ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Museum Mulawarman Miliki 5.373 Koleksi Bersejarah

December 12, 2010 by  
Filed under Berita

Share this news

Samarinda-vivaborneo.com, Museum Mulawarman memiliki di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki 5.373 benda koleksi bersejarah yang terbagi dalam berbagai klasifikasi, kategori itu berdasarkan pada klasifikasi museum secara umum.

Museum Merah Putih Sanga-sanga

Museum Merah Putih Sanga-sanga

Pernyataan itu disampaikan Kasi Konserfasi dan RefarasiUPTD Museum Mulawarman Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Zularfi  usai menjadi pembicara dalam dialog dengan peserta Ekspedisi Situs-situs Tinggalan Purbakala di Samarinda, Sabtu.

Sedangkan sejumlah situs yang telah dikunjungi peserta antara lain Museum Mulawarman Tenggarong, Museum Perjuangan Merah-Putih Sanga-sanga, Kubur Tajau Sanga-sanga, Kelenteng di Samarinda, dan sejumlah lokasi lain yang bersejarah.

Dia melanjutkan, 5.373 buah koleksi bersejarah itu antara lain geologi 55 buah, biologika 155 buah, etnografika 2.037 buah, arkeologi 43 buah, historika 1.295 buah, numismatika/ heraldika 880 buah, filologika 31 buah, keramologi 581 buah, seni rupa 197 buah, dan teknologika 99 buah.
Benda-benda bersejarah itu terbuat dari berbagai bahan, yakni kayu, kulit kayu, kain, kuningan, besi dan lainnya sehingga kondisi ini menyulitkan dalam perawatan dan pelestarian benda cagar budaya yang tersimpan di museum.

Dari jumlah 5.373 koleksi itu, terdapat 50 persen benda bersejarah yang terbuat dari bahan organik, dan yang 50 persen lagi terbuat dari bahan anorganik.

Kendala yang dihadapi dalam memelihara koleksi bersejarah itu antara lain, Museum Mulawarman di Tenggarong terletak tidak jauh dari sungai, sehinga kelembabpan udara cukup tinggi, ditambah dengan tingginya curah hujan, maka semakin menambah tingginya tingkat kelembabpan.

Dari tingginya kelembaban udara karena berbagai faktor tersebut, termasuk tipologi wilayah Kaltim yang berdataran rendah, sehingga sangat mempengaruhi terhadap ketahanan koleksi yang ada.

Selain itu,  Kaltim merupakan daerah industri, terutama industri batu bara termasuk di Kutai Kartanegara, akibatnya polusi udara juga sangat tinggi, debu dan kotoran yang beterbangan di udara sangat banyak.

Kondisi ini juga memberikan dampak buruk bagi koleksi yang ada di museum, apalagi jika ditambah dengan minimnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya benda peninggalan sejarah dan budaya, yakni dengan sembarang sentuh atau memgang saat mengunjungi museum. (vb/05)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.