telah diselundupkan antara tahun 1999-2019 yang terdiri dari mamalia, reptil, terumbu karang, burung dan ikan.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia telah melakukan kesepakatan global untuk mengatur dan melarang perdagangan internasional terhadap spesies yang terancam melalui ratifikasi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978.

Sementara itu, Rektor Universitas Pakuan Didik Notosudjono mengungkapkan insan perguruan tinggi dapat memainkan peran yang strategis dalam penanganan perdagangan satwa liar.

Selain kegiatan-kegiatan awareness kepada masyarakat melalui program KKN, PKM, dan MBKM, para dosen dan mahasiswa juga dapat melakukan riset-riset pengembangan metode monitoring dengan memanfaatkan teknologi, yang dapat membantu penanganan kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa dilindungi menjadi lebih efektif.

“Melalui upaya tersebut, harapannya akan muncul kesadaran masyarakat untuk mencintai, menjaga serta melestarikan satwa liar dan habitatnya,” ucap Didik.

Pada kesempatan yang sama, Founder SCENTS,  Dwi Nugroho Adhiasto mengemukakan bahwa tiga pilar untuk mencegah perdagangan satwa liar adalah deteksi, pencegahan, dan efek jera. “Untuk melakukan ketiga pilar tersebut, banyak kegiatan atau inovasi yang bisa dilakukan bersama,” tegas Dwi.(*)

« Previous Page