ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

PWI Pusat Gelar Safari Jurnalistik, Media dan Masyarakat Harus Siap Di Era Digital 5G

October 15, 2021 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

JAKARTA – PWI Pusat bekerja sama dengan PT Astra menggelar Safari Jurnalistik secara daring ,Rabu (13/10/2021). Diikuti 220 wartawan se Indonesia, acara ini mengambil tema ‘Masa Depan Free to Air di Era Digital dan 5G’ serta dibuka oleh Ketua Umum PWI Pusat, Atal S. Depari.

Safari Jurnalistik yang ke 3 di tahun 2021 ini menghadirkan para pembicara antara lain Ketua KPI, Agung Suprio; Ketua ATVSI, Syafril Nasution; Ketua ATVLI, Bambang Santoso; dan pengamat televisi Apni Jaya Putra dan dipandu oleh moderator Ahmed Kurnia, yang juga merupakan Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia.

Atal S. Depari dalam sambutannya menjelaskan, Disrupsi teknologi telah memaksa kita benar-benar harus terlibat bersamaan dengan kemajuan teknologi itu serta kemajuan pemahaman dari audiens. Konsekuensinya, semua yang terlibat manajemen media mesti ikut bergulir dengan kemajuan teknologi itu sendiri.

Dikatakan Atal, perjalanan media, terutama televisi di Indonesia akan mulai memasuki babak baru, dengan akan dimatikannya siaran analog dan diganti dengan digital yang memiliki banyak kelebihan. Ditambah lagi dengan telah berlakunya teknologi 5G di Indonesia yang sudah bisa dinikmati masyarakat awam.

“Dua hal ini pastinya akan mengubah peta masa depan media di Indonesia,” katanya.

Teknologi nirkabel ini merupakan generasi kelima yang akan sangat mengubah landscape digital ke depan.

“Ketika 60 tahun lalu televisi tiba di rumah kita, konten disiarkan oleh sejumlah kecil stasiun TV yang mengontrol akses ke gelombang udara. Namun sekarang televisi berkembang pesat menjadi sangat luas dan beragam secara langsung maupun demand yang didukung teknologi broadband,” ujar Atal dalam rilis yang diterima.

Atal menambahkan, wartawan harus bersiap memanfaatkan peluang-peluang yang ada melalui teknologi 5G.

Sembari tentunya meng-upgrade diri untuk meraih kesempatan-kesempatan yang terbuka lebar kala inovasi teknologi 5G seperti migrasi siaran televisi terestrial dari analog ke digital pada 2022.

“Ini suka atau tidak suka kita telah masuk dunia digitalisasi, dengan hadirnya teknologi 5G akan membuka banyak peluang sekaligus tantangan bagi wartawan dan masyarakat. Lahirnya banyak televisi digital akan butuh banyak SDM kapabel dan kompeten. Lebih penting lagi media TV akan butuh konten unik dan spesifik yang menyasar wilayah dan komunitas tertentu,” terang Atal yang pernah menjabat ketua umum Siwo PWI Pusat.

“Maka siapa pun yang mengedepankan keberagaman, lokalitas dan edukasi akan memenangkan persaingan ini. Program tersebut dibutuhkan pemirsa dan tivi butuh mengisi slotnya masing-masing,” ucapnya.

Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, mengatakan masyarakat termasuk insan pers harus mulai bersiap dengan peralihan ke siaran digital.

“Kami juga meminta masyarakat mulai memahami sistem siaran digital serta apa saja manfaat yang akan mereka peroleh,” ujar Agung Suprio.

Menurutnya, migrasi digitalisasi keniscayaan sehingga media televisi pun dipaksa untuk terus berinovasi.

“Milenial bahkan anak usia 11 tahun cenderung konsumsi konten melalui smartphone, sudah jarang menonton tivi dan nangis kalau handphone-nya diambil. Mereka ingin mengendalikan konten melalui smartphone. Inilah perubahan perilaku yang membuat tivi free to air ditinggalkan oleh penontonnya walaupun secara subjektif kaum perempuan tetap suka nonton tivi free to air seperti sinetron,” ujar Agung.

Agung berharap agar free to air digital di Indonesia segera bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat Indonesia seperti di Jerman.

“Ini demi menyesuaikan kebiasaan milenial melalui perubahan perilaku mereka seperti yang terjadi di Jerman,” ucapnya.

Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Syafri Nasution, menyatakan stasiun tivi pada umumnya telah siap dengan peralihan siaran ke digital.

Malah, sebagian anggota ATVSI secara bertahap sudah memulainya.

Sehingga pada waktu yang ditentukan, sesuai UU Cipta Kerja, 2 November 2022, semua siaran televisi berbasis analog betul-betul setop.

“Kami sudah memiliki infrastruktur dan tenaga kerja sumber daya manusia di setiap wilayah siaran contoh saja di RCTI sudah ada infrastruktur dari Aceh hingga Papua namun dari pelaksanaan ASO ini kami tidak mendapatkan semua provinsi sehingga begitu banyaknya investasi sudah dilakukan oleh kami baik itu untuk peralatan bangunan tanah terutama SDM-nya akan mubazir,” tutur Syafri.

Dari sisi tivi lokal, Ketua Umum Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Bambang Santoso, mengharapkan perlakuan sama dengan tivi nasional agar tetap bisa eksis ke depannya.

“Ada tiga hal yang harus dilakukan (pemerintah). Pertama harus mendapat regulasi yang jelas, kedua tivi lokal harus mendapatkan perlakuan sama tidak bisa dibedakan karena akan semakin menggerus dan menyulitkan. Ketiga perlindungan investasi jadi tidak hanya tivi besar tapi semua media cetak juga,” paparnya.

Tantangan TV lokal, menurut Bambang, cenderung teknis karena akan menjadi broadcaster kedua secara konten dan ketiga terkait bisnis.

Kerjasama 10 Tahun PWI-Astra

Di kesempatan yang sama, Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Nurjaman Muchtar dalam sambutannya menyampaikan, Astra telah menjadi partner PWI selama 10 tahun. Bersama PWI, Astra ikut mencerdaskan anak bangsa serta memberikan wawasan kepada teman-teman wartawan.

“Atas nama PWI, saya kira kita senang sekali bekerjasama dengan Astra. Karena selama ini, partnership itu lancar-lancar saja dan bahkan lebih lancar. Jadi ini merupakan kebahagiaan tersendiri,” sebut Nurjaman sembari menyampaikan pentingnya Safari Jurnalistik ini untuk wartawan agar menjadi lahan menambah pengetahuan langkah membentuk multitasking. Sehingga ke depan tidak ada lagi istilah wartawan radio televisi, karena nanti sudah konvergen newsroom, sudah satu video, radio semua sudah menyatu dalam sebuah digitalisasi.

“Jadi ini tantangan buat kita semua teman-teman wartawan. Dan saya kira tidak akan lama lagi kita harus menyiapkan diri. Saya kira topik yang kita bawakan ini sangat-sangat krusial buat perkembangan media kedepan. Jadi kami atas nama PWI dalam hal ini bidang pendidikan merasa perlu untuk membahas topik ini. Karena ini menyangkut hajat hidup media ke depan. Jadi disrupsi media yang seharusnya mungkin 10 tahun lagi baru datang ke kita dengan adanya pandemi ini bisa datang lebih cepat, ” katanya.

Sementara itu Head of Corporate Communication PT Astra International, Boy Kelana Soebroto menyambut baik kerja sama dengan Sekolah Jurnalisme Indonesia PWI Pusat. “PWI merupakan pemangku kepentingan yang strategis bagi PT Astra International. Dukungan kami ini merupakan bukti komitmen PT Astra Internasional untuk ikut meningkatkan wawasan dan profesionalisme wartawan Indonesia,’’ katanya. (pwi/hel)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.